"Saya mau ikut editor saja dibanding dengan menulis PTK menjadi buku, atau satu guru satu buku, atau 1 siswa 1 buku, atau BP, yang saya sendiri tidak tahu kepanjangannya apa," jawab saya.
"Oh kalau begitu cepat-cepat daftar, " katanya.
Saya memikirkan ulang beberapa kali, mendaftarkan ke kegiatan itu harus jelas tujuannya apa. Saya yakin memang mengikuti kegiatan menjadi editor lebih penting untuk saya ketimbang kegiatan menulis. Apalagi sekarang, menulis sedikit tidak terlalu menjadi masalah setelah saya dapat menggunakan aplikasi menulis dengan cara direkam. Memang benar tulisannya tidak serapi yang ditulis secara manual, tetapi paling tidak saya dapat menuangkan gagasan dengan cara yang lebih cepat.
Pikiran saya yang mengawang-awang memikirkan apa manfaat menulis segera terhenti karena ada notifikasi pada WhatsApp. Saya segera buka. sungguh terkejut saya menemukan bahwa dia telah mengirim saya pembayaran untuk pendaftaran tersebut. Saya tidak menduga
Bahwa dia sesigap itu membayarkan saya untuk mengikuti kegiatan.
Saya pandang itu sebagai sebuah Anugerah, sebuah jalan, dan sebuah peluang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baru. Selama ini sendiri pengalaman menjadi editor pernah saya lakukan. tetapi belum pernah mendapatkan sertifikat. Kadang sertifikat itu lebih penting daripada keahlian. begitu?
Pikiran saya kembali terbawa ke obrolan tadi siang. Seorang pegawai negeri yang masih muda menanyakan apa yang harus dilakukannya dengan karirnya. Di satu sisi Dia sangat ahli dengan pekerjaannya sehingga dia pantas mendapatkan posisi sebagai supervisor. Tetapi secara pendidikan dia hanya mengantongi ijazah D3. jadi dengan demikian dia tidak dapat mendapatkan posisi supervisor tersebut karena ada orang lain yang memiliki ijazah S1, tetapi tidak memiliki keahlian seperti dirinya. Tetapi pimpinannya memilih yang S1 itu untuk menempati posisi tersebut. Jadi seolah-olah ijazah lebih penting ketimbang keahlian.
Kebaikan dia padaku tentu memberikan beban tersendiri. beban dalam arti harus menyadari bahwa kalau seseorang berbuat baik kepada kita maka kita harus membalas kebaikan tersebut hutang kebaikan harus pula dibayar kebaikan. sebetulnya itu tidak terlalu saya sukai. namun itulah yang terjadi.
Segera saya mendaftar. Ada bagian yang kurang saya setujui pada kolom pendaftaran tersebut. Pada bagian nama harus menuliskan gelar. Bagi saya pribadi penulisan gelar tidak perlu untuk ditulis di sana. karena yang dibutuhkan disana adalah ilmu untuk menguasai editor. Pendaftaran tanpa menggunakan gelar bagi saya terasa lebih nyaman. Bukan karena saya tidak memiliki gelar yang tinggi, tetapi kadang-kadang penulisan gelar membuat orang lain tidak nyaman, merasa inferior, atau bahkan merasa tidak percaya diri ketika melihat dirinya gelarnya terlalu rendah dibandingkan dengan gelar yang lain. Jadi akhirnya saya Tuliskan nama tanpa gelar. Apakah itu nanti akan berpengaruh tanda tanya entahlah.
No comments:
Post a Comment