Hari yang dikhawatirkan itu tiba. Hari yang ditetapkan menjadi tonggak pelaksanaan literasi yang ditandai dengan memnginfakkan buku dari seluruh warga sekolah. Siswa diharapkan menginfakkan 1 buku non pelajaran, guru dan TU menginfakkan 5 buku.
Upacara berlangsung seperti biasa, saya khawatir himbauan infak tidak ditanggapi dengan hadirnya buku. Terik matahari pagi terasa lebih menyengat ketika pikiran diselimuti kekhawatiran. Upacara usai. Pembina upaca mengingatkan bahwa kita orang merdeka. Artinya memiliki keleluasaan untuk maju, tidak dijajah siapapun.
Acara infak dimulai. Satu persatu buku mulai menumpuk di meja di depan lapangan upacara. Para guru, di luar dugaan menginfakkan juga buku. Saya meminta bantuan Bapak Kepala Sekolah untuk melakukan sedikit seremoni penerimaan infak-dan-penyerahan-infak kepada siswa dan guru.
Saya menginventarisir buku yang diinfakkan guru, terdapat 153 ekspemplar. Alhamdulillah. Sebuah awal yang menggembirakan dan menjanjikan.
Saya menjelaskan kepada para wali kelas agar menginventarisir buku yang diinfakkan siswa. Kemudian pada hari Selasa ditentukan pengelola literasi di kelas. Tugasnya mencatat perputaran buku. Buku apa dibaca siapa, format untuk hal tersebut telah ada pada panduan. Selain itu, para wali kelas juga diminta agar meminta para siswa membawa satu buku tulis untuk dibuat jurnal harian membaca. Lagi-lagi, format ada pada panduan.
Satu dua mengeluh karena panduan dalam bentuk pdf yang unggah di WA enggan untuk mengaksesnya. Mereka meminta agar diprint outkan. Saya menjawab dengan meminta bantuan kepada pihak sekolah agar membantu mengeprintakan panduan dan pedoman pelaksanaan literasi untuk semua guru.
Permintaan dari para guru artinya pertanda keseriusan pelaksanaan literasi di sekolah.
Waktu terasa berjalan lebih cepat dari yang seharusnya. Pukul 8.00. Saya merekap infak buku dari guru pada format yang telah saya sediakan. Seorang guru mendekati saya meminta izin pertimbangan untuk keikutsertaan siswa lomba di Polban yang hari ini harus daftar secara online. Saya membantu menentukan jenis lomba dan peserta yang mungkin bisa ikut serta. Rembukan bersama akhirnya, dan muncul nama -nama peserta lomba.
Tiba-tiba telepon berbunyi. Suara dari seberang telepon menyebutkan bahwa dia daro travel yang akan menjemput saya ke Jakarta.
Saya memang akan berangkat ke Jakarta untuk menjadi salah satu pembahas pada Workshop sekolah rujukan di region 1. Waktu menjadi mahal ketika banyak hal yang harus diselesaikan dalam waktu yang sama. Semoga saya bisa memberikan sedikit warna baik di sekolah, bagi siswa, juga pihak lain yang sekiranya memerlukan bantuan saya.
Semangat terus miss!
ReplyDelete