Tuesday, September 15, 2020

Home Visit mengizinkan wali kelas mengunjungi kehidupan siswa secara personal




Saya menerima pesan melalui WA dari orangtua siswa.  Lewat pesan tersebut orang tua menjelaskan bahwa anaknya tidak dapat mengikuti pelajaran dikarenakan tidak ada kuota. Selama ini, si anak bisa mengikuti pelajaran daring dengan menggunakan tethering dari  hape ibunya. Hari ini, ibunya ada keperluan ke luar rumah dan hapenya dibawa untuk kebutuhan komunikasi. 

Pesan tersebut membuat saya membayangkan seperti apa kehidupan siswa yang setiap hari harus belajar daring dan pada saat kuota habis, dia menebeng pada ibunya. Apakah kuota yang diberikan Menteri melalui sekolah tidak mencukupi. Adakah masalah lain yang menyebabkan dia terpaksa menebeng pada ibunya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut memenuhi kepala. Untuk menjawabnya, saya melakukan home visit segera setelah saya membalas pesannya dengan meminta nomor siswa dan sekolah mengirimkan kuota internet untuk siswa tersebut.


Rumah siswa tersebut berada di daerah Pasir Gede, bukan di perumahannya tetapi di perkampungan dekat dengan perumahan tersebut. Rumahnya seperti panggung tetapi sebetulnya di tembok. Pada bagian depan rumah terlihat ada beberapa rekal tempat menyimpan Quran ketika mengaji. Dalam pikiran saya, pasti orangtua siswa ini guru mengaji. Dan ternyata benar adanya. Ibunya menjelaskan bahwa dia mengajr mengaji. Ibu ini memiliki empat orang putra. Dua diantaranya sedang berkuliah di Bandung. Yang menjadi penyebab kenapa siswa tadi tidak memiliki kuota kerena uang untuk kuota dialihkan dulu untuk membayar biaya kuliah kakaknya. Kedua kakaknya tinggal di Bandung bersama ayahnya. Keluarga ini pindah ke Cianjur tahun 2014. Tadinya akan pindah lagi ke  Bandung, namun karena siswa (Mth) sedang SMA dan adiknya SD sudah merasa betah tinggal di Bandung. Ibunya menjelaskan bahwa tinggal di Cianjur relatif lebih murah ketimbang harus di Bandung. Untuk ongkos saja, misalnya tentu membutuhkan lebih banyak biaya. 


Melalui obrolan dengan ibunya diketahui bahwa Mth dibesarkan di Bandung. Mulai kelas tiga SD sudah menjadi penyiar di MQ sampai kelas 5. Kelebihan itu diperoleh dari kegigihan ibunya membimbing MTh dengan membacakan buku kepada Mth. Efek yang langsung ditunjukkan MTh adalah mandiri dalam belajar, begitu jelas ibunya. Sejak SD, Mth tidak pernah ribut meminta dibantu menyelesaikan tugas sekolah. Hal ini terjadi karena Mth dapat membaca semua perintah dan mengerjakan semuanya sesuai perintah. Mth juga menunjukkan banyak kelebihan sebagai efek rajin membaca, misalnya juara bercerita. 


 

No comments:

Post a Comment