Secara pribadi, bagi saya,
mengajar selalu menarik. Banyak hal yang dapat ditemukan dan dipelajari dari
kegiatan mengajar. Hal-hal menarik sekaligus menantang juga ditemukan pada
peran sebagai wali kelas. Saya mencoba menjalankan peran ini sebaik yang mampu
saya lakukan.
Hari Sabtu ini, tidak ada
pelajaran sekolah. SMAN 2 menerapkan program full day school atau sekolah hanya
5 hari. Artinya Sabtu, libur. Anak-anak yang diwalikelasi meminta diadakan
kegiatan silaturahmi dengan wali kelas sambil makan siang. Jadilah namanya
acarnya “liwet party”. Liwet adalah makanan berat yang terbuat dari beras.
Bedanya nasi biasa, nasi liwet dimasak dengan diberi bumbu. Lauknya, biasanya
ikan asin, sambal, lalap, tahu, tempe, kalau ada goreng ayam, kerupuk, kalau
suka goreng jengkol. Saya mengiyakan ketika siswa meminta liwet party di rumah
saya.
Mungkin para siswa ingin mengetahui
seperti apa wali kelasnya ketika di rumahnya. Apakah dia seperti yang
dipikirkannya? Apakah dia malah di luar yang didugakannya? Mungkin bagi siswa,
bagaimana seorang wali kelas yang sekaligus juga gurunya merupakan misteri
besar. Saya berpikiran begitu, karena bagi saya, siswa saya yang imut-imut,
cantik-cantik, ganteng-ganteng, manis-manis di kelas atau ketika bertemu di
sekitar sekolah, saya tidak pernah tahu seperti apa aslinya, tampilan
alamiahnya ketika di rumah. Kalau saya mampu, ingin sesekali melihat atau
bertemu siswa saya diluar kelas. Saya mungkin menemukan hal baru atau di luar
dugaan. Who knows.
Saya berpenampilan apa adanya
ketika menerima siswa di rumah. Mereka datang satu persatu. Membawa ceritanya
masing-masing. Merka membicarakan mimpi tentang kuliahnya. Ada yang mengaku
masih tidak tahu harus kuliah kemana karena khawatir terjadi sesuatu di tengah
perjalanan kuliahnya. Bagi saya, hal ini menimbulkan keprihatinan. Masa di
kelas 12 akan berakhir dalam hitungan bulan, mereka masih belum memiliki
pilihan yang jelas hendak kemana mereka melanjutkan kuliah. Bukan salah mereka,
bisa saja salah guru, sekolah, kebijakan, atau mungkin pemerintah.
Kesalahan guru diantaranya para
guru tidak memiliki dan menyediakan waktu untuk mendengarkan impian-impian
mereka. Guru masuk ke kelas dan memberikan pelajaran sesuai yang jadi tanggung
jawabnya. Tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendengar bisikan-bisikan
impian mereka. Guru pun bisa saja tidak sempat menanyakan apa impian mereka.
Waktu untuk mengajar begitu sempit, tidak cukup untuk menampung impian siswa. Atau bisa saja guru merasa bahwa urusan
kemana siswa melanjutkan setelah SMA, telah ditangani oleh guru bimbingan dan
konseling. Mereka bertanggung jawab untuk menelusuri minat siswa dan mengarahan
siswa berdasarkan bakatnya.
Sekolah, ikut berkontribusi bagi
gelapnya masa depan kuliah harus kemana. Sekolah mencoba menempatkan siswa
berdasarkan peminatannya. Setelah dikelompokkan berdasarkan minatnya, terbagi
menjadi peminatan bahasa, matematika dan IPA, dan ilmu sosial. Sayangnya,
setelah mereka didudukkan di kelas
sesuai minatnya, mereka tidak diberi fasilitas dan sarana yang cukup
untuk mengembangkan minatnya. Contoh, siswa yang menyukai ilmu biologi, hanya
cukup disuguhi biologi paket, dari buku. Mereka tidak sempat menikmati
bagaimana biologi yang sesungguhnya yang membuat mereka melihat bahwa dengan
penguasaan ilmu biologi mereka bisa menjadi orang. Seolah pengelompokkan
berdasarkan minat, hanya memudahkan mereka untuk dipisahkan menjadi
kelas-kelas.
Kebikajan pemerintah membuat
siswa SMA buntu. Ketika mereka menerima ijazah SMP dan hendak melanjutkan ke
SMA, sesungguhnya mereka tidak tahu apa kelebihan dirinya. Mereka tidak bisa
mengukur dirinya apakah cocok masuk ke SMA atau ke sekolah kejuruan. Semua
orang melanjutkan berdasarkan maunya kemana, bukan berdasarkan kemampuan apa.
Akibatnya tidak sedikit siswa SMA tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi
karena secara akademik tidak mencukupi kualifikasi universitas yang akan
menampungnya. Atau sebaliknya, lulusan SMK berjuang keras untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi, bukannya langsung bekerja.
Terakhir pemerintah itu sendiri.
Pemerintah belum melaksanakan tanggungjawabnya dengan penuh. Pada saat siswa
SMA lulus, pemerintah menyediakan ujian masuk perguruan tinggi untuk sebagian
siswa. Jika lulus, maka biaya pendidikan menjadi urusan orang tua siswa. Untuk
negara sekaya Indonesia, pendidikan setiap anak bangsa seyogyanya dapat dibantu
melalui bantuan pendidikan, atau boleh saja dana pinjaman pendidikan. Ketika
pemerintah tidak menawarkan bantuan, maka siswa lulusan SMA memilih bekerja.
Hal in berlawanan dengan tujuan melanjutkan sekolah di SMA, yaitu untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi. Mereka memilih bekerja dan merebut lahan
lulusan SMK.
Salah seorang siswa saya
mengatakan bahwa dia tidak dapat melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan
tinggi karena tidak ada yang membiayai. Saya merasa sedih mendengar hal ini.
Saya hanya mampu mendo’akan semoga dia mendapatkan pekerjaan, dan suatu saat dapat
melanjutkan pendidikannya dengan uangnya sendiri. Di dunia ini, kadang banyak hal yang tidak
dapat saya pahami. Ada siswa yang mampu secara akademik untuk melanjutkan
kuliah, namun terbatas kemampuan ekonominya. Sebaliknya, ada siswa yang kuat
secara ekonomi, namun tidak kuat secara akademik. Hal-hal tersebut menjadi
rahasia Pencipta. DIA menciptakan banyak rahasia untuk menjadikan manusia terus
belajar.
No comments:
Post a Comment