Semula tidak terbayangkan bahwa saya akan berdiri di depan, dan seluruh mata teman-teman saya memandang kepada saya dengan peran saya yang baru yaitu sebagai seorang penyaji. Pada dasarnya peran saya menjadi seorang penyaji yang memberikan materi kepada teman-teman sendiri, semula rasanya agak janggal. Kejanggalan ini saya rasakan secara pribadi, karena biasanya saya berbicara dengan teman-teman saya sendiri dalam posisi sebagai teman, tidak sebagai penyaji.
Jika ditanya Seperti apa rasanya menjadi penyaji untuk teman saya sendiri?
Untuk pertama kali ada rasa penasaran. penasaran Seperti apa reaksi teman-teman sendiri ketika saya menjadi penyaji untuk mereka. Perasaan yang muncul yang kedua adalah keraguan. ragu apabila teman-teman sendiri tidak bisa memperlakukan diri mereka dalam posisi sebagai peserta dan memperlakukan saya dalam posisi sebagai penyaji. perubahan peran ini Tentu saja tidak mudah diklik begitu saja seperti membalikkan tangan karena setiap hari kami bersama-sama di tempat bekerja yang sama. Perasaan yang ketiga yang muncul adalah rasa ingin tahu. Ingin tahu apakah teman-teman akan memperhatikan, apakah teman-teman akan mengejekmu, apakah teman-teman akan tertawa, Apakah teman-teman akan meninggalkan kelas, atau apakah teman-teman tidak peduli dengan apa yang saya sampaikan. Perasaan yang ke-4 adalah rasa percaya diri saya sendiri. berbicara di depan orang lain yang tidak dikenal lebih mudah ketimbang berbicara kepada teman sendiri. Kenapa hal itu terjadi tanda tanya karena bisa saja teman-teman akan berbalik, atau menggugat, jika ada materi yang saya sampaikan ternyata tidak seperti apa yang saya lakukan. Misalnya saya meminta mereka untuk melakukan analisis terhadap silabus, Padahal saya sendiri tidak melakukannya. Nanti mereka bisa menggugat seperti berikut. Bisa saja dia meminta kita begini begitu, ini dan itu Oma sedangkan dia sendiri tidak pernah melakukannya.
Menjadi pembicara untuk teman sendiri Memang lain sekali rasanya. Saya sendiri semula tidak pernah menyangka bahwa saya akan pernah mengalami hal itu. Selama ini saya hanya menganggap bahwa saya adalah guru biasa seperti orang lain. Dimana saya tidak harus sesekali menjadi pembicara untuk teman sendiri. Tidak saya pungkiri, sesekali pernah dalam pikiran saya ada muncul bisikan kepada diri sendiri ketika melihat ada penyaji yang sedang berbicara didepan titik pertama kali bisikan itu muncul ketika saya baru menjadi guru. saat itu saya baru diangkat menjadi guru di sekolah menengah pertama. Pada saat itu saya mengikuti sebuah pelatihan. Pelatihan yang terkait dengan peningkatan kompetensi guru titik penyaji memberikan materi sesuai dengan jadwal. Saya mencoba menyimaknya dengan sangat baik titik dengan alasan bahwa itu adalah kesempatan bagi saya untuk mulai memasuki dunia pengajaran dengan bantuan bimbingan dari orang yang telah berpengalaman, atau seorang ahli, makanya dia menjadi pembicara untuk para guru. Namun apa yang saya bayangkan ternyata tidak seperti yang saya harapkan titik pada saat penyajian memberikan materi Malah membuat saya semakin bingung. bingung karena apa yang dia sajikan tidak membantu saya mungkin peserta orang lain juga untuk untuk menjadi paham mengenai apa yang sedang dibahas. Kalimat-kalimat yang dia gunakan amat sangat membuat saya sebagai peserta menjadi mati kutu. misalnya dia berkata begini Bapak Ibu sudah tahu kan xyz?? Karena Bapak Ibu sudah sangat paham, maka saya tidak akan menjelaskannya lagi sekarang silakan Bapak Ibu praktek ya membuat ini, membuat itu, membuat ini membuat itu, kegiatan yang dimintanya membuat saya terheran-heran. saya sebagai guru baru yang baru menjadi guru 2 bulan tentu saja bingung Apa yang dimaksudkan dengan x y z, apa yang harus dibuat ini itu. tetapi rupanya kebingungan saya itu dipandang tidak penting. Ketika saya bertanya malah dipandang sebagai sebuah pertanyaan yang dipandang please. Banyak di langsung menjawab bahwa silakan bergabung dengan guru-guru yang sudah senior. minta bantuan guru senior untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan x y z. Akhirnya saya bertanya pada senior tetapi rupanya senior juga memiliki gaya yang sama seperti si penyaji. Dia langsung berkata bahwa itu kan sudah biasa, pasti kamu mengerti, Kalau kamu tidak mengerti ya sudah saja enggak apa-apa nanti juga Mengerti Sendiri.
Kejadian tersebut membuat saya terheran-heran bagaimana penyaji itu tidak dapat memahamkan pesertanya sendiri titik dalam hati saya berkata Andai suatu saat nanti saya menjadi seorang penyaji Saya minta bantuan Tuhan agar saya dapat memahamkan orang-orang yang menjadi peserta saya, sehingga tidak lagi ada orang-orang yang seperti saya, yang setelah mengikuti pelatihan, pulang dengan bingung. Ketika bertanya kepada teman yang lain Malah semakin bingung. Karena dia juga mendapatkan informasi yang membingungkan sejak awal.
Tuhan Maha mendengar, dia mendengar apa yang saya bisikan titik dengan izinnya saya menjadi penyaji di tahun kedua setelah hati saya berbisik seperti itu. pada tahun kedua saya mendapatkan undangan untuk mengikuti pelatihan kontekstual teaching And learning di Jakarta. Pelatihan itu membuat saya mendapatkan bantuan berupa hibah dari Bank Dunia untuk melatih para guru. tentu saja pengalaman saya menjadi sangat lucu. Kenapa lucu karena saya tidak memiliki pengalaman mengajar tetapi melatih guru-guru Bagaimana cara mengajar secara kontekstual.
No comments:
Post a Comment