Kabar di Group WA bahwa hari ke-2
para guru dan siswa kelas 11 dan 12 diperkenankan menikmati kemerdekaan di
sekolah. Saya merasa senang diberi kemerdekaan. Sama halnya dengan manusia
lainnya, guru adalah manusia yang bahagia jika diberi keleluasaan untuk
menikmati harinya tanpa jadwal. Dia dapat membuat jadwal sendiri yang
menurutnya harus dilakukan. Saya pun demikian.
Hari ke-2 diisi dengan mengurusi
anak saya sendiri yang mendapatkan kesempatan menjadi peserta International
Youth Camp di Rosatom School, Rusia. Saya memulai hari dari pukul 6.15 dengan
berangkat ke Rumah Sakit untuk mendapatkan antrian sebagai seorang Ibu yang
membutuhkan bantuan dibuatkan Surat Keterangan Sehat dari Dokter untuk anaknya.
Pegawai RS mengatakan bahwa Dokter mungkin akan hadir pukul 8. Saya membayangkan
menunggu 2 jam.
Keberuntungan sedang berpihak
pada saya, pukul 7 Dokter telah tiba. Beliau bersedia mengisi format yang
disediakan dari pusat kebudayaan Rusia. Pertemuan dengan Dokter berakhir
setelah beliau membubuhkan tanda tangan dan cap.
Saya segera menuju SMP dimana
anak saya sedang mengikuti masa orientasi. Pihak sekolah menyambut kehadiran
saya sebagai orang tua dengan ramah. Kepala Sekolah berterimakasih atas
keikutsertaan anak saya pada kegiatan internasional dengan membawa nama SMP
yang dipimpinnya.
Petualangan hari ke-2 belum
selesai, saya mencari tempat dimana saya bisa mencetak foto untuk persyaratan
membuat visa anak saya. Pukul 9, beberapa toko belum mulai aktivitasnya. Lagi-lagi,
keberuntungan bersama saya, di studio dekat Pegadaian, telah buka. Maka selesailah
persyaratan untuk anak saya dibuat. pada pukul 10 semua dokumen tersebut
diantar ke Pusat Kebudayaan Rusia, Jakarta oleh anak saya yang pertama.
Setelah semua persyaratan berada
pada posisi sedang diantarkan, saya ke sekolah. Dalam benak saya, belum ada
kegiatan yang terjadwal, jadi saya harus kembali membuat jadwal sendiri.
Jadwal yang saya buat adalah
melanjutkan analisis silabus, membaca buku, menulis untuk blog, melanjutkan
cerita dengan tokoh Sunda ‘Bi Janah’, dan mengingatkan anggota komunitas PKB
untuk mulai melakukan analisis silabus.
Sekolah bagi saya merupakan
tempat belajar. Kapan pun saya berada di sekolah, saya harus mendapatkan pelajaran. Seorang guru,
sama dengan orang-orang lainnya di luar sana, memiliki tanggung jawab untuk
belajar sepanjang hayat. Jika saya ditemukan selalu seperti sibuk membaca,
menulis, dan mengajar, maka saya sedang belajar.
No comments:
Post a Comment