Thursday, August 17, 2017

Kamis, 17 Agustus 2017

Merdeka!!!
Hari ini, 72 tahun lalu, Soekarno mengumumkan kemerdekaan bangsa ini. Gegap gempita pengumuman tersebut disambut oleh seluruh bangsa. Mereka bersuka ria atas anugerah besar kemerdekaan. Merdeka diartikan bebas. Bebas dari cengkraman penjajah. Bebas menyuarakan hak-haknya sebagai rakyat merdeka.

Kini, pengumuman diumumkan lewat WA bahwa ada peringatan hari kemerdekaan ke 72 di sekolah pukul 07.00. Pengumuman disambut dengan ekspresi merdeka. Ada yang menolak karena ada kepentingan keluarga, ada yang diam saja menganggap upacara begitu-begitu saja, ada yang berkomentar untuk apa upacara, ada yang mengajak hadir sepulang upacara bisa jalan-jalan, memanfaatkan waktu dengan menghibur mata. Berbagai tingkah sebagai ekspresi merdeka menjawab sebuah informasi.

Saya meniatkan akan hadir upacara. Jika ditanya kenapa ikut upacara. Saya tidak akan menyiapkan jawaban politis ataupun berbau gaya-gaya orang sok nasionalis. Saya akan jawab sederhana sebagai berikut, ' saya diundang untuk upacara, kewajiban saya adalah memenuhi undangan.' Selesai.

Dan,
Saya pun berdiri mengikuti upacara, menyimak Proklamasi dibacakan oleh pembina upacara. Saya membayangkan seperti apa dulu Soekarno berdiri, seperti apa reaksi orang-orang ketika proklamasi dikumandangkan. Adakah diantara mereka yang menitikkan air mata pertanda kebahagiaan? Adakah diantara mereka yang merasakan dadanya seolah lapang, hilang himpitan dan tekanan dari sesama manusia yang mengaku dirinya lebih berkuasa atas manusia lainnya?

Seusai upacara saya memilih menulis di blog ini. Teman-teman guru yang lainpun memiliki kegiatan sendiri. Beragam kegiatan yang bisa ditangkap: guru merangkap penjual pakaian sedang menggelar dagangan pakaian anak-anak, ibu-ibu, kedurung, dan segala macam bungkus badan yang mungkin menggoda para guru untuk menjadikannya sebagai koleksi atau mengikuti trend. Ada juga guru yang menawarkan makanan, segala makanan.

Saya melaksanakan rencana hari ini yakni membuat surat undangan yang ditujukan kepada siswa (orangtua) untuk menyumbangkan satu buku non pelajaran untuk mendukung program literasi sekolah. Surat itu sendiri dikeluarkan oleh pihak sekolah, dengan demikian dibuat oleh TU. Saya merasa sedikit pesimis. Sepertinya program literasi ini akan kurang berhasil karena minimbya kepedulian dari pihak yag diharapkan peduli. Namun saya akan mencoba sekemampuan untuk membuat paling tidak para siswa mengenal literasi dalam arti yang paling sederhana yang mengumpulkan buku non pelajaran, bukunya disimpan di kelas, dibaca oleh anggota kelas, ditukar bukunya dengan kelas lain secara periodik, dan terus seperti itu. Guru pun diundang untuk ikut terlibat.
Membaca sepertinya sedikit terdengar tidak seksi di telinga para guru.

Kemerdekaan diharapkan membuat saya merdeka untuk mengajak siswa dan guru menjadi pembaca aktif buku-buku non pelajaran. Semoga dengan aktif membaca, dalam waktu dua atau tiga tahun kedepan muncul cara pikir dan cara pandang baru terhadap pendidikan, terhadap memberikan layanan pendidikan, dan menjadikan warga sekolah ini menjadi orang yang lebih baik.


No comments:

Post a Comment