Hujan semalam menyejukkan kota
kecilku. Pohon-pohon Kupa Landak di sekitar rumah terlihat lebih segar, warna hijaunya memantul ditimpa
cahaya mentari pagi. Saya menikmati perjalanan menuju sekolah pada pukul 6.15.
Berbagai macam kendaraan seolah berlomba menuju tempat tujuan. Knalpotnya
menderu menyapu hening segar pagi mengantarkan mimpi-mimpi yang bertebaran di
setiap kepala orang-orang yang sedang diantarkannya.
Saya menikmati pemandangan pagi
dengan takjub. Kehidupan begitu cepat dimulai. Pukul 6.15 hiruk pikuk kota
kecil telah mulai. Anak-anak berbaju seragam SMA telah berebut memasuki gerbang
sekolah dimana saya mengajar.
Pukul 6.40 saya masuk kelas yang
saya walikelasi, 12 IPA 6. Dengan membawa teks berjudul ‘Pembawa Mayat’ sebuah
karya besar anak bangsa yang menjuarai menulis cerpen yang diadakan oleh Harian Republika. Karya ini dibawa ke kelas karena selain isinya yang bernas, juga
pesan moral yang diimplisitkan si penulis sangat halus namun mengena.
Kelas dimulai pukul 6.45 dengan
membaca Asmaul Husna bersama. Sebelumnya saya telah membagikan cerpen berjudul
Pembawa Mayat yang saya print tadi malam. Siswa terlihat terkejut karena saya datang tepat waktu. Sebelas
orang siswa belum hadir. Saya seolah tidak mengindahkan ketidakhadiran siswa
yang belum hadir di kelas. Saya memimpin Asmaul Husna dan membaca doa pagi.
Saya lihat ada satu orang siswi
yang non muslim. Saya merasa senang sekali. Kelas ini mewakili sedikit
kehidupan nyata masyarakat secara sosial, yakni heterogenitas suku dan agama.
Saya anjurkan agar dia berdoa sesuai keyakinannya. Sampai hari ini, saya belum
tahu siapa namanya.
Satu persatu siswa berdatangan.
Terakhir yang datang pada pukul 7.00. Kelas dihadiri 34 siswa. Orang tua Ica
(nama samaran) mengabari bahwa putrinya sakit lewat sms. Satu lagi Ori (nama samaran) juga tidak hadir
karena sakit.
Pukul 7, kegiatan literasi
dimulai. Setelah yakin semua siswa memegang teks cerita pendek Pembawa Mayat, saya
membacakan paragraf pertama dalam bahasa Inggris, sementara para siswa memegang
teks dalam Bahasa Indonesia. Tujuan dari
pembacaan dalam bahasa Inggris, agar siswa mendapatkan kosa kata baru Bahasa Inggris secara
tidak langsung. Harapan jauhnya, mereka bisa melihat bagaima mereka sebetulnya
dapat memahami apa yang saya ucapkan, walaupun dalam bahasa Inggris, karena ada
sandingan terjemahnya dalam bahasa Indonesia yang mereka pegang. Berpikir dalam dua bahasa sekaligus, terdengar seperti praktek berpikir kritis.
Saya mulai menggali makna
paragraf ke-1. Bagaimana kematian bisa ditolak seorang suami ketika istrinya
meninggal sejak dua hari lalu. Bagaimana seorang suami tidak menerima istrinya
dikuburkan, karena kematian bukanlah hal istimewa baginya.
Para siswa seperti sedikit
tersihir bahwa ada hubungan yang amat dekat antara cinta dan kematian. Cinta
tidak terhalangi kematian. Cinta tetap hidup walaupun raganya tidak lagi
ber-ruh. Bagi lelaki, tokoh pada cerita pendek ini, kematian tidak memerlukan
doa. Menurutnya, doa tidak mengubah apapun.
Cara pikir seperti ini perlu
dijelaskan kepada siswa. Mereka harus melek (literat) bahwa kematian tidak bisa dipandang
sebagai hal biasa. Saya katakan, segala sesuatu yang hanya terjadi satu kali
dalam kehidupan manusia, seharusnya istimewa. Contoh, kelahiran, hanya terjadi
satu kali. Maka setiap kelahiran disambut dengan gembira karena telah hadir
insan baru yang akan menyemarakan kehidupan sebuah keluarga. Kematian, juga
istimewa, karena hanya terjadi satu kali. Tidak bisa seseorang sangat posesif
dan egois menolak kematian dan menerimanya sebagai hal biasa. Bagimana si
penulis berpikir berlawanan arah dan menitipkannya pada tokoh utama pada
cerita, sangat luar biasa.
Hanya dua paragraf yang bisa
digali makna tersiratnya, waktu menunjukkan pukul 7.15. Masa literasi, habis. Para
siswa seolah masih betah dengan membedah cerita. Saya katakan bahwa besok hari,
bisa dilanjutkan lagi.
Saya mengajak para siswa untuk
mulai menuliskan pengalaman mereka selama di kelas 12 IPA 6. Saya anjurkan
untuk menuliskannya di blog. Sebagian besar siswa terlihat berbinar ketika saya menantang torehkan namamu pada karyamu. Buku Seri 365 (bersama Ms. B) akan menjadi karya pertamamu yang membedakanmu dari siswa-siswa lainnya di sekolah
ini, juga di sekolah lainnya.
No comments:
Post a Comment