Wednesday, September 2, 2020

Gondang

 Gondang adalah seni terinspirasi dari kegiatan ibu-ibu yang menumbuk padi. Oleh karenanya, tidak heran jika seni Gondang menggunakan alat alat penumbuk padi yaitu Lesung dan Alu. 
Saya masih ingat pada tahun sekitar 70-an, Ibu saya masih memiliki rumah kecil khusus untuk menyimpan alu dan Lesung. Selain kedua benda tersebut ada juga Jubleg, untuk ngesoh beras atau membuat beras terlihat lebih putih.
Menumbuk padi dimulai dengan pengambilan padi dari lumbung. Biasanya padi yang ditumbuk dengan Alu adalah padi jenis ranggeuyan. Padi yang akan ditumbuk di masukkan ke dalam lesung kemudian bagian ikatan padi diinjak dengan kaki kiri titik jika padi diinjak dengan kaki kiri maka berarti posisi penumbuk padi ada di sebelah kanan Lesung dengan demikian dia akan dominan menggunakan tangan kanan untuk menumbuk padi. bisa juga kaki diinjak dengan kaki kiri tetapi posisi penumbuk berada di kiri Lesung.
Sampai biasa wae secara perlahan nanti padi akan an-najah tertumbuk lalu kemudian setelah Wah boleh bulir padi terlihat keluar maka langkah berikutnya adalah padi tersebut diambil kemudian dipisahkan antara kulit padi dengan berasnya. Proses membersihkan itu disebut napi. 
 untuk Napi diperlukan Nyiru.
Kedua tangan memegang nyiru yang telah diisi beras yang akan ditapi. 
Pada saat napi dipisahkan pula antara berqs dengan serah, butir padi yang masih ada sekamnya. Kemudian dikembalikan ke lesung untuk kemudian ditumbuk kembali. 
Pada Gondang, seluruh kegiatan menumbuk padi tidak digambarkan. Yang diusung adalah pesan yang ingin disampaikan. 
Lagu awal: petuah bahwa hidup di dunia hanya ngumbara.

Cacandran para luluhung, ciri bumi dayeuh Pancatengah.
Jasana para luluhur teu sulayana di nyatana.
Reup angin, eureun heula.
Isinya petuah: bela negara, Pancasila, agama, kehidupan.  

No comments:

Post a Comment