Friday, August 11, 2017

Hari Ke-19

Tidak terasa, saya telah tiba pada hari Kamis di minggu pertama Agustus. Berbicara Kamis, ada hal khas yang hanya di Cianjur.

Kamis menjadi hari istimewa bagi sebagian masyarakat Cianjur.  Pada hari Kamis ada  pengajian,  atau belajar mengkaji Al-Qu'ran. Terdapat satu pengajian yang sangat populer sehingga menghadirkan manfaat ekonomi dari kegiatan tersebut, selain dari manfaat utama yaitu  meningkatnya pengetahuan keagamaan. Pengajian tersebut berada di Bojongherang,  maka terkenal dengan sebutan Pengajian Bojongherang. Pengajian tersebut dipimpin seorang kyai besar dengan penyimak dalam satu kali datang hampir seribu.

Fenomena pengajian yang mendatangkan keuntungan secara ekonomi menjadi keunikan tersendiri untuk kota Cianjur. Banyaknya pengunjung ke pengajian, mengundang hadirnya pedagang tidak tetap, atau pedagang dadakan. Mereka berjualan berjubel memenuhi jalan raya Bojongherang. Kegiatan pengajian dimulai pada pukul 7, diawali dengan hadiah. Acara selanjutnya nadoman dan membahas kajian tentang isi Al-Qu'ran. Acara berakhir sekitar pukul 11 siang.

Acara pengajian yang dimulai pukul 7 dengan hadiah. Hadiah ditujukan kepada yang telah meninggal baik dari kaum cendekia alim ulama ataupun dari jamaah pengajian yang telah berpulang. Pada pengajian ini, para jamaah memiliki kartu anggota. Andai suatu saat ada jamaah meninggal, dia dihadiahi doa pada awal kegiatan pengajian. Biasanya jamaah membawa air pada botol. Mereka menyimpan botol dekat podium tempat pimpinan pembawa doa berharap mendapatkan berkah dari do'a yang dipanjatkan ribuan jamaah.

Selesai hadiah, acara dilanjutkan dengan nadoman. Nadoman adalah membacakan kisah Nabi yang dilantunkan dalam nada naik turun seolah bernyanyi. Nadoman disampaikan dalam bahasa Arab yang mungkin artinya telah dikuasai oleh para jamaah. Namun bagi mereka yang belum tahu tentang isi nadoman, barangkali dia hanya mendengar nyanyian saja.

Acara pokok adalah mempelajari isi Al-Qu'ran yabg dipimpin Kyai sepuh. Semua jamaah menyimak, ada yang duduk di dalam ruangan mesjid, bagi yang tidak mendapatkan tempat duduk diatas tikar atau koran di luar mesjid sampai ke jalan-jalan.

Pengajian Bojongherang dapat menjadi wisata unik bernuansa agamis. Secara wisata, disepanjang jalan raya yang mendadak menjadi pasar, dijual segala hal yang mungkin tidak dapat ditemukan di tempat lain. Makanan tradisional dari luar kota seperti Sukabumi dan Tasik, bisa ditemukan di pasar dadakan ini. Menurut seorang penyuka Opak ketan,  dia menyebutkan bahwa Opak ketan Sukabumi kualitasnya di bawah Opak Ketan Tasik. Opakketan dari Tasik terasa lebih berisi, dia menggunakan kata 'hampos' untuk menggambarkan opak ketan yang kurang berisi.

Seusai pengajian, pengunjung dapat menikmati jajanan tradisional yang mungkin sudah tidak mudah ditemukan.  Bermacam makanan tradisional yang dapat kembali dinikmati diantaranya: leupeut kacang,  kupat, rangginang, dodongkal, talem, apem, mentok, putri noong, urab jagong, kulit, noga, geco, maranggi. Bagi mereka yang membutuhkan peralatan rumah tangga mulai dari cocolek  (sodet) sampai coét (ulekan) semua ada. Atau, yang menyukai fashion,  berjejer baju-baju muslimah dilapak-lapak yang ditutup terpal plastik yang didirikan pada badan jalan.

Kekhasan pengajian Kamis Bojongherang Cianjur memberikannya priviledge pada setiap hari Kamis jalan menuju tempat pengajian ditutup dan berubah jadi pasar.  Fenomena ini hanya milik pengajian Bojongherang saja.
Magnit kesohoran pengajian  Bojongherang mendatangkan banyak keuntungan bagi berbagai kalangan.  Untuk pecinta belajar agama, mereka akan menemukan praktik belajar agama dengan metode ceramah. Bagi mereka yang menyukai kuliner,  dapat menemukan makanan-makanan unik. Bagi penganggur  mereka datang, dan menjadi copet. Merekalah yang mengotori kesakralan pengajian karena nafsu ingin kerja enteng tapi hasilnya banyak.
Pengajian Bojongherang perlu dilestarikan untuk mengenalkan sistem pengajian jenis 'bandung kuping' atau menyimak.

No comments:

Post a Comment