Tahun Ajaran 2017/2018 jatuh
pada Senin, 17 Juli 2017. Angka yang bagus untuk dicatat ’17.7.17’. Keistimewaan
banyaknya angka 7 seolah menunjukkan luar
biasanya tahun ini untuk saya, seorang guru SMA dari kota kecil yang mungkin
nama kotanya tidak dikenal oleh orang Vladivostok. Bicara angka 7, tahun ini
bersamaan dengan dipopulerkannya 7 Pilar Budaya Kota Cianjur, yaitu: Ngaos,
Mamaos, Maenpo, Tatanen, Someah, Tangginas, dan gotong royong. bersamaan pula
dengan kegiatan hajatan besar Bupati Cianjur yang bertajuk 70.000 detik
memperingati hari lahir Cianjur. Cari ada kejadian apa pada tanggal 17 juli.
Hari pertama sekolah, baik
bagi guru ataupun bagi siswa, sama-sama mendebarkan. Bagi guru (seperti saya),
harap-harap cemas semoga tahun ini menjadi tahun yang tercatat dalam sejarah. Tertulis
dalam ingatan siswa-siswa saya bahwa mereka pernah bertemu seorang guru yang
memberikan sumbangan pemikiran kepada mereka untuk menjadi orang yang berbeda. Dengan
menjadi orang berbeda semoga menjadi orang terbaik, dan pada akhirnya menjadi
orang nomor satu (to be different, to be the best, and to be number 1).
Bagi siswa, dalam bayangan
saya, mereka memikirkan akan seperti apa mereka menghabiskan masa 365 hari di
akhir tahun ke-SMA-annya. Sebagian mereka mungkin ada yang merasa takut jika
tahun terakhirnya berakhir kurang menyenangkan karena mendapatkan perlakuan
yang kurang menyenangkan dari teman, guru, atau pihak lain yang tidak
diduganya. Sebagian lainnya, bisa saja merasa tertekan karena terus menerus
memikirkan dirinya mau jadi apa, kuliah dimana, apakah orang tuanya sanggup
membiayai kuliahnya, dan pikiran-pikiran lain yang khas hanya dimiliki
anak-anak SMA kelas 12. Atau, tanpa sepengetahuan saya, ada sedikit siswa yang
memikirkan siapa yang akan menjadi wali kelas terakhirnya di masa SMA.
Hari pertama, seperti
tulisannya yang sakral 17.7.17, dimulai dengan upacara. Upacara pada hari
istimewa, tentu peserta upacaranya istimewa. Ada sekelompok besar anggota
barisan upacara yang masih berbaju SMP dikawal siswa yang berwajah serius. Dua kelompok
besar lainnya berseragam SMA. Mereka yang berbaris paling kanan, terlihat lebih
percaya diri. Mereka adalah kelas 12. Kakak tertua, mereka adalah siswa yang
mendapatkan peluang untuk meraih cita-cita masuk ke Perguruan Tinggi impian
lebih cepat ketimbang kelas 11 atau kelas 10. Mereka orang-orang hebat yang
akan menjadi pemain utama di negeri ini pada 5 atau 7 tahun ke depan setelah
mereka berbaris pada upacara ini.
Setelah 7 tahun dari sekarang,
mereka yang berbaris pada kelompok kanan, telah lulus S2, saya akan trenyuh
bahkan bisa saja berurai air mata ketika mereka menyempatkan menyaksikan
upacara bendera dan status mereka adalah Master, orang ahli, orang yang
keilmuannya diakui secara akademik dan profesional. Mereka akan bicara didepan
adik-adiknya mengabarkan kegembiraan selama di SMA. Yang lebih membahagiakan,
mereka mengabarkan bahwa mereka menuai keberhasilan karena memiliki guru-guru
di SMA yang membuatnya jadi orang berbeda.
Usai upacara, para siswa
terpisah. Kelas 10 yang masih dalam masa orientasi, kembali dibimbing oleh
kakak-kakak kelasnya yang berwajah serius tadi ke kelas. Sementara kelas 11 dan
12, untuk sementara mereka menikmati kemerdekaan berada di sekolah tanpa jadwal
pelajaran. Mereka menghabiskan hari dengan berbincang, sebagian lagi kembali
mencicipi makanan kantin, ada pula yang hanya berjalan hilir mudik
memperhatikan keadaan.
Di sisi lain, para guru
kembali ke ruang guru. Sebagian guru mendapatkan tugas untuk membantu siswa
baru mengenal lingkungan sekolah. Sebagian lagi, belum mendapatkan tugas. Saya,
termasuk guru yang tidak mendapatkan tugas.
Hari yang panjang di sekolah seiring
dilaksanakannya 5 hari di sekolah, tidak mungkin diisi dengan hanya mengobrol
dan melakukan hal-hal yang tidak jelas. Saya mulai bekerja. Saya mulai
menganalisis silabus untuk menyegarkan pikiran mengenai materi ajar apa yang
akan diberikan pada tahun ini. Melakukan analisis menuntut konsentrasi tinggi. Bagaimana
materi ajar diperoleh sampai bagaimana mengajarkannya, tidak mudah dirancang
dan menjadi tulisan pada laptop. Pada saat yang sama, saya melayani guru-guru
seKabupaten Cianjur yang mengalami masalah dengan kegiatan PKB (Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan). Saya berperan sebagai ketua komunitas yang
bertanggung jawab secara sukarela untuk membantu dan memfasilitasi setiap guru
Bahasa Inggris SMA di Kabupaten Cianjur jika menghadapi masalah terkait mengajar
dan hal-hal lain terkait dengan urusan mendidik.
Saya meninggalkan pekerjaan
menganalisis, terlalu lama menatap layar laptop membuat mata berkunang-kunang. Akhirnya
saya melanjutkan kembali membaca buku Dan Brown “Angels and Demons”. Waktu berjalan
sesuai tugasnya, dia dengan tepat mengatakan jam dan menit kepada setiap warga
sekolah untuk menaati angkanya. Angka yang meminta semua warga menghentikan
kegiatan di sekolah dan kembali kepada dirinya, keluarganya, dan impiannya. Hari pertama sekolah, berakhir dengan harapan
semoga tahun ini menjadi tahun istimewa bagi semua warga sekolah ini.
No comments:
Post a Comment