Perjalanan menuju kepada sesuatu
yang baru, yang mungkin sebagian tidak dapat diterima akal sehat. Perpaduan
antara fakta, sejarah, dan mitos. James Dananjaya, penulis buku Folklore
Indonesia, menyarankan agar setiap orang Indonesia mencatat setiap cerita,
dongeng, kisah, atau mitos yang beredar disekitarnya sehingga nantinya dapat
menjadi bahan kajian yang lebih mendalam.
Dijadikan folklore milik masyarakat yang membangun dan menjadi penyangga
bagi keberadaban masyarakat selanjutnya.
Saya menyimak nara kisah yang
meriwayatkan nenek moyangnya yang tinggal di. Seperti kehawatiran James
Dananjaya, penyaji kisah, tidak memiliki sebaris tulisanpun tentang kisah nenek
moyanyanya yang menurutnya patut untuk disebarluaskan dan diketahui banyak
orang. Dengan tidak ditulisanya kisah nenek moyangnya, sedikit sekali orang
yang dapat mengakses kisahnya. Mungkin, ketika dia meniggal, maka terkubur pula
kisah-kisah kepahlawanan, kehebatan moyangnya bersama jasadnya.
Kisah tentang kehebatan moyangnya
dari Desa Cibanggala, Kecamatan Campaka, Cianjur dia tuturkan adalah seperti di
bawah ini. Burhan mengaku bahwa dia diceritai neneknya sendiri mengenai
kakeknya yang dipanggil Ayah Sapnay. Diduga Ayah Sapnay keturunan Raja
Sagalaherang. Ayah Sapnay memiliki banyak ilmu yang tidak masuk akal, sebagai
contoh untuk menyalakan api, dan memasak pada tungku (Hawu dalam bahasa Sunda)
dia menggunakan kakinya. Oleh karenanya dia dikenal sebagai Aki Sakti. Namun
sayangnya dia tidak menurunkan kesaktiannya kepada anak cucunya karena dalam
pandangannya nanti akan datang guru-guru lain. setelah dia bicara seperti itu,
mulai bermunculan guru-guru agama di berbagai daerah di Cianjur, seperti Kyai
Cibitung, Kyai Gentur.
Burhan juga menjelaskan bahwa
Presiden Sukarno pernah berkunjung kepada Aki Sapnay sebanyak 3 kali. Dia
mencurigai bahwa Presiden Sukarno masih ada kaitan saudara. Kedatangan Presiden
terkait kesaktiannya. Bahkan kabarnya bendera mereh putih ada di Sukanagara. Misalnya,
Aki Sapnay yang kabarnya ketika merasa lelah berjalan dan betisnya dianggap
sebagai penyebab lelah. Dia menyimpan betisnya dirumahnya dan berjalan ringan
tanpa betis. Kesaktian lainnya, dia mampu menghancurkan batu ibarat tepung.
Kabarnya Aki Sapnay meninggal
karena tenggelam, namun mayatnya tidak ditemukan. Dia menyelam ke dalam sungai
karena ada ikan yang tidak dapat ditangkap. Tersiar kabar bahwa Aki Sapnay
tidak meninggal namun muncul di Ciranjang, 3 bulan setelah dia dikabarkan
tenggelam.
Kehebatan Aki Sapnay, menurut
Burhan, tercatat di pemerintah di Bandung. Namun dia sendiri lupa alamatnya.
Kesaktiannya tercatat karena ada lomba kesaktian antara para jawara. Dikisahkan
ada pria yang selama hidupnya belum pernah melihat darahnya sendiri. Dia mengumumkan
bahwa barang siapa yang mampu membuatnya bisa melihat darahnya sendiri, maka
dia akan tunduk dan berguru kepada orang itu. Aki Sapnay menerima tantangan
tersebut dan bertarung dengan orang itu. Selama 3 hari 3 malam terus bertanding.
Segala hal berbau kesaktian dan aneh ditunjukkan, seperti bisa terbang, bisa berjalan
di atas air, ilmu kanuragan. Hanya ada satu hal yang tidak bisa dilakukan oleh
si penantang yaitu ‘nerus bumi’ atau masuk ke dalam tanah. Si penantang mengaku
kalah.
Banyak orang yang berguru kepada
Aki Sapnay. Ilmu yang diberikan berupa jangjawokan, yaitu menggunakan bahasa Sunda
kuno. Jangjawokan digunakan untuk membuat orang lain tunduk, membuat orang lain
jatuh cinta. Alkisah suatu hari, di Citiis, Sukanagara, Aki Sapnay melakukan
perjalanan. Dalam perjalanan tersebut mereka kemalaman. Aki Sapnay mengeluarkan
kesakatian, telunjuknya bisa mengeluarkan cahaya, sehingga jalan menajdi
terang.
Burhan mengaku bahwa ilmu Aki
Sapnay sama dengan ilmu-ilmu yang sama dengan Dalem Cikundul. Dalam buku
catatan yang ditunjukkan temannya yang berisi kisah para wali, namun sayang dia
tidak mencatatnya. Temannya menceritakan bahwa ayahnya berpesan agar siapapun
keturunannya ingin pintar dan kaya, bawa ke Gunung Citamiang. Ada tiga makam
disana. Bagi yang memiliki kemampuan, gunung tersebut terlihat seperti sebuah
kerajaan. Pohon-pohon yang berjajar terlihat seperti ‘leuit’ atau penyimpanan
bahan makanan pokok, padi. Gunung Citamiang berada di sekitar Cibanggala.
Pada buku tersebut juga
dikisahkan bahwa ada wali bernama Syekh Syarif Hidayatulah yang menemui Syekh
Maulana Mansyur yang menyebutkan bahwa syeh Maulana Mansyur bukan calon surga
karena tidak pernah shalat dan tidak permah melakukan shalat Jumat. Ketika Syekh
Maulana Mansyur meninggal, disetiap tempat (ada tujuh tempat), dan bisa dikubur
di Banten. Syeh Maulana Mansyur bukan tidak pernah ibadah, tapi ibadahnya di
Mekah, karena dia termasuk wali ‘pecah telor’ atau orang yang beribadah di
Mekah. Cara beribadahnya dengan menggunakan kesaktian, memejamkan mata, maka tubuhnya
berada di tempat yang diinginkan. Tempat yang menunjukkan untuk berangkat ke
Mekah ada di terowongan di daerah Pamijahan, Cirebon. Buku tersebut menyebut
nama lain Eyang Kahfi.
Selanjutnya Burhan menyebutkan
bahwa ilmu hikmat berbeda dengan ilmu kewalian. Ilmu kewalian adalah ilmu yang
jelas siapa yang menurunkan ilmunya. Sedangkan ahli hikmat artinya orang yang belajar
mempelajari ilmu agama, rajin, puasa, rajin wirid dan bisa membantu orang lain
yang berada dalam kesusahan. Burhan menjelaskan bahwa urutan kewalian yang dia
ketahui dimualai dari Sayidina Ali, terus turun ilmunya ke Godog kepada Sunan
Rohmat, dari Sunan Rohmat turun ilmunya kepada wali 9, dari wali 9 turun ke
Syeh Syarif Hidayatullah-Banten, turun ke Syeh Maulana Mansyur, terus turun ke
Panguraga, turun kepada Syeh Batari Gentur-Cianjur, turun ke Aki Sapnay. Burhan
mengaku bahwa dirinya adalah orang terpilih yang akan menerima ilmu kewalian,
suatu saat. Dia mengaku telah bermimpi bahwa dirinya didatangi orang berbaju
hijau, dan dia sendiri diminta berbaju hijau. Namun, akunya, permintaan dari
mimpi tersebut belum dilaksanakan.
Kisah yang disampaikan Pak
Burhan, campur aduk antara mitos, legenda, dan fakta. Bagian mana yang sekadar
mitos, misalnya orang berbaju hijau yang datang dalam mimpi. Ada mitos yang
beredar dan ditanamkan dalam pikiran-pikiran orang Islam bahwa Nabi Muhamad,
SAW berbaju hijau dan beliau tidak dapat digambarkan wajahnya karena
keagungannya. Untuk memenuhi kerinduan kepada beliau, maka kabarnya bagi orang
yang beruntung akan bertemu dengannya dalam mimpi, tandanya beliau berbaju
hijau.
Fakta, Pamijahan ada di Cirebon,
dan benar ada terowongan. Namun ketika terowongan tersebut digunakan para Wali untuk
menembus tanah dan kemudian muncul di Mekah mengikuti shalat Jumat. Kabar penggunaan
terowongan untuk jalur menuju Mekah dibuat dalam buku yang dijual di sekitar
Pamijahan. Unsur kebenarannya masih harus ditelusuri. Secara fisik, jarak
Cirebon-Mekah, jika menggunakan pesawat perlu waktu 9 jam. Bagi yang percaya,
hanya dengan memejamkan mata, maka tubuh bisa pindah kemana saja, yang
berbicara bukan logika, tapi keyakinan.
No comments:
Post a Comment