Kesakralan dan keistimewaan angka
17.7.17 mulai terasa. Pada hari ke-3 tahun ajaran ini saya mendapatkan surat
keputsan (SK) dari Kepala Sekolah sebagai Wali Kelas. Bagi saya tentu saja
menjadi wali kelas merupakan sesuatu yang istimewa karena tidak setiap tahun
saya berkesempatan menerima tanggung jawab ini. Barangkali, bagi mereka yang
telah lama dan terbiasa menjadi wali kelas, ketika namanya tertera pada SK bisa
saja mengeluarkan keluhan. Keluhan atas ketidaksenangan menerima kelas yang
dalam tanda petik perlu perhatian khusus, atau telah merasa terlalu bosan
menjadi wali kelas.
Selama ini, hampir tidak ada
guru yang ketika menerima SK sebagai wali kelas menyambutnya dengan sukacita
karena kelak dia memiliki kesempatan untuk berbagi ide, berbagi harapan, dan
berbagi nilai-nilai kehidupan. Bagi yang telah terbiasa menjadi menjadi wali
kelas, peran ini seolah rutinitas yang menjadi bagian dari statusnya sebagai
guru.
Selama ini, tidak juga pernah
terdengar ada wali kelas yang dengan bangga mengatakan bahwa dirinya menerima
anugerah besar, yakni menjadi wali kelas. Kemudian pengalamannya menjadi wali
kelas dijadikan bahan tulisan untuk kemudian disebarkan kepada dunia luar dalam
bentuk buku. Buku yang nantinya dapat menjadi catatan otentik bagi para orang
tua yang anaknya diwalikelasi. Mereka dapat mengetahui apa saja yang dilakukan ‘orang
tua kedua di sekolah’ kepada anak-anak mereka. Buku tulisan wali kelas menjadi
media yang menjelaskan bagaimana kontribusi orang tua kedua ini bagi kesuksesan
anak-anaknya.
Saya mendapatkan tugas sebagai
wali kelas 12 IPA 6. Saya merasakan adanya tantangan, selama ini saya tidak
pernah bertemu dengan siswa kelas 11 IPA 6. Seperti apa mereka? Apakah mereka
juga berpikiran yang sama, ‘seperti apa wali kelasku?’ Ketikdak-kenalan antara
saya dengan 12 IPA 6 menarik untuk ditelusuri. Saya yakin, banyak yang dapat
dipelajari dari setiap individu anggota kelas 12 IPA 6. Namun pertanyaan
selanjutnya, ‘apakah mereka akan mendapatkan banyak pelajaran dari saya?’
Saya ingin mengetahui
kehadiran saya bermanfaat ataukah mudharat pada diri mereka secara perorangan. Terbersit
niat. Saya akan mengajak mereka untuk menuliskan apa perasaan, pandangan,
pikiran, dan hal-hal lainnya selama mereka diwalikelasi saya. Buku ini menggambarkan dari sisi guru, dan
buku mereka menggambarkan dari sisi mereka sebagai siswa. Saya membayangkan
akhir tahun, saya dan siswa-siswa saya bertukar buku dengan nama kami
masing-masing di sampulnya.
Saya tidak sabar menunggu
esok, ingin bertemu siswa 12 IPA 6 yang akan menjadi guru kehidupan yang akan
mendewasakan ke-guru-an saya.
No comments:
Post a Comment