Monday, June 15, 2020

Orange Girl

Kisah seorang ayah, dokter, yang meninggal pada saat anaknya, Georg berusia 3,5 tahun.
Ketika Georg berusia 15 tahun, dia diberi surat yang ditulis ayahnya untuknya. Surat yang membuat siapapun sedih dan mempertanyakan hidup dan kenapa seharusnya memilih hidup.

Tulisan  Jostein Gaardner menarik dan penuh pelajaran. Siapapun yang membaca akan terpesona sederhananya plot tapi pilihan kata-katanya sangat tepat sehingga memberikan pemahaman baru tentang menghargai hidup dan pilihan hidup. 

Kekhawatiran akan kematian dimiliki siapapun. Berikut tuturan penulis:
Bayangkan, Georg, andai ada sebuah tangan lain untuk digamit di seberang sana! Tapi, aku tidak percaya adanya sisi seberang itu. Aku hampir yakin aku tidak percaya. Segala sesuatu yang ada hanya ada hingga segalanya berakhir. Tapi, hal terakhir yang digenggam seorang manusia biasanya adalah sebuah tangan.

Mungkin kamu mengerti itu meskipun kita kadang-kadang menyanyikan lagu pengantar tidur yang dimulai dengan: Matahari sedang menutup matanya sekarang, dan tak lama lagi aku pun demikian. Kamu ingat itu?

Kamu hanya punya dua pilihan ini. Itulah aturannya. Dengan memilih hidup, kamu juga memilih mati.

Aku hampir merasa bersalah karena aku sebagian bertanggung jawab dalam menghadirkan kamu di dunia. Dilihat dari suatu cara tertentu, akulah yang memberimu kehidupan ini, atau lebih tepatnya aku dan si Gadis Jeruk. Akan tetapi, aku pulalah yang suatu hari akan mengambilnya darimu. Memberi kehidupan pada seorang anak kecil bukan sekadar memberinya Anugerah Dunia yang besar. Itu juga berarti mengambil kembali anugerah yang sama, yang tak terpahami itu.

Tanyai Ibu atau Ayahmu bagaimana mereka saling bertemu. Barangkali ada kisah menarik untuk mereka ceritakan. Lebih baik tanyai mereka berdua karena cerita mereka mungkin tidak akan persis sama.

Jangan heran jika mereka tiba-tiba jadi agak malu; kupikir itu cukup normal. Dongeng-dongeng yang kita bicarakan ini tidak pernah identik, tapi aku mulai mengerti bahwa semuanya punya peraturan yang agak sensitif yang bisa membuatnya sulit untuk dibicarakan. Mungkin kamu mesti hati-hati untuk tidak terlalu mencampuri peraturan-peraturan tersebut. Hal semacam ini tidak selalu mudah untuk diungkapkan dalam kata-kata, dan kamu harus pintar “berstrategi”.

Atau, kupinjam beberapa patah kata bijak dari Ayahku: hidup ini seperti sebuah lotre besar di mana hanya tiket para pemenanglah yang diperlihatkan.

Kamu yang sedang membaca buku ini adalah salah seorang pemegang tiket yang menang itu. Kamu beruntung



No comments:

Post a Comment