Tuesday, August 8, 2017

Hari Ke-17

Pembahasan tentang Pembawa Mayat baru bisa dilanjutkan lagi pada kegiatan literasi pagi ini. Saya menyoroti kalimat ‘Dalam kepalanya jalan lebih panjang dari doa yang tak putus.’ 

Kalimat diatas menyuguhkan dua hal, doa dan jalan. Mengapa doa bisa lebih panjang dari jalan yang tak putus. Saya jelaskan kepada siswa bahwa ini pemikiran terbalik. Seharusnya doa lebih panjang dari jalan yang tak putus. Penjelasannya seperti berikut ini. Jalan, sepanjang apapun, ada akhirnya. Artinya, jalan yang panjang, berliku, seolah tiada akhir, sesungguhnya ada ujungnya. Sedangkan doa, adalah jalan non fisik yang dibuat oleh manusia untuk menghantarkan keinginannya kepada Tuhannya. Jalan untuk sampai pada ujung doa, atau terkabul, tidak ada yang mengetahuinya.

Jika seseorang ‘Dalam kepalanya jalan lebih panjang dari doa yang tak putus’ menandakan bahwa orang ini sangat putus asa. Si suami memanggul mayat dan menyusuri jalan fisik. Kita melihatnya dia sedang menyusuri jalan sambil memanggul mayat. Sesungguhnya dalam pikiran si suami,  dia sedang menyusuri jalan non fisik, dia sedang berjalan besama istrinya menuju ke kehidupan yang baru.
Kesimpulannya, doa adalah jalan. Setiap orang harus berani menempuhnya walaupun tidak pernah tahu dimana ujung jalannya.

Hari ini, saya bertemu lagi dua kali dengan siswa 12 MIPA 6. Pertama ketika literasi dan kedua ketika mengajar, selama 90 menit. Pada pertemuan hari ini saya membahas ‘Caption.’  Saya bertanya kepada siswa apa definisi Caption, mereka menjawab berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka. Misalnya caption adalah ungkapan perasaan, mungkin didasarkan pada caption yang dibuat pada Instagram. Saya merasa sedih. Definisi caption ada pada buku paket yang mereka bawa sejak 2 minggu lalu. Saya menduga, jangan-jangan mereka hanya membawa-bawa bukunya ke rumah-ke sekolah-ke rumah- ke sekolah tanpa dibaca. 

Saya meminta siswa agar membuka halaman 17 dan membaca baris ke satu agar mereka dapat menemukan definisi caption. Pada buku tertulis ‘Caption, also known as cutline, is a text below an image.’ Definisi yang sangat sederhana. Saya bertanya kepada siswa,’ what is another name for caption? (apa istilah lain untuk caption?) Mereka terlihat bingung. Jangan-jangan yang dibaca baru saja, tidak mereka pahami. Padahal saya ingin mereka serempak menjawab ‘cutline.’ Tapi itu berakhir pada keinginan saja. saya kira, saya berkeinginan terlalu tinggi tanpa mengajak siswa memahami apa padanan kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia. Saya trjemahkan kalimat ke satu tersebut dan saya ulang pertanyaan tadi. Dan syukurlah mereka bisa menjawab.

Hal di atas menyiratkan bahwa kosa kata siswa belum kaya. Saya harus memikirkan cara bagaimana agar mereka memiliki banyak kosa kata. Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Saya berpikiran, ke depan, ketika mengajar, saya akan mengulang-ulang kata yang saya asumsikan baru, dan siswa mencoba menggunakannya dalam kalimat. Semoga dengan cara itu berhasil. Selama ini mencatat kosa kata baru pada buku catatan, tidak berhasil. Kosa kata hanya jadi catatan saja, tidak mereka ingat.

Saya memberikan koran The Jakarta Post agar para siswa bisa membedakan caption dengan cutline. Saya sangat bahagia melihat siswa begitu semangat menemukan caption. Mereka dapat membedakan caption dan cutline dengan mudah. tidak terasa waktu sudah berakhir. Saya merencakan minggu depan akan mengajak siswa membuat caption sendiri. Fotonya mereka ambil sendiri dari sekitar sekolah. Seperti apa hasilnya, kita tunggu minggu depan

No comments:

Post a Comment