Menindaklanjuti undangan untuk diskusi awal sebelum audiensi dengan Bupati Cianjur, Herman Suherman, saya menghadiri rapat kecil di Komite Sastra, Dewan Kesenian Cianjur. DKC diketuai Yusuf Gigan, sastrawan. Secara pribadi, tidak banyak yang saya ketahui tentang ketua. Jika tidak salah, ketua adalah seorang sastrawan.
Keikutsertaan saya pada Komite Sastra atas ajakan Bapak Dedi. Sebetulnya saya sendiri merasa tidak nyastra. Namun untuk sebuah organisasi, tidak harus selalu memiki keahlian bidang yang dibutuhkan adalah kemampuan mengelola organisasi. Sangat sempurna jika mengelola bidang tertentu kemudian dibarengi dengan keahlian pada bidang tersebut. Ibarat dinas pendidikan dikepalai oleh seseorang berlatarbelakang sarjana pendidikan, ahli pendidikan, praktisi pendididkan, tentu itu sempurna.
Pertemuan kecil, ya kecil. Hanya tiga orang saja. Ketua membahas optimalisasi lahan di DKC untuk cafe yang menjadi tempat nongkrong, ngobrol, ngopi para seniman atau mereka yang peduli seni. Cara ini akan memberi pemasukan kepada DKC, say, if, one day, two hundred visitors enjoy the coffee i the Cafe, he said at least eight million per month is in hand. Sound sexy eh?
Ketua juga menawarkan ruangan untuk membuat rumah buku untuk sementara buku yang dikumpulkan adalah buku sastra dulu. Buku yang akan dipandang sangat dibutuhkan oleh para pelajar.
Saya sendiri menawarkan adanya inventarisasi folklore. Caranya? Bisa memanfaatkan keberadaan para guru. Mereka diminta untuk menceritakan folklore yang masih mereka tahu, pakai, atau dengar.
Pikiran saya langsung ke buku Danandjaya. Di mana buku itu berada? Saya memerlukan acuan untuk melakukan pengumpulan folklore sesuai petunjuk pada buku tersebut.
No comments:
Post a Comment