Thursday, June 25, 2020

Tentang Kehidupan

Kosim sangat menyukai berangan-angan. Kemarin dia berangan-angan memelihara kambing.  Dia berkata pada Saripah dengan menggebu-gebu dan istrinya itu mendengarkannya dengan tanpa  berkomentar. 

"Mula-mula aku akan mencari kambing bibit yang bagus. Kamu tahu seperti apa kambing yang bagus lpah?"

Tentu saja istrinya tidak akan menjawab pertanyaan suaminya itu. Saripah, si anak petani, tahu ciri-ciri kambing yang bagis untuk jadi indukkan. Tapi pengetahuannya itu tidak akan berguna, ia sangat tahu bagaimana perangai suaminya jika ia berpendapat atau bersikap sedikit tahu. Ia akan menerima cacian atas pendapatnya yang dipandang suaminya penuh kecacatan. Suaminya akan menegaskan bahwa dirinyalah yang paling tahu soal kambing.

"Apapun informasi tentang kambing, Akang tahu semuanya lpah. Pasar domba itu sudah Akang amati.  Akang sudah mewawancarai semua pedagang kambing mengenai trik dan teknik menemukan kambing yang bagus untuk jadi induk." Suaminya memaparkan dengan suara yang agak sedikit dinaikkan. Dia ingin istrinya yang dianggapnya bodoh itu memahami penjelasan dirinya. Suaminya ingin menunjukkan bahwa pengetahuannya jauh di atas pengalaman lpah yang pernah mengurus kambing semasa mulai masuk SD sampai tamat. 
"Akang akan memelihara kambing dengan cara yang tidak biasa. Kalau orang-orang memelihara kambing dengan mengandalkan rumput yang disabit secara alami. Akang akan menciptakan pakan fermentasi. Musim hujan,  musim kemarau bahkan musim gila pun tidak akan memengaruhi ketersediaan pakan." Kosim berteriak. Sesunguhnya dia meneriakkan kegembiraan dalam hatinya karena istrinya tidak menimpali apalagi menentang pembicaraannya. Dia menjadi semakin yakin bahwa istrinya memang bodoh. Dia hanya bisa melihat dunia dengan sebelah matanya saja sehingga ia hanya bisa menangkap setengah saja dari segala informasi yang ada di hadapannya.  Sungguh menyenangkan memiliki istri bodoh.

Istrinya tidak mengeluarkan kata-kata. Yang berkata adalah tangannya. Tangan kirinya memegang serok sedangkan tangan kanannya memegang sodet. Suara sodet yang menyentuh wajan pengggorengan menjadi kata-kata dalam diam yang berkata bahwa membuat gorengan itulah yang menghidupi rumah tangga yang dicap dan digadang-gadang suaminya sebagai rumah tangga paling harmonis di seluruh kampung Simpang. 



No comments:

Post a Comment