Sunday, June 14, 2020

Adab Bertetangga

1. Memberi tahu dan meminta ijin ketika menyim
pan barang atau menurunkan barang di dekat tanah tetangga.

Kasus:
Saat itu pukul 2 pagi. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Suara yang baru kali itu saya dengar, saya mengira ada gunung longsor. Suara yang menimbulkan ketakutan.
Saya bagun dan mencari sumber suara. Ternyata, suara gemuruh itu datang dari sebuah truk besar yang sedang menurunkan muatan batu. Suara gemelutuknya begitu nyata terdengar. Pertemuan antara batu dan besi wadah pada truk menimbulkan bunyi gemuruh dan gemerutuk yang membuat saya tidak bisa mendapatkan kembali nikmat tidur. Truk menurunkan muatan agak lama. Gemerutuknya membuat jantung dan hati saya rasa terenggut dan berdenyut sakit karena kecewa pada tetangga yang tega mengijinkan truk menurunkan muatannya sebelah rumah saya tanpa memberitahu terlebih dahulu. Sementara, dia sendiri mungkin  saat ini sedang  tertidur pulas dirumahnya yang jaraknya 2 km dari truk yang menurunkan barang. Tempat itu memang arena kerjanya. Tanah milik PU, yang biasa dia pakai untuk menyimpan batu dan pasir sebagai tempat penyimpan terbuka sebelum ada yang membeli 

2. Matikan pembakaran daun atau kayu sebelum ditinggalkan 
Kasus:.
Menikmati sore sepulang lelah kerja di ruang tamu sambil menikmati secangkir teh lemon dan kue kering merupakan kenikmatan yang hanya bisa di peroleh di tempat yang disebut rumah,  home.
Demikianlah yang terjadi pada sore itu. Tiba-tiba ruang tamu penuh asap dan bau plastik serta bau lain menyertai membuat sesak pikiran dan sesak napas kemanusiaan saya. Saya ingin berteriak kepada siapa yang telah merusak sore sempurna saya dengan bau asap pembakaran. 
Saya keluar rumah dan tampaklah onggokan rumput, daun, kayu dibakar  untuk tujuan agar tanah tersebut bersih dari sampah daun berserakan dan sampah plastik bergelimpangan. Cara praktis yang dilakukan si pembersih adalah dengan membakar. Rumput basah ketika dibakar membubungkan bau yang menyesakkan dada. Plastik yang dibakar, bau pembakarannya lebih menyakitkan napas. Semua semakin sempurna ketika si pembakar pulang dan membiarkan asap berkepul-kepul saling berpelukan di langit menyelimuti semua rumah yang dilewatinya. Rumah saya sebagai tempat yang terdekat dengan pusat pembakaran,  mendapatka  anugerah asap dan  bau yang paling banyak. 

3. Sesekali matikan speaker mesjid jika acara yang didengungkan tidaklah penting 
Kasus:
Senja itu sekitar satu jam menjelang magrib. Saya sedang menemani seorang saudara yang sedang menghirup napasnya satu per satu sebeluk umur menetapkan bahwa tak ada lagi napas untuknya. Seluruh keluarga menahan air mata. Perpisahan dengan saudara tercinta  terasa terlalu berat ketika tatapan kami jatuh pada dua bocah kecil yang belum mengerti arti kematian. 
Kami senyap menekuri takdir dan bayangan kesusahan yang akan dihadapi dua bocah.
Tiba-tiba sebuah teriakan dari speaker mesjid membuat kami hampir terloncat dari keimanan kami sebagai orang lslam. Suara seorang anak mempermainkan speaker sambil menunggu saat magrib. Dia menyanyikan lagu berganti-ganti dari berbahasa arab ke bahasa Indonesia diselingi cekikik dan memanggil temannya untuk segera datang. Para tetangga sangat tahu bahwa saudara baru kembali dari rumah sakit dua hari lalu. Pengurus masjid yang menyerahkan mik dan speaker pada anak-anak sangat tahu ada yang sakit parah. Sangat aneh ketika tidak bisa bersabar dan bertanya bagaimanakah keadaan si sakit. Sangat bijaksana jika selama si sakit yang tinggalnya dua rumah  dari masjid menikmati sekaratnya tanpa pekik dan cekikik senang anak-anak yang dibiarkan narsis dengan mengumbar suaranya untuk bernyanyi di mik mesjid.

3. Minta ijin jika masuk ke pekarangan rumah tetangga.
Kasus:.

No comments:

Post a Comment