Pembahasan tentang Pembawa Mayat
baru bisa dilanjutkan lagi pada kegiatan literasi pagi ini. Saya menyoroti
kalimat ‘Dalam
kepalanya jalan lebih panjang dari doa yang tak putus.’
Kalimat diatas menyuguhkan dua hal,
doa dan jalan. Mengapa doa bisa lebih panjang dari jalan yang tak putus. Saya
jelaskan kepada siswa bahwa ini pemikiran terbalik. Seharusnya doa lebih
panjang dari jalan yang tak putus. Penjelasannya seperti berikut ini. Jalan,
sepanjang apapun, ada akhirnya. Artinya, jalan yang panjang, berliku, seolah
tiada akhir, sesungguhnya ada ujungnya. Sedangkan doa, adalah jalan non fisik
yang dibuat oleh manusia untuk menghantarkan keinginannya kepada Tuhannya.
Jalan untuk sampai pada ujung doa, atau terkabul, tidak ada yang mengetahuinya.
Jika seseorang ‘Dalam kepalanya
jalan lebih panjang dari doa yang tak putus’ menandakan bahwa orang ini sangat
putus asa. Si suami memanggul mayat dan menyusuri jalan fisik. Kita melihatnya
dia sedang menyusuri jalan sambil memanggul mayat. Sesungguhnya dalam pikiran
si suami, dia sedang menyusuri jalan non
fisik, dia sedang berjalan besama istrinya menuju ke kehidupan yang baru.
Kesimpulannya, doa adalah jalan.
Setiap orang harus berani menempuhnya walaupun tidak pernah tahu dimana ujung
jalannya.
Hari ini, saya bertemu lagi dua kali
dengan siswa 12 MIPA 6. Pertama ketika literasi dan kedua ketika mengajar,
selama 90 menit. Pada pertemuan hari ini saya membahas ‘Caption.’ Saya bertanya kepada siswa apa definisi
Caption, mereka menjawab berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka.
Misalnya caption adalah ungkapan perasaan, mungkin didasarkan pada caption yang
dibuat pada Instagram. Saya merasa sedih. Definisi caption ada pada buku paket
yang mereka bawa sejak 2 minggu lalu. Saya menduga, jangan-jangan mereka hanya
membawa-bawa bukunya ke rumah-ke sekolah-ke rumah- ke sekolah tanpa
dibaca.
Saya meminta siswa agar membuka
halaman 17 dan membaca baris ke satu agar mereka dapat menemukan definisi
caption. Pada buku tertulis ‘Caption, also known as cutline, is a text below an
image.’ Definisi yang sangat sederhana. Saya bertanya kepada siswa,’ what is
another name for caption? (apa istilah lain untuk caption?) Mereka terlihat
bingung. Jangan-jangan yang dibaca baru saja, tidak mereka pahami. Padahal saya
ingin mereka serempak menjawab ‘cutline.’ Tapi itu berakhir pada keinginan
saja. saya kira, saya berkeinginan terlalu tinggi tanpa mengajak siswa memahami
apa padanan kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia. Saya trjemahkan kalimat ke
satu tersebut dan saya ulang pertanyaan tadi. Dan syukurlah mereka bisa
menjawab.
Hal di atas menyiratkan bahwa kosa
kata siswa belum kaya. Saya harus memikirkan cara bagaimana agar mereka
memiliki banyak kosa kata. Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Saya
berpikiran, ke depan, ketika mengajar, saya akan mengulang-ulang kata yang saya
asumsikan baru, dan siswa mencoba menggunakannya dalam kalimat. Semoga dengan
cara itu berhasil. Selama ini mencatat kosa kata baru pada buku catatan, tidak
berhasil. Kosa kata hanya jadi catatan saja, tidak mereka ingat.
No comments:
Post a Comment