Sunday, February 12, 2017

Wabah SKP (#1)

Aku mau memberitahukan sebuah rahasia besar yang sekarang sedang dialami para guru SMA dan SMK. Para guru itu, mereka semua sedang sakit kepala, hilang kesabaran, menyesal ada teknologi, dan satu lagi, sebel karena tidak berdaya pada saat dipindahtangankan ke Provinsi. Aku bilang semua, ya semuanya, termasuk Kepala Sekolah. Kepala sekolah juga guru. Guru yang mendapatkan tugas tambahan jadi menejer sekolah.

Mulai tahun 2017, para guru SMA/SMK katanya berdasarkan peraturan yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan pasti ini didukung Presiden, guru-guru dikelola oleh Provinsi. Akibatnya, segala hal berkaitan dengan guru SMA/SMK harus diurusi dan mengurusi ke Provinsi. Katanya ada UPTD, tapi para guru itu belum pernah bertemu UPTD. Apakah UPTD itu tinggalnya dekat-dekat sekolah atau punya rumah sendiri yang alamatnya bisa di cari pakai Google Map atau Waze. Guru-guru itu juga belum kenal, UPTD bisa memberikan pertolongan apa saja kepada mereka. Jadinya, sekarang guru-guru lebih banyak ngerumpi di kantor ruang guru. Sekedar melepaskan kebingungan berbagi kekhawatiran kepada guru-guru lainnya yang juga sama-sama bingung.

Sekitar tiga minggu lalu, para guru disuguhi briefing. Briefing guru, ya tidak sama dengan briefing-briefing yang kita kenal. Sesuai namanya, kita tahu briefing itu penjelasan singkat yang lebih panjang sedikit dari memo. Nah briefing guru yang ini, lama. Mulai dari jam 8 sampai jam 10 lebib 23 menit. Tapi tidak apa-apa, itu kan briefing guru. Guru itu penentu masa depan bangsa. Sangat dipahami jika briefingnya lama, karena mereka mengurusi masa depan bangsa ini.

Briefing untuk para guru menyoal SKP online. Pasti tidak tahu kan apa SKP. Aku juga belum tahu persis. Hanya saja, katanya SKP itu sangat menentukan hidup matinya dan maju mundurnya karir guru. Kita anggap saja SKP adalah tamu penting yang harus dilayani guru selain dia harus tetap melayani siswanya. Guru itu memang pelayan, yaitu melayani masyarakat dengan keprofesiannya.

Tamu bernama SKP ini tentu saja sebelumnya pernah bertemu para guru. Hanya saja dia memakai wajah yang beda. Kini dia datang berkacamata kekinian, berbasis teknologi, namanya online atau kalau kata menteri pendidikan yang lalu, Anies Baswedan, dalam jaringan, singakatannya daring. Bertemu tamu lawas yang tidak jadi silaturahmi dan melahirkan pertemanan, memang jadi tidak enak. Para guru tidak enak jika didatangi SKP. SKP juga tidak enak jika bertamu kepada guru. Keduanya tidak pernah akur, tapi dipaksa saling kenal dan belajar dari satu sama lain.

Briefing soal tamu bernama SKP membuat guru meninggalkan ruang briefing dengan wajah yang kurang enak. Akibatnya ada sisa waktu buat ngajar sekitar 40 menit, tidak dipakai ngajar, karena pikirannya masih tertambat pada tamu, si SKP itu. Para guru membayangkan hal-hal mengerikan akan terjadi ketika mereka harus ada kontak  virtual dengan SKP. Bayangan penderitaan ketika diberi tamu bernama GP masih membekas. Kontak virtual dengan GP memberikan kenangan getir. Sama getirnya dengan kenangan kontak virtual dengan teman sebelumnya yang bernama Dapodik.

Para guru menghela nafas panjang. Pikirannya tertuju pada jaringan internet yang dibutuhkan untuk silaturahmi dengan SKP. Pikiran lainnya, waktu. Terbayang jelas, pastilah lama untuk mengunggah satu data, apalagi jika ada ratusan data yang menunggu diunggah. Servernya berputar-putar dan ujung-ujungnya muncul "html error" atau notifikasi lain yang memberitahukan bahwa silaturahmi tidak lancar.

Helaan nafas itu semakin panjang ketika dari briefing itu disebutkan bahwa SKP harus selesai sebelum tanggal 15 dan SKP harus dijiarahi setiap bulan!!!

Saturday, February 11, 2017

(Menuju) Cina (23January 2017)

Menuju Cina, sangat mendebarkan. Setiap hari informasi mengalir disela kebahagiaan kami yang katanya akan diberi apresiasi oleh negara.
Informasi hari ini, lebih mendebarkan dibanding hari-hari sebelumnya. Admin membuka hari dengan teks, "Selamat pagi, Bapak dan Ibu semua. Surat masih di ruangan Pak Direktur. Belum keluar. Tapi kalau mau jujur, kami di Subdit. Kesharlindung merasa sangat PESIMIS surat ini akan lolos dari meja Pak Dir. Tapi kita berdo'a saja, semoga Bapak Direktur bersedia mem-back-up kita ke ruangan Pak Dirjen."

Aura pesimis segera menyebar kepada semua anggota group. Setiap orang berdoa (pada WA) dan berharap agar suratnya lolos. Aku tidak berkomentar apapun di group. Aku juga tidak berdoa pada WA group.

Admin menambah teks yang menurutku makin mendebarkan, " Berkenaan dengan pertanyaan tentang, kenapa Dikdas dan PAUD Dikmas bisa berangkat ke LN tahun kemarin, kalau menurut pimpinan kami, itu karena mereka nekad. Karena larangan untuk ke LN itu sudah ada sejak dua tahun yang lalu. demikian harap maklum."

Aku terhenyak, adakah sejenis program bernama "nekad" di tingkat Kementrian? Mengapa mereka bisa melakukan nekad setiap tahun? Nekad jenis dan tipe apa yang bisa lolos setiap tahun? Andai kami (Dikmen) lolos berangkat, memakai nekad yang mana?

Kerunyaman berputar dalam kepalaku. Tak lama berselang, admin menggenapi penjelasan dengan ," Karena itu kami tidak memberi nomor surat dan tanda tangan Pak Direktur di surat tersebut, tapi pimpinan minggu kemarin itu ingin agar kegiatan ini segera ditindaklanjuti sebelum pemotongan anggaran. But then again... saya hanyalah staf yang diperintah pimpinan... niat pimpinan kami pun baik, karena sudah kadung janji dengan Bapak/Ibu terutama untuk Juara Gupres bisa melakukan kunjungan ke LN."

Aku bertanya-tanya, kenapa Admin berbagi kepesimisan, dan kenapa pula berbagi masalah nekad.
Kami, tidak punya akses untuk menyentuh kebijakan. Tidak ada power untuk membuat kondisi pemberian apresiasi ini menjadi ideal. Kami posisinya penerima keputusan.

Aku tidak sedang melakukan lepas tangan atas posisiku yang ada pada pihak terujung. Berbagi bisa jadi meringankan masalah yang sedang dihadapi walaupun masalahnya sendiri tetap ada. Berbagi kepesimisan kepada kami, bisa saja memberitahukan kesusahan di atas.

Semoga saja yang diamanati tanggung jawab untuk memberikan apresiasi untuk beberapa orang guru terpilih tidak melihatnya sebagai sebuah kesia-siaan dan merasa tidak perlu ada apresiasi, cukuplah guru mah diberi piala, lha wong dia pahlawan tanpa tanda jasa.

Aku tidak terlalu memikirkan urusan nekad, atau pesimis, atau hal lainnya. Aku mulai tenggelam dengan belajar on line untuk SEAMOLEC. Belajar bagaimana membuat video dari ScreenCastOMatic, kemudian menggunggah ke YouTube dan membuat linknya ke blog. Kegiatan ini menarik. Aku bersyukur bahwa pada saat Generasi Z lahir, gurunya berkesempatan belajar secara online sehingga tidak harus meninggalkan rumah dan bisa belajar kapan saja.
Thanks tehno. 

Friday, February 10, 2017

(Menuju) Cina (22 January 2017'

Weekend, maka adminpun weekend. Dia berpesan," Selamat pagi. Surat pemanggilan belum bisa diberi nomor dan ditandatangani oleh Pak Direktur sebelum beliau berkonsultasi dengan Bapak Dirjen. Insya Allah hari Senin, jika Pak Dirjen ada waktu... kami menghadap beliau dengan membawa TOR yang sudah jadi. Jadi mohon doa restunya ya, Bapak/Ibu! Semoga lancar jaya... Maaf kalau weekend saya ga buka HP ini. Jadi nanti saya aktif lagi hari Senin. Terima kasih dan selamat berakhir pekan."

Pemberitahuan di atas sangat bagus, artinya pada weekend gawai dimatikan dan menghabiskan semua waktu untuk keluarga.
Aku baru bisa menghubungkan, inilah maksud dari full day school. Weekend, hanya untuk keluarga.

Pada saat weekend, lbu-lbu kantoran memulai harinya dengan pergi ke pasar. Beli bahan- bahan makanan sehat untuk keluarga, kemudian memasak makanan favorite keluarga. Kemudian makan bersama. Surga kecil.

Aku mungkin memiliki weekend akibat pelaksanaan kebijakan. Namun aku sendiri, belum mampu weekend. Berperan sebagai kepala keluarga yang menghidupi tiga orang, weekend untuk sementara ditunda dulu.

Aku harus bekerja keras, melebihi kekuatanku jika mungkin. Misalnya, sesekali aku bekerja diluar tugas utama untuk menggenapi kebutuhan. Bekerja dari pagi (pukul 8), istirahat duhur dan magrib, bekerja lagi sampai pukul 10 malam, plus mengerjakan yang tidak selesai. Jadilah tidur pukul 12. Bangun pukul 4, bekerja sampai jam 6.
24 jam bekerja sepertu itu dihargai 150 ribu. Weekend menjadi terhapus dalam kamusku, karena kerja luar dengan dedikasi sehari 14 jam pun tidak mampu mencukupinya.

Perolehan kerja keras mampu menjaga keluargaku dari lapar. Dalam arti tidak kelaparan.
Sesekali anakku hanya bisa melihat orang lain sekeluarga makan di DeBaksoku, dan itu jadi sudah biasa. Setiap upah kerjaku, benar-benar hanya bisa menghidupi keluargaku.
Dengan sedikit bonus, tahun ini si sulung bisa terbayar kuliahnya. Bonus tambahan, minggu imo si ade bisa beli sepatu di toko Bata seharga 199.900. Si ade walaupun anak SD, sangat hati-hati jika meminta sesuatu; dia lebih dulu berkata bahwa ingin punya sepatu yang kuat (tahun lalu beli sepatu diskonan hanya bertahan 6 bulan, kalah sama hujan, sisanya tiap pulang sekolah kedinginan karena sepatunya patah bagian bawahnya dan air masuk kedalamnya).

Tentu aku akan tidak dipercaya jika tidak dapat menikmati weekend dengan gelar dan prestasi kerjaku. Apalagi aku bisa berblog dan menulis menuju Cina. Dagelan apa yang aku mainkan?


Wednesday, February 8, 2017

Cara jelajah dunia yang berbeda: paradox generasi x dan z

Menyisihkan sebagian dari penghasilan untuk membeli buku, terdengar seperti proyek tanpa arah. Orang-orang sudah mulai berbicara buku digital dan buku elektronik. Sepertinya membeli buku hard kopi menjadi berkesan ketinggalan zaman. Ketika buku elektronik bertebaran disemua screen, kenapa harus repot-repot membeli buku kertas, selain tidak ramah lingkungan, juga tidak praktis.

Bagi mereka yang telah terbentuk kebiasaan membacanya dengan dimulai dari  buku kertas, ketika pindah ke buku elektronik bukan masalah besar. Buku kertas, buku elektronik keduanya menjadi media yang sama efektifnya untuk memuaskan hasrat membaca.

Masalahnya adalah ketika kebiasaan membaca itu belum dimiliki , tawaran media sejenis buku tidak bisa jadi efektif. Membaca dari buku kertas memberikan kesempatan pengalaman membaca yang berbeda dibandingkan dengan membaca pada buku elektronik. Bau kertas ketika membuka buku, sangat khas dan hanya diperoleh dari momen ketika buku kertas dibuka. Sensasi memegang buku kertas, tidak sama sensasinya dengan memegang telepon selular android yang dilengkapi fitur Wattpad (penyedia buku elektronik untuk android) misalnya.

Anak-anak kita yang menjadi penduduk digital, sejak lahir telah akrab dengan gadget. Sejak balita mereka telah terbiasa memainkan game. Saat SD, tanpa.diajari telah mampu mengunduh lagu dari sebuah situs ke hapenya dan melengkapi lagu tersebut dengan teks lirik. Mereka menjelajah negeri virtual dan memuaskan pencariannya. Aktivitas seperti ini mendominasi kehidupan anak-anak generasi Z. Sedikit dari mereka yang memiliki kecintaan membaca. Mereka sangat keranjingan game.

Gawai yang ada pada tangan siapapun, tidak membantu menumbuhkan kebiasaan membaca karena seolah ada kesepakatan tidak tertulis bahwa gadget untuk kesenangan dan hiburan, bukan untuk membaca.

Kebablasan
Hadirnya buku elektronik bersamaan pula dengan hadirnya peluang untuk membangun kebiasaan membaca. Berbagai situs yang menyediakan buku bacaan elektronik dengan tanpa bayar, atau kalaupun ada harga,  harganya sangat murah. Kondisi ini memungkinkan semua orang dapat memiliki buku dengan jumlah yang hampir tidak terbatas. Mereka dapat memiliki Library virtual sendiri yang bisa dibagikan kepada orang lain.

Dengan hampir setiap anak memiliki gawai sendiri, kemungkinan anak tidak memiliki buku menjadi semakin sedikit. Sebuah kemajuan yang luar biasa akibat dari majunya teknologi. Anak generasi Z dapat menikmati surga buku gratis, dan memiliki perpustakaan sendiri.

Keadaan di atas tidak dialami oleh generasi X. Bagi anak generasi X, memiliki satu buku, artinya harus menyisihkan uang jajan; kalau mau buku gratis, bergabung ke perpustakaan sekolah. Namun perpustakaan sekolah tidak memuaskan hasrat membaca buku non pelajaran. Maka jadi anggota Taman Bacaan adalah solusinya. Taman Bacaan menjejerkan buku-buku novel, komik, dan buku non pelajaran dengan sewa pinjam yang tidak memberatkan. 

Gambaran anak generasi Z lebih tinggi minat bacanya, hanyalah ilusi. Bahkan, kemampuan membaca generasi Z pada tahun 2016 sangat memprihatinkan.
Memberikan gawai kepada anak-anak generasi Z sebaiknya dibarengi dengan pembekalan penggunaan gawai untuk membuatnya berpikir kritis melalui membaca. Pembiaran anak generasi Z berselancar sendiri di dunia virtual mengantarkan mereka pada kegiatan pengisi waktu miskin makna.

Monday, February 6, 2017

(Menuju) Cina (January 20, 2017)

Group WA, dimulai dengan teks dari Admin
"Selamat pagi Bapak dan Ibu semua. Maaf baru sempat buka HP dan membalas sapaan maupun pertanyaan Bapak dan Ibu sekalian.
Pertama-tama... niat kami, Subdit Kesharlindung Dikmen itu tulus and genuine ingin memberangkatkan Bapak/Ibu sekalian ke luar negeri. Jikalau ada hal-hal yang menyebabkan program ini dibatalkan kembali, itu adalah di luar kuasa kami. Update terakhir sampai hari ini... kami sedang menyiapkan SOP yang mumpuni untuk dibawa ke hadapan Bapak Dirjen GTK yang terhormat. Jadi mohon bantuannya, selain doa dan dukungan, adakah Bapak/Ibu yang dapet memberikan ide, saran, dan masukan, agar TOR program ini bisa lolos dari meja Pak Dirjen. Demi kebaikan kita bersama. Monggo... yang bisa bantu kami. 🙏🙏🙏 Surat yang beredar di antara Bapak/Ibu itu memang sengaja belum bernomor dan ditandatangani. Karena selain waktu itu Pak Dir masih di LN, juga karena kami masih belum mendapatkan dukungan 100% dari eselon 1."

What's going on?
Ada apa ya? Kenapa terancam dibatalkan kembali,  kenapa perlu ide, saran untuk dimuat di TOR, kenapa surat telah beredar dan diminta ditindaklanjuti tapi belum ada izin?
Terlalu banyak kenapa, dan aku tidak paham dengan apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Apakah benar kegiatan ini masih miskin saran sehingga perlu lagi urun ide dari kami, para calon peserta, yang sebagian besar tidak pernah hadir untuk membuat itinerary kemudian nanti jadi TOR.
Apakah kami, terlalu merepotkan sehingga para officer Kesharlindung harus painstakingly, susah payah, menjadikan kegiatan ini nyata. Bagaimana dengan officer Kesharlindung yang ngurusi SD, SMP, Pengawas, Kepala Sekolah yang telah berhasil mengirimkan peserta setiap tahun, misalnya yang terakhir ke Belanda.
Untuk tingkat SMA, tidak ada? Dan mengapa Cina? Apakah akan menunjukkan betapa Indonesia dan Cina serupa sesaknya ketika naik bis? Serupa joroknya ketika berurusan dengan toilet?

Aku tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku sendiri.
Aku lihat, ada teks yang memberikan sumbangan ide dan doa agar Pak Dir dicerahkan Tuhan?
Ini teksnya:
"Hasil kunjungan sy thn 2015, point penting yg bs kita jadikan bahan uk berkunjung:
1. Penguatan Pendidikan Karbang.
2. Penguatan sistem rekruitmen peserta didik.
3. Penguatan ttng peningkatan SDM Guru.
4. Penguatan pendidikan uk Mapel Bahasa, Sejarah, Olahraga, dan Rumpun Humaniora.
5. Penguatan sistem pembelajaran.
6. Penguatan pengembangan ekosistem pendidikan.
Hal2 di atas perlu kita pelajari dan terapkan di tempat kita.
Semoga Pak Direktur diberikan pencerahan oleh Allah SWT uk memberikan kesempatan pada guru uk terus belajar".

Dalam hati aku berkomentar, untuk penguatan Pendidikan Karakter bangsa, untuk apa jauh-jauh ke Cina. Suku Sunda, misalnya, telah mendidik anak dalam asuhan keluarga dengan karakter yang sempurna: cageur, bageur, bener, pinter, rapekan, singer. Suku Jawa sudah punya karaktet belajar dengan niteni, niroake dan nambahake.

Hal kedua recruitment peserta didik, apalah daya seorang guru, rekrutmen peserta didik telah diatur PPDB yang menguntungkan sekolah negeri dan diam-diam PPDB tidak membantu menaikkan APK.

Aku tidak akan mengomentari nomor 3 dan selanjutnya, aku khawatir mengeluarkan pernyataan nyinyir . Dalam pandanganku , yang diberangkatkan adalah orang-orang terbaik dan pilihan, kenapa masih memikirkan penguatan untuk mereka?

Aku mencatat saja bahwa diantara calon peserta terdapat yang sudah berkunjung ke Cina. Kalau dia sudah pernah berkunjung, so what's the next visit for?

Aku lanjutkan membaca WA teks , terdapat teks yang mencoba netral berdasarkan kebanyaktahuanya soal officer Kesharlindung dan Cina:
"Kesharlindung tentu sudah mempunyai pengalaman yg cukup banyak menangani bench mark insan berprestasi di LN, namun tdk ada salah kita memberi dukungan dan saran:
1. Mari berdoa bersama semoga subdit harlindung diberi kelancaran urusannya dlm memuliakan guru2 berprestasi.
2. Menyiapkan program lengkap dengan skenarionya termasuk plann B jika ada hal2 yg membutuhkan kebijakan dg respon cepat
3. Bench mark fokus pd vocational school terbaik dan bs diadaptasi di Indonesia seperti Beijing No. 4 High School atau Xinhai Senior High School khan bagus bu atau ke Tsinghua University, Fudan University, atau Peking University
4. Kawan2 tetap fokus pd tupoksi dan kelengkapan dokumen yg dipersiapkan dlm bench mark
5. Apresiasi dan penghargaan
Terima kasih dan mhn maaf jk kurang berkenan."

Dua teks di atas sangat hebat. Admin sigap dan memberikan jawaban dengan teks berikut:
"Terimakasih  atas masukkannya Pak A. Memang ... bertahun-tahun kami mengadakan program ini tanpa mengalami kendala yang berarti. Tapi jaman berubah Pak... dan pemerintah makin ketat memberikan anggaran untuk kami. Maka dari itu... SOP yang sedang kami persiapkan juga tidak main-main, tidak hanya sekedar copy paste dari kegiatan sebelumnya. Kalau tahun-tahun yang lalu mungkin bisa seperti itu, tapi beda dengan keadaaan hari ini Pak. Jadi mohon maklum."

Copy paste?

Aku tidak paham lagi.
Dan kemudian, ada teks saran:
" Bu Admin, kalo boleh usul ini... mungkin selain sasaran ke sekolah2 kita juga bisa mengadakan semacam event pengenalan atau difusi budaya indonesia di china.. misalnya tari2an ato pertunjukan musik atau juga mengajari instant ttg budaya indonesia.. kerjasama dg kedutaan besar RI di china.."

Aku membayangkan "bagaimana mengajari instant tentang budaya Indonesia?"
Kata instant, berhasilkah untuk mengajari sebuah budaya?
Menanamkan budaya tidak membuang sampah sembarangan, sampai saat ini belum berhasil. Mungkin, karena mengajarkannya instant? Budaya Indonesia mana yang bisa diajarkan secara instant kepada Cina yang nota bene sudah punya budaya turun temurun sendiri, misalnya meludah (spitting) yang mungkin tidak berterima dalam budaya Indonesia.

Sunday, February 5, 2017

(Menuju) Cina (19 Januari 2017)

Informasi dan komunikasi ke Cina melalui WA menambah waktu menatap screen menjadi bertambah. Setiap pagi dan malam aku buka untuk memastikan bahwa aku tidak ketinggalan informasi kemudian kehilangan momen.

Hari ini, WA memuat tambahan anggota group oleh admin. Selain itu ada informasi yang mengejutkan. Admin mengunggah ini " Bapak Ibu jangan dikirim dulu ga... EO nya barusan nelpon saya. Persyaratannya nambah. Banyak banget. Sebentar saya lagi susun dulu."

Maksud dari jangan kirim dulu, adalah jangan mengirimkan berkas-berkas yang kemarin diminta. Persyaratan nambah dan banyak.
Teks ini muncul pagi hari. Aku tidak hirau. Aku harus bekerja dan coba-coba menyampaikan kabar kepada Kepala Sekolah tentang kabar apresiasi ke Cina sebagai pengganti apresiasi yang katanya ke Finlandia.

Kepala Sekolah mengiyakan dan mengizinkan. Aku sendiri merasa sedikit pesimis, jangan-jangan setelah mengirimkan berkas-berkas ada kabar apresiasi dibatalkan, tanpa penjelasan. (Kalau kepada guru, tidak memberi kabar, tidak memberi alasan: tidak apa-apa). Aku berkaca pada beberapa kali kejadian sebelumnya. Tiba-tiba dan terburu-buru harus menyerahkan berkas-berkas ini itu untuk persyaratan ini itu. Aku, buru-buru memenuhinya, setelah itu tidak ada kabar.
Untuk kali ini semoga tidak seperti itu.

Aku buka lagi WA dan muncullah yang tadi dibicarakan. Aku baca ini " Jadi selain persyaratan pembuatan visa ke Cina yang kemarin sudah kami kirimkan, ada lagi persyaratan untuk ke Setneg.
Ada beberapa, yang harus Bapak dan Ibu siapkan hanya ini saja: 1. CV
2. Foto berwarna latar belakang putih 4x6 (2 lembar) dan 3,5x4,5 (2 lembar)
Ada beberapa hal yang HARUS DIPERHATIKAN: 1. Nama di pasport  dan KTP harus sama jika berbeda harus ada surat keterangan dari kelurahan, dll, dst, dst.

Aku hanya memikirkan harus difoto. Aku rencanakan pulang kerja ke tukang foto.

Aku menuju tukang foto sambil mencoba memahami alur jalan kota kecilku yang sana sini ditutup. Dalam hati berkata mungkin inilah perwujudan jalan dibuat satu arah oleh Bupati baru. Aku hanya mengikuti kemana orang menuju. Tiba di tukang foto, langsung difoto setelah meyakinkan kepada tukang foto bahwa fotonya berlatar putih dan bukan untuk Umroh. Aku baru tahu bahwa foto latar putih selalu terkait langsung dengan Umroh.

Setelah menunggu 15 menit, fotonya jadi. Aku lihat, kacamatanya mantul. Aku bilang ke pegawai apa bisa dibuat tidak mantul kacamatanya. Dia bilang bisa. Aku bertanya-tanya selama ini berfoto dan dengan memakai kacamata tidak pernah mantul, tapi kali ini, beda sekali. Maka aku pulang, karena pihak toko bersedia mengurusi mantul jam 4 sore.

Pukul 4 sore aku ngurusi mantul. Ketika fotonya diterima, masih mantul !!!. Jadi sejak seharian, mantulnya diurus atau tidak? 
Aku berkata dalam kepalaku sendiri bahwa foto untuk ke Cina mah susah. Untuk penyelesaian mantul, aku print foto yang lama.
Jadi semua foto yang dibuatkan CDnya dan cetak banyak itu, tidak dapat dipakai. Andai tahu hasilnya mantul, kenapa susah-susah berfoto, nunggu sampai pukul 4 sore.

Friday, February 3, 2017

(Menuju) Cina (18 Januari 2017)

WA Group hari ini memuat tambahan peserta oleh Admin berdasarkan himbauannya bahwa yang mengetahui nomor hape si Anu, mohon unggah ke WA.
Aku berkata pada diriku sendiri  alangkah lelahnya jadi Admin. Mana harus menjawab pertanyaan setiap anggota group, mana harus cek memastikan bahwa telah terkumpul 46 orang di group. Mendapatkan nomor hape dari ke 46 orang tadi, menjadi pekerjaan melelahkan sepertinya.

Admin memberikan himbauan agar segera mengirimkan berkas-berkas. Himbauan tersebut berbunyi, "Bapak dan Ibu yang terhormat...jika dokumen2 yang kami minta sudah siap...silahkan dikirim via ekspedisi ke kami. Biar cepat terkumpul dan bisa langsung kami urus. Karena untuk yang paspor biru...pengurusannya agak lama".

Aku berusaha mulai mengumpulkan semua yang diperlukan dan mulai mengisi formulir. Formulirnya mengejutkan, menggunakan bahasa Cina! Untunglah ada terjemah dalam bahasa Inggris. Kalau tidak ada terjemah, aku tidak bisa mengisi apapun.

Aku masih mencari paspor yang biru dan yang hijau. Keduanya entah dimana. Yang hijau, jika tidak salah dikirim ke Bandung untuk syarat pendaftaran Umrah hadiah sebagai guru Berprestasi tingkat Provinsi dari gubernur. Paspor biru, perjalanan terakhir ke Adelaide untuk mengikuti continues professional development program dari Knowledge Exchange Australia. Mencari dokumen, selalu melelahkan.

Aku alihkan perhatian dengan mengikuti kursus online pertama dalam hidup..dan jadilah aku daftar ke SEAMOLEC, belajar blog untuk mengajar. Aku menganggap belajar membuat blog penting. Selama ini aku tidak pernah diajari untuk hal ini.
Aku mulai membuka courseware dan mencoba memahami isinya. Segera setelah paham, aku mulai membuat blog. Ya, blog yang ini.

Kembali ke Admin, rupanya deritanya amat panjang. Beliau berusaha mencari keberadaan guru yang diundang dengan mengunggah ini " Application Form boleh ditulis tangan. Selamat datang buat yang baru bergabung. Silahkan tanya2 sama teman2 yang sudah gabung duluan ya?! Saya sdg berusaha menghubungi yang belum bergabung."

Sementara itu, peserta yang telah bergabung, mulai menghadapi masalahnya sendiri-sendiri. Aku tidak berkomentar apapun. Khawatir hanya menambah sampah teks. Ada peserta yang kebingungan dengan paspor, dia mengunggah begini," buk Admin, maaf buk.barusan saya coba daftar paspor online.ketersedian tanggal pembuatan yg tersedia hanya mulai tgl 31 buk..mhon solusi bpak ibuk yg lebih pengalaman ngurus paspor.heee"
(Mix of feeling excited, worry, and humor at once).

Terhadap teks di atas, para anggota group memberikan saran ini itu. Entah si penanya dapat menangkap jawaban pertolongan atau tidak karena terhalang yang mengirim kartu nama, pertanyaan, ucapan terimakasih dan macam-macam teks lain.

Aku akhirnya muncul pada teks yang menanyakan apakah ada itinerary. Tidak ada jawaban.
Mungkin pertanyaan itu belum seharusnya muncul? Entahlah.

(Menuju) Cina (3 Feb 2017)

Tanggal 17 Januari 2017 namaku terdaftar pada Group WA "China 2017_Kesharlindung"
'What's this and who did this?', aku bertanya-tanya.
Aku buka admin dan group member. Adminnya seorang kantoran dari Direktorat Kesharlindung. Direktorat yang mengurusi kesejahteraan dan perlindungan bagi para guru.

Aku mencoba menebak-nebak, ada apa dan untuk bisnis apa aku dimasukan anggota Group. Anyway, untuk menunjukkan orang civilized, aku mengunggah, "Terimakasih telah dimasukkan ke Group". Period.
Tak lama, admin mengunggah pdf "Surat panggilan dan daftar nama peserta benchmarking ke Cina". Terdapat 46 calon peserta tertera pada surat panggilan tanpa nomor yang diunggah pada WA group.
Oh, rupanya aku diikutsertakan sebagai calon peserta benchmarking ke Cina atas apresiasi sebagai guru Berprestasi tahun 2015. Apreasiasi yang hampir terlupakan sepertinya. Calon peserta lainnya, sebanyak 33 orang adalah mereka juara dari berbagai lomba pada tahun 2016.

Aku sebut calon, karena pada surat tertera demikian. Aku membayangkan pasti ada tes lagi atau berkas-berkas lagi yang biasanya memakan waktu untuk menyusunnya. Aku mengatakan ini berdasarkan pengalaman sebagai calon penerima penghargaan Satyalencana Pendidikan dari Presiden RI tahun 2016. Ada berkas-berkas yang diperoleh selama dalam 9 aspek yang merepresentasikan "layak" sebagai penerima penghargaan dari Presiden. Pengumpulan berkas-berkas ini, sangat menyita waktu.
Ternyata, ada berkas-berkas juga yang harus dikumpulkan. Aku kembali membayangkan, cari-cari kertas, buka-buka file.
Selesai membaca surat, aku lihat ada pemberitahuan bahwa email yang masuk. Dicek, isinya? Surat panggilan dan daftar nama calon peserta benchmarking Cina. Surat yang sama, dalam arti isi dan tidak bernomor.
Aku berucap terimakasih kepada Allah atas kebaikanNYA aku nanti bisa ke Cina. Kata surat tanggal 26 Februari sampai 5 Maret. 8 hari di Cina, program apa yang akan disediakan untuk kami, guru-guru terpilih? Aku berdoa bahwa kegiatannya lebih banyak belajar dari negeri Cina. Seperti pepatah "Belajarlah sampai ke negeri Cina". Dan, aku akan dibuat sampai ke Cina oleh Kesharlindung. Sungguh anugerah yang luar biasa.
Aku tinggalkan percakapan di group WA. Aku lihat ada tambahan anggota setelah surat pdf. Aku screen shot bagian persyaratan, dan mengunduh formulir pendaftaran yang dilampirkan di email. 
Aku rencanakan besok mulai dibaca cermat , digarap , dan satu urusan selesai.