Monday, April 7, 2025

Bentrok Makan

Pagi buka WA. 

Beberapa orang mengucapkan selamat ulang tahun.  Alhamdulillah, amiin atas do'a-do'a yang mereka panjatkan.  Semoga Tuhan Yang Maha Kasih mengabulkan. 

Pada grup teman SMP, ramé hari ini mau kumpul hal bihalal di Rumah Makan Téh Sari Nagrak.
Salah satu anggota mengajukan dress code warna putih hijau untuk mengenang seragam SMP zaman dulu. Satunya menolak dengan alasan sekarang yang tren bukan warna itu,  tapi warna krem Mahagony, dengan alternatif padu padan krem muda.
Yang lainnya mengajukan keberatan yang berbeda. Jadi rame urusan baju. 
Begitulah,  manusia membuat repot dirinya sendiri dengan batasan, seperti dress code. Kenapa tidak percaya diri dengan datang sesuai dirinya tanpa ikatan dress code. 

Grup Dinas SMA juga mengajukan halal bihalal di kolam renang sekolah. Undangan yang mengejutkan mengingat saat ini lagi rame tidak boleh melakukan hal-hal yang sifatnya pemborosan, pemerintah sedang mengimplementasikan efektivitas biaya, perampingan ikat pinggang. Kata Pak Presiden Prabowo hutang negara kita perhari bertambah satu triliun. Jumlah uang yang mungkin tidak pernah saya miliki walaupun ditebus dengan seumur hidup bekerja. Jumlah uang yang harus turut pula ditanggung oleh setiap warga negara yang saya tak paham dengan cara bagaimana.  Apa gak bisa negara cetak uang, terus bayar. Hutang piutang negara mungkin cara bayarnya tidak seperti pinjam meminjam uang ke koperasi. Cukup dengan pinjam, keluar uangnya, nanti dibayar cicilan perbulannya berapa. Tidak bisa pinjamannya bertambah setiap hari. Pinjaman sekali, bayar sekian kali.  Kalau pinjam level negara, bisa nambah tiap hari. Apa bayarnya juga tiap hari? Entahlah saya tidak paham.

Saya mungkin tidak akan datang ke keduanya. Ke grup SMP, bentrok dengan undangan dari Bu NengFit. Saya lebih memilih datang ke sana, walaupun tempatnya jauh. Ke sma juga enggan untuk datang, waktunya bentrok dengan undangan wajib apel hari pertama setelah puasa. Di grup sma, saya belum siap pasang topeng lebaran, berbasa basi sana sini, mendengar beragam informasi yang bisa saja malah membuat saya semakin menyadari bahwa dunia kami berbeda,  cara pandang kami berseberangan. Saya lihat di daftar yang akan hadir ada beberapa orang yang sudah tidak berdinas akan hadir. Dengan melihat daftar itu, semakin surut niat saya untuk datang. Saya membayangkan perjumpaan yang tidak terprediksi skenarionya. 

5.26 sore
Jadinya tidak menghadiri undangan manapun. 
Ada guru David Hidayat ke rumah.  Beliau baru selesai puasa syawalan. Merasa terhormat karena beliau datang ke rumah saya dan berbincang banyak mengenai berbagai hal.
Salah satu obrolan yang penting menyoal kesedihan.
Kesedihan karena tidak bisa berbuat baik kepada orang tua.
Mungkin orang tua kita dulu banyak puasa karena memenuhi kebutuhan anaknya yang sedang kuliah.




No comments:

Post a Comment