Seharusnya saya bertemu dengan
siswa saya pagi ini. Saya telah berniat akan tanpa henti membahas Pembawa Mayat
dan membantu memahamkan makna implisit yang disembunyikan penulis. Dengan cara
ini diharapkan siswa saya mendapatkan cara pandang baru terhadap bacaan non pelajaran,
seperti misalnya cerita pendek. Diharapkan pula mereka nantinya bersedia
membaca teks jenis apapun, tanpa memandang teks akademis, non akademis, fiksi,
non fiksi. Banyak yang ingin saya bagi kepada siswa saya karena mereka adalah
orang yang menggantikan saya nanti di masa datang.
Semua keinginan itu terpaksa saya
tunda, saya harus melaksanakan tanggung jawab lain yang juga nantinya secara
tidak langsung akan berguna bagi siswa saya. Mendapatkan ilmu cara menulis
ilmiah, sangat membantu saya nantinya untuk dapat mencontohkan kepada siswa
saya bagaimana cara menulis dan mendapatkan keuntungan finasial dari menulis.
Melihat adanya manfaat bagi siswa saya, maka saya bismillah memulai hari ini
melaksanakan tanggung jawab di tempat yang jauh dari siswa saya. Saya belajar
pada saat siswa saya juga belajar.
Saya belajar melalui pelatihan
singkat. Pelatihan bagi guru yang ditujukan untuk memberikan kesempatan
kepadanya untuk melakukan pengembangan profesinya tanpa henti atau bahasa
kerennya continues professional development. Pelatihan penulisan ilmiah dan
karya inovatif membekali para guru untuk dapat berkarya dan bersilaturahmi
secara akademik melalui tulisan populer, tulisan ilmiah, tinjauan ilmiah, atau
laporan karya inovatif. Tentu istilah-istilah karya tulis ilmiah ini terdengar
pelik. Penyaji menyatakan bahwa menulis ilmiah tidaklah pelik. Beliau
menjelaskan bahwa semuanya menjadi mudah karena adanya bantuan teknologi.
Penyaji menjelaskan bahwa pada
masa ini, karya-karya dapat dengan mudah dibuat. Sebagai sumber inspirasi,
beliau mengatakan, saat ini banyak sekali karya-karya orang lain yang dimuat
secara online. Baca sebanyak-banyaknya karya orang dan mulailah membuat karya
sendiri. Menurut beliau, bagi dosen, hampir setiap bulan mereka dituntut untuk
menghasilkan jurnal. Dosen dan guru sama dari unsur profesionalnya sebagai
pendidik. Tidak salah jika guru juga dituntut sama seperti para dosen dalam hal
menghasilkan karya tulis.
Penjelasan dari penyaji
sesungguhnya sangat membantu guru, sebagai peserta pelatihan, untuk mulai
mensejajarkan dirinya secara profesional dengan dosen. Pun, mendorong para guru
untuk mulai percaya diri berbagi karya tulis. Kenyataannya tidak demikian,
sebagian peserta masih merasa canggung untuk berbagi buah pikirnya pada media
masa seperti koran. Mereka menyebutkan bahwa menulis pada koran lebih sulit
daripada menulis jurnal. Tentu saja pendapat ini tidak dapat dijadikan hukum.
Bisa saja yang menyebut sulit karena belum lagi mencoba sudah menyerah dan
tidak mengirim tulisannya.
Penyaji berikutnya menjelaskan
mengenai Jurnal dan tata cara penulisan untuk jurnal. Saya seperti dibawa
kembali ke masa kuliah. Kembali istilah sitasi, similariti, plagiasi muncul.
Kembali pula terbayang susah payahnya menulis jurnal sehingga dapat dimuat pada
buku prosiding. Jerih dan payah untuk dapat menulis sebuah karya yang terkait
dengan pendidikan terasa sangat berat pada posisi sebagai mahasiswa. Mahasiswa
dengan kebanggaan bahwa dirinya memiliki banyak pengetahuan mengenai bidang
yang sedang dipelajarinya. Padahal sesungguhnya semakin merasa banyak tahu,
sesungguhnya dia tidak tahu banyak.
Kegiatan berakhir, dan penutupan
pun tiba. Saya memutuskan untuk pulang malam itu juga. Peserta pelatihan lain
memilih pulang pagi hari karena mereka berasal dari luar Jawa. Saya pulang
dijemput melewati Puncak. Di luar dugaan, perjalanan Jalarta-Cianjur lebih lama
ketimbang ketika saya berangkat. Perjalanan selama 8 jam untuk menempuh jarak
130km. Jalan Puncak dalam perbaikan. Mobil pengguna jalan diberi waktu lewat
dengan sistem tutup buka. Perjalanan yang terasa lebih melelahkan dari yang
seharusnya.
Subuh pukul 4 saya baru tiba di
rumah. Tidak sempat saya meluruskan punggung, subuh sudah dekat. Perjalanan
pelatihan yang penuh pelajaran. Semoga saya bisa membuat rencana tindak lanjut
yang realistis sehingga pelatihan yang diikuti menjadi ayah-ibu kandung dan
berbuah banyak karya.
No comments:
Post a Comment