Salah satu syarat pada saat wawancara adalah dilarang mematikan kamera.
Demi menyediakan kamera yang lumayan dan tampil sedikit percaya diri. Kamera laptop diistirahatkan diganti dengan kamera hape. Lumayan, tampilan sedikit terlihat bersahabat pada mata.
Wawancara berlangsung 30 menit lebih awal. Pewawancara menemukan saya join meeting 30 menit di awal. Hal itu dilakukan sesuai petunjuk bahwa peserta harus join 30 menit sebelum wawancara dimulai.
Wawancara terasa sangat formal. Sebelum wawancara dimulai ada semacam kata sambutan dan pengantar dari penyelenggara wawancara.
Wawancara dimulai. Konten wawancara merupakan konfirmasi terhadap critical incident. Informasi dari teman yang mengatakan akan ditanya ideologi, tidak saya alami. Mungkin karena beda konten critical incident. Untung saya tidak tergoda membaca-baca Pancasila. Kalau ya, betapa saya telah buang-buang waktu untuk hal yang tidak ada kaitan dengan critical incident.
Selama 90 menit wawancara berlangsung. Waktu yang cukup lama tapi tidak terasa karena saya diminta menjelaskan semua yang saya tulis di critical incident. Sayang saya kurang bisa mengontrol logat bahasa lbu. Saya agak menyesal untuk hal itu. Saya khawatir pewawancara tidak paham beberapa gambit bahasa ibu saya.
Wawancara sudah berlalu. Hal kedua yang saya khawatirkan terjadi malah terjadi. Kamera mati. Saya menyadarinya ketika terlihat ada gambar macan sedang tidur. Artinya kamera hape mati. Dan benar. Hape mati, batrenya nol. Hape terkoneksi ke laptop yidak membantu kondisi batre naik atau paling tidak berada pada posisi batre yang sama.
Segera saya meminta bantuan si bungsu untuk memperbaiki kamera. Ada-ada saja. Hal yang dilarang malah terlanggar.
Semoga tidak menjadi alasan saya terlempar dari seleksi tahap 2 pendamping guru penggerak.
No comments:
Post a Comment