Thursday, July 20, 2017

Hari Ke-1

Tahun Ajaran 2017/2018 jatuh pada Senin, 17 Juli 2017. Angka yang bagus untuk dicatat ’17.7.17’. Keistimewaan  banyaknya angka 7 seolah menunjukkan luar biasanya tahun ini untuk saya, seorang guru SMA dari kota kecil yang mungkin nama kotanya tidak dikenal oleh orang Vladivostok. Bicara angka 7, tahun ini bersamaan dengan dipopulerkannya 7 Pilar Budaya Kota Cianjur, yaitu: Ngaos, Mamaos, Maenpo, Tatanen, Someah, Tangginas, dan gotong royong. bersamaan pula dengan kegiatan hajatan besar Bupati Cianjur yang bertajuk 70.000 detik memperingati hari lahir Cianjur. Cari ada kejadian apa pada tanggal 17 juli.

Hari pertama sekolah, baik bagi guru ataupun bagi siswa, sama-sama mendebarkan. Bagi guru (seperti saya), harap-harap cemas semoga tahun ini menjadi tahun yang tercatat dalam sejarah. Tertulis dalam ingatan siswa-siswa saya bahwa mereka pernah bertemu seorang guru yang memberikan sumbangan pemikiran kepada mereka untuk menjadi orang yang berbeda. Dengan menjadi orang berbeda semoga menjadi orang terbaik, dan pada akhirnya menjadi orang nomor satu (to be different, to be the best, and to be number 1).

Bagi siswa, dalam bayangan saya, mereka memikirkan akan seperti apa mereka menghabiskan masa 365 hari di akhir tahun ke-SMA-annya. Sebagian mereka mungkin ada yang merasa takut jika tahun terakhirnya berakhir kurang menyenangkan karena mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman, guru, atau pihak lain yang tidak diduganya. Sebagian lainnya, bisa saja merasa tertekan karena terus menerus memikirkan dirinya mau jadi apa, kuliah dimana, apakah orang tuanya sanggup membiayai kuliahnya, dan pikiran-pikiran lain yang khas hanya dimiliki anak-anak SMA kelas 12. Atau, tanpa sepengetahuan saya, ada sedikit siswa yang memikirkan siapa yang akan menjadi wali kelas terakhirnya di masa SMA.

Hari pertama, seperti tulisannya yang sakral 17.7.17, dimulai dengan upacara. Upacara pada hari istimewa, tentu peserta upacaranya istimewa. Ada sekelompok besar anggota barisan upacara yang masih berbaju SMP dikawal siswa yang berwajah serius. Dua kelompok besar lainnya berseragam SMA. Mereka yang berbaris paling kanan, terlihat lebih percaya diri. Mereka adalah kelas 12. Kakak tertua, mereka adalah siswa yang mendapatkan peluang untuk meraih cita-cita masuk ke Perguruan Tinggi impian lebih cepat ketimbang kelas 11 atau kelas 10. Mereka orang-orang hebat yang akan menjadi pemain utama di negeri ini pada 5 atau 7 tahun ke depan setelah mereka berbaris pada upacara ini.

Setelah 7 tahun dari sekarang, mereka yang berbaris pada kelompok kanan, telah lulus S2, saya akan trenyuh bahkan bisa saja berurai air mata ketika mereka menyempatkan menyaksikan upacara bendera dan status mereka adalah Master, orang ahli, orang yang keilmuannya diakui secara akademik dan profesional. Mereka akan bicara didepan adik-adiknya mengabarkan kegembiraan selama di SMA. Yang lebih membahagiakan, mereka mengabarkan bahwa mereka menuai keberhasilan karena memiliki guru-guru di SMA yang membuatnya jadi orang berbeda.

Usai upacara, para siswa terpisah. Kelas 10 yang masih dalam masa orientasi, kembali dibimbing oleh kakak-kakak kelasnya yang berwajah serius tadi ke kelas. Sementara kelas 11 dan 12, untuk sementara mereka menikmati kemerdekaan berada di sekolah tanpa jadwal pelajaran. Mereka menghabiskan hari dengan berbincang, sebagian lagi kembali mencicipi makanan kantin, ada pula yang hanya berjalan hilir mudik memperhatikan keadaan.

Di sisi lain, para guru kembali ke ruang guru. Sebagian guru mendapatkan tugas untuk membantu siswa baru mengenal lingkungan sekolah. Sebagian lagi, belum mendapatkan tugas. Saya, termasuk guru yang tidak mendapatkan tugas.

Hari yang panjang di sekolah seiring dilaksanakannya 5 hari di sekolah, tidak mungkin diisi dengan hanya mengobrol dan melakukan hal-hal yang tidak jelas. Saya mulai bekerja. Saya mulai menganalisis silabus untuk menyegarkan pikiran mengenai materi ajar apa yang akan diberikan pada tahun ini. Melakukan analisis menuntut konsentrasi tinggi. Bagaimana materi ajar diperoleh sampai bagaimana mengajarkannya, tidak mudah dirancang dan menjadi tulisan pada laptop. Pada saat yang sama, saya melayani guru-guru seKabupaten Cianjur yang mengalami masalah dengan kegiatan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan). Saya berperan sebagai ketua komunitas yang bertanggung jawab secara sukarela untuk membantu dan memfasilitasi setiap guru Bahasa Inggris SMA di Kabupaten Cianjur jika menghadapi masalah terkait mengajar dan hal-hal lain terkait dengan urusan mendidik.


Saya meninggalkan pekerjaan menganalisis, terlalu lama menatap layar laptop membuat mata berkunang-kunang. Akhirnya saya melanjutkan kembali membaca buku Dan Brown “Angels and Demons”. Waktu berjalan sesuai tugasnya, dia dengan tepat mengatakan jam dan menit kepada setiap warga sekolah untuk menaati angkanya. Angka yang meminta semua warga menghentikan kegiatan di sekolah dan kembali kepada dirinya, keluarganya, dan impiannya.  Hari pertama sekolah, berakhir dengan harapan semoga tahun ini menjadi tahun istimewa bagi semua warga sekolah ini. 

No comments:

Post a Comment