Tiba-tiba di WhatsApp seseorang mengaku bernama Irma dosen dari Universitas Islam Indonesia yang berada di Yogyakarta mengirim undangan untuk menjadi pembicara sebagai dosen tamu. Dosen tamu yang harus membekali para mahasiswa jurusan Bahasan Inggris, calon guru praktikan, yang akan berpraktik di sekolah untuk pembelajaran daring. Mengapa dipastikan praktik pembelajaran daring?
Hal ini karena pada tahun ini sudah dipastikan Di semester 1 untuk beberapa daerah yang berada di perkotaan masih berzona kuning, merah, atau oranye.
Berkaitan dengan kondisi yang akan dihadapi para mahasiswa pada saat praktik nanti, Ibu Irma meminta agar tema yang disajikan berkaitan dengan Bagaimana menjadi guru bahasa Inggris yang kreatif dalam masa pandemi. Saya memikirkan hal apa sebetulnya yang dapat disampaikan kepada para calon guru tersebut dalam waktu yang singkat sehingga dapat memotivasi dan membekali mereka untuk menjadi guru yang efektif di masa pandemi.
Memberikan bekal menulis rencana pelaksanaan pembelajaran dalam pandangan saya merupakan hal yang penting untuk mereka ketahui. Untuk itu saya memberikan mereka materi rencana pelaksanaan pembelajaran yang tatap muka kemudian dimodifikasi menjadi RPP BDR.
Saya sisipkan bagaimana cara membuat RPP menjadi RPP yang virtual dengan mencantumkan aplikasi atau tool yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara online.
Para mahasiswa kelihatannya sangat terkejut dengan perubahan yang harus mereka hadapi di saat mengajar secara virtual. Beberapa pertanyaan dari mereka yang diajukan menunjukkan ketidaktahuan mereka tentang kondisi mengajar virtual.
Misalnya mereka menanyakan Apakah ada ketentuan khusus untuk memilih Aplikasi apa yang harus dipakai. Ada pula yang menanyakan bagaimana caranya menjaga muda agar siswa terus-terusan mood-nya bagus ketika mengikuti pelajaran virtual. Selain pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada juga mahasiswa yang menanyakan mengenai dialog jurnal yang dulu pernah saya lakukan. Dia sedang melakukan penelitian mengenai dialog jurnal yang diubah menjadi spoken dialog jurnal. Kenapa dia menggunakan dialog jurnal yang berbicara karena siswanya mengalami gangguan penglihatan, sehingga dia tidak dapat menulis.
Saya jelaskan pada mahasiswa tersebut bahwa dialog jurnal dapat dimodifikasi menjadi dialog jurnal dalam bentuk lain.misalnya menjadi dialog jurnal, berbentuk misalnya penyajiannya menggunakan Instagram Facebook atau media sosial lainnya. Dengan syarat karena namanya juga dialog, maka harus ada dialog antara penulis dengan yang membacanya. Saya tambahkan bahwa dialog jurnal yang dasar tersebut dapat muncul dalam tiga tampilan yang lain titik yang pertama adalah berbentuk tulisan titik yang berbentuk tulisan dapat ditulis di mana saja. Pada masa ini mungkin tidak harus ditulis di kertas atau di buku. Dapat saja ditulis di buku yang elektronik seperti di Microsoft, di WPS atau di blog.
Yang kedua dapat berbentuk lisan. apa yang dipelajari di dalam kelas dapat direfleksikan kembali secara lisan. rekaman nya dapat dikirim ke spotify atau juga ke tempat-tempat lain seperti Phone Case yang menyediakan layanan untuk merekam titik yang Saya tawarkan yang lainnya untuk merekam adalah menggunakan vocaroo.com. saya juga menyampaikan bahwa dialog jurnal sebagai refleksi hasil Pembelajaran dapat muncul dalam bentuk yang lain yang menunjukkan artefak misalnya foto-foto dapat diunggah di Instagram, kemudian dapat diberi caption di bawahnya yang menjelaskan apa yang mereka alami selama pembelajaran. Atau dapat juga dimunculkan dalam bentuk video yang menjelaskan apa yang mereka pahami apa yang mereka ingin ketahui apa yang ingin mereka gali dalam bentuk video refleksi. Seiring berkembangnya zaman maka dialog jurnal bisa saja berubah menjadi bentuk bentuk yang lain. Saya mendoakan agar dia mendapatkan kemudahan dalam melakukan penelitiannya.
Selain saya ada pembicara lain yang kedua bernama ibu Ami. beliau memegang sekolah madrasah. bedanya di sekolahnya Dia menggunakan LMS yang berbayar. Sehingga sekolahnya tidak mengalami kesulitan dalam penyediaan pembelajaran secara virtual. Berlawanan dengan kondisi sekolah saya yang menggunakan segala sesuatunya yang gratis, diperlukan pengetahuan tambahan dan keahlian tambahan kesabaran tambahan, ngulik tambahan, untuk dapat menggunakan aplikasi yang membantu guru dan siswa BDR.
Menjadi dosen tamu ternyata sangat menyenangkan, saya bertemu dengan para mahasiswa dan dosen yang sangat antusias untuk menyimak Bagaimana pengalaman guru dalam menyampaikan dan merencanakan pembelajaran secara daring.
Dulu saya sempat bermimpi untuk menjadi dosen. namun pikiran itu di ditahan karena saya sudah memiliki NIP yang menentukan bahwa saya adalah guru. Jika saya berubah menjadi dosen maka semua karir saya harus di hapus dan kembali dari nol.
Webinar yang mempertemukan guru, dosen dan mahasiswa merupakan kegiatan yang sangat inspiratif. Para mahasiswa dapat belajar dari guru mengenai hal-hal yang tidak pernah mereka alami sebelumnya. Sebagai guru turut merasa pengalamannya dihargai karena para mahasiswa memandangnya itu sebagai hal yang tidak mereka bayangkan titik Hal yang disampaikan oleh guru tidak pernah diuraikan di kegiatan perkuliahan.
Ibu Irma menjelaskan bahwa dia bertemu saya pertama kali itu ketika saya datang ke JETA. Pada waktu itu saya berbicara dengan Pak Willy Renandya. Katanya dia menjadi peserta pada seminar tersebut. Saya tidak menyangka jika seminar yang hanya berlangsung satu jam tersebut memberi kesan yang begitu mendalam sehingga Ibu Irma 2 tahun setelah itu mengundang saya untuk berbicara kepada para mahasiswanya.
No comments:
Post a Comment