Tuesday, July 7, 2020

Sore Sebagai Ujung Batas Siang

Sore begitu akrab dalam kehidupan  kita. setiap hari kita bertemu dengan sore. setiap hari pula kita tidak memperhatikan sore. Sore sebagai batas siang untuk menuju malam tetap saja hadir setiap sorenya. Tanpa mempedulikan Apakah kita memperhatikannya atau tidak ketik dia akan tetap datang, tetap bersinar, tetap memberikan merah senjanya.

 Demikian pula dengan kehidupan manusia titik dia tetap harus berjuang, dia tetap harus menjalankan takdirnya, dan dia harus tetap bersedia menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya, tanpa dia harus memperhitungkan Apakah nanti ada orang yang memujinya, Apakah nanti ada orang yang sempat memperhatikannya, atau Adakah orang yang sempat mencatatnya.

Sore menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan di dalam urutan hari titik dia akan hadir setiap saat titik tanpa kita minta dia akan tetap hadir pada waktunya. Hidup harus seperti sore agar kita bisa bersabar dengan segala sesuatu yang harus kita lalui dalam hidup titik pada saat kita amat sangat lelah kita ingin menunggu sore. Karena sore adalah pertanda kehidupan akan menjelang istirahat titik di malam hari semuanya tidur dan itu adalah istirahat. Hidup jika seperti sore menjadi lebih ringan titik karena hidup seolah-olah pergantian dari kehidupan yang begitu hiruk-pikuk kehidupan yang begitu tenang.

Apakah semua orang dapat menjalani hidup seperti sore? Tentu saja tidak titik setiap orang menjalani kehidupannya sesuai dengan apa yang dia pilih. Ketika dia memilih menjadi orang yang harus taat pada ketentuan takdir maka dia akan menjalani hidupnya seperti sore yang harus selalu menunggu pagi dan menantikan malam.

No comments:

Post a Comment