Tuesday, July 31, 2018

Semua pasti ada awalnya

Walaupun gerakan literasi sekolah telah diperkenalkan sejak lima tahun lalu, namun SMAN 2 Cianjur melaksanakan GLS baru setahun lalu. Itupun dengan hasil yang sangat menyedihkan.

Menyedihkan dalam segala aspeknya: dukungan, tanggung jawab,  sarana, kepedulian, dan terutama niat.
Dari segi dukungan, hanya sebagian kecil guru yang mendukung. Alasan yang teguh untuk tidak mendukung disampaikan melalui seloroh, "Ah untuk apa membaca, kita kan sudah pandai membaca, sejak SD sudah bisa membaca." Kemudian seloroh itu diikuti aksi diam. Aksi diam bisa dipandang  lebih baik karena tidak mengakibatkan yang lain melakukan aksi yang sama. Yang berbahaya adalah mengajak kemudian mengompori yang lain untuk tidak bersetuju dan berse-ide dengannya. Virus negatif.

Pengakuan telah "bisa membaca" menjerumuskan bangsa ini ke posisi terendah dalam kemampuan pemahaman isi bacaan. Dari berbagai hasil tes untuk mengecek kemampuan membaca, bangsa kita berada pada posisi yang masih perlu paksaan untuk kebiasaan membaca.
Pengakuan telah bisa membaca diartikan secara sederhana sebagai telah mengenal huruf beserta rangkaiannya. Pada saat membaca koran Republika misalnya,  ditemukan banyak kosa kata yang tidak dipakami padahal koran  itu berbahasa Indonesia.  Artinya baru bisa mengenal huruf, belum memahami isi bacaan.

Pada aspek tanggung jawab, sebagian besar guru (dan terutama guru pria) memandang bahwa membiasakan  membaca bukan tanggung jawabnya. Yang harus membaca itu siswa. GLS sebetulnya berlaku untuk guru dan siswa, bukan untuk siswa saja. Ketika guru memandang dirinya tak lagi punya tanggung jawab untuk membaca, dengan sendirinya memberikan tanda bahwa dia telah berhenti belajar. Bahaya sekali jika guru sebagai role model, tauladan, inspirator, datang ke kelas menggunakan pengetahuan yang diperolehnya 30 tahun lalu dan sejak saat itu tidak lagi membaca untuk meningkatkan keprofesionalannya. Padahal pada era digital ini, informasi berubah dalam hitungan detik. Profesi dituntut kinerja dengan pengetahuan yang mumpuni, jika tidak membaca hasil praktik baik orang lain untuk inspirasi, bagaimana bisa mengukur praktik dirinya sendiri. 

Pada saat siswa mengetahui bahwa sekolah memiliki program membaca dan para guru tidak acuh dalam pelaksanaannya, maka para siswa meniru ketidakacuhan tersebut. Sedikit siswa yang sadar sendiri membaca.  Untuk kelas yang langsung dibimbing dan didampingi guru pada saat GLS ditemukan bahwa para siswa merasa mendapat banyak manfaat dari hadirnya GLS. Miskin kepedulian dari pihak guru karena ada tuduhan bahwa penggagas program GLS dipandang ornag yang "hanya ngomong". Secara personal menilai bahwa si penggagas sendiri jarang di sekolah karena banyak mengikuti pelatihan,  jarang ngajar karena banyak menjalankan surat tugas di luar jam ngajar.  Pandangan personal ini benar jika didengar sepihak. Jika jeli melihat fakta, bukan satu dua guru yang setiap hari berada di sekolah tapi tidak mengajar, dan itu aman-aman saja. Sedangkan orang yang mendapat surat tugas, dipandang salah karena meninggalkan kelas. Pandangan personal yang tidak berlandaskan analisis profesionalisme mengakibatkan munculnya simpulan guru yang sering menjalankan surat tugas, salah; guru yang setiap hari ada di sekolah, walaupun ngajarnya hanya satu kali dalam satu semester  itu benar.

Hal lain adalah kepedulian. Ketika sebuah gagasan datang dari orang yang tidak diharapkan, atau malah bukan dari dirinya, maka secara serta merta mengambil sikap tak peduli. Ketika ditanya kanapa tidak ikut menyukseskan program, jawabnya "itu kan bukan ide saya." Jawaban kekanak-kanakan karena egonya merasa terganggu atau tidak terperhatikan. Pada sebuah institusi seperti sekolah,  sebuah gagasan bisa saja keluar dari seseorang yang diharapkan miskin ide. Namun ketika ide itu disepakati bersama, sangat janggal jika bersikukuh itu bukan ideku. Keberhasilan sebuah program dalam level institusi harus didukung semua warganya.  Ada satu saja yang tidak peduli, tunggulah beberapa saat kemudian, dua tiga orang lainnya ikut bersuara sumbang dan menggembor-gemborkan bahwa gagasan baru itu merepotkan, nambah kerjaan,  bikin cape.

Terakhir,  niat untuk menjadi bagian dari sebuah program tidak ada. Melihat apa yang sudah ada sebagai sebuah capaian yang cukup bisa menjadi penghalang. Mengajak merefleksikan fakta dengan berkata, "Coba lihat sekolah lain,  mereka masih merayap, masih terseret-seret  terseok-seok, untuk apa kita lelah berpayah-payah membuat kerepotan baru." Niat mendukungpun tak kentara jika melihat kalimat itu. Apalagi niat untuk turut serta,  sudah jelas makin tak kentara.

Macam polah dan tingkah terhadap GLS sebagai sebuah program baru dalam bentuk aksi membaca, kata kerja,  artinya ada yang harus dikerjakan menjadikan gerakan ini mati perlahan dalam sakit yang tak terperikan. Senyum kemenangan orang-orang yang mengaku telah pandai membaca sejak SD mengembang dan menepuk dada sendiri sambil berucap, "kata saya juga apa, sok bikin program baca, dia harus sadar bahwa dia juga tidak bisa jadi contoh baik, ini mau bikin-bikin gerakan membaca, dikiranya cuman dia aja yang bisa baca."

Monday, July 30, 2018

Perubahan itu keniscayaan

Bagi beberapa orang guru ketika disodori perubahan, jawabannya langsung kernyit dahi. Spontan berkomentar buat apa repot-repot begini begitu,  toh begini saja kita sudah nyaman. Kurang-kurang sedikit mah, biasalah, manusia mah ga pernah ada yang puas.

Saya mengajukan perubahan yang kecil tapi berdampak besar untuk lingkungan sekolah, yakni pengurangan penggunaan botol plastik dan stereoform. Momen penunjukkan sekolah rujukan dapat menjadi alat untuk mewujudkan itu. Saya memanfaatkan momen untuk mengubah wajah lingkungan yang secara perlahan kuantitas plastik di lingkungan sekolah semakin berkurang.

Perubahan ini disangsikan keberhasilannya oleh beberapa rekan guru, tapi tidak sedikit juga yang melihatnya sebagai tantangan. Respon kekanak-kanakkan adalah dengan menunjukkan retensi melalui hal yang sebetulnya berpotensi  mengagalkan perubahan itu. Retensi itu dengan menantang bahwa sebelum siswa diminta melakukan perubahan, bisakah gurunya melakukannya terlebih dahulu.

Para siswa, sesungguhnya, lebih mudah diatur. Mereka akan  takut pada sangsi yang diberikan jika suatu hal yang sudah disepakati bersama dilanggar. Pada inplementasi pengurangan botol plastik dengan membawa botol sendiri dari rumah, dipandang tidak ramah. Ketidakramahan itu dilihat dari unsur pedagang kantin. Dikhawatirkan pedagang kehilangan penghasilan dari tiadanya pembeli air mineral botolan. Saya sodorkan bahwa siswa tetap membeli air mineral, namun yang dibeli airnya saja. Caranya kantin menyediakan galon, dan siswa mengisi botol air minumnya kemudian bayar. Dengan cara ini tidak ada lagi botol-botol plastik ngumpet di kolong meja, berserak di bawah meja, tergeletak di luar tong sampah, atau menggelinding di lapangan tertiup angin.

Ketidakramahan kedua adalah bagi penjaga sekolah. Semula botol-botol plastik bisa dikumpulkan, dikilo, dan dijual untuk sekadar nambah uang saku.

Kekhawatiran itu bisa teratasi jika semua pihak yang berkepentingan duduk bersama dan mencari solusi. Pedagang kantin, tetap menjual air mineral namun menggunakan galon. Mereka diperbolehkan menjual air minum botolan tapi dengan perlahan jumlahnya dikurangi.  Sementara untuk penjaga sekolah masih bisa mendapatkan uang saku yakni dengan membantu siswa mengilo sampah dari kelas-kelas kemudian disimpan di tempat penampungan sementara sebelum sampah itu diolah menjadi barang bernilai ekonomis atau bernilai seni.

Sekolah ini menampung paling tidak 1.200 orang perhari. Jika setengah saja dari jumlah tersebut membeli botol air mineral, maka ada 600 sampah botol plastik dalam sehari. Jumlah yang bukan sedikit!

Perlu aksi nyata untuk membuat sampah botol plastik berkurang. Aksi itu adalah perubahan. Perubahan yang dilakukan individu-individu yang ada di dalam sekolah.  Tidak apa-apa perubahan itu dimulai dari guru terlebih dahulu.  Karena disukai atau tidak, guru lebih cenderung retensi pada perubahan. Seperti dikatakan ahli pendidikan Katherine Sellgrene (2018) bahwa guru yang memandang perubahan bukan keniscayaan maka dia akan memilih diam dalam arti tidak ambil bagian dalam perubahan tersebut,  pindah ke sekolah lain, meninggalkan profesi guru, atau minta pensiun dini.

Langkah awal yang meminta guru terlebih dahulu yang mengurangi sampah botol plastik sebetulnya menjadi keputusan yang menguntungkan saya yang menggagas ide ini. Cara ini secara tidak langsung akan memberitahukan pada saya guru  mana yang retensi. Tentu saya tidak memiliki kekuasaan untuk melakukan pembinaan untuk guru retensi. Tapi paling tidak,  saya akan tahu siapa yang melakukan pengereposan dari dalam.

Hari ini menjadi hari pertama para guru membawa alat makan dan minum sendiri. Kita cermati mana yang retensi dan gerah dengan perubahan.  Waktu yang akan mengabarkan itu.
(30 Juli 2018)

Thursday, July 26, 2018

Bingo, saya ngerti kata depan

Kamis, 26 Juli 2018

Mengajar jam terakhir pada kelas kelompok pembelajar lambat menguras pikiran bahkan sebelum mengajar itu dilaksanakan. Materi ajar yang harus diberikan adalah preposition dan prepositional phrase. Pada buku sumber tergambarkan bahwa para siswa akan mengantuk karena rangkaian kegiatan meminta mereka merespon secara tertulis terhadap setiap perintah yang disusun sedemikian rupa sehingga para siswa menguasai 25 macam kata depan (preposition) yang terkait dengan waktu dan tempat.

Saya merencanakan pada pertemuan kesatu difokuskan pada prepostion saja dan pada pertemuan beikutnya akan diberikan prepositional phrase. menyajikan prespositon tanpa konteks tentu saja sulit dilakukan. Biasanya aspek kebahasaan diajarkan pada teks sehingga terlihat konteks dan cara penggunaannya. Namun pada buku sumber kali ini, preposition diajarkan tanpa dikaitkan dengan teks apapun.

Satu-satunya cara yang saya pikir dapat membuat para siswa semangat mengenal proposition dengan rasa senang dan tidak mengantuk (dan merengek minta pulang) adalah dengan game. BINGO dengan jumlah kotak 25, itulah game yang ditetapkan dipilih. Hari ini game itu dilaksanakan dan berhasil.

Untuk melakukan permainan BINGO diawali dengan mengajak para siswa melakukan permaianan dalam kelompok dengan jumlah siswa empat orang. Setelah siswa duduk dalam kelompok. Saya meminta kepada mereka untuk menyiapkan 2 botol, 2 tempat pensil, 4 buku, 4 pulpen, satu hape. Keceriaan sudah nampak pada saat siswa kebingungan menerima instruksi yang diberikan dalam Bahasa Inggris. Kelompok lain saling menengok apa yang disiapkan kelompok tetangganya.

Segera setelah benda-benda yang diminta siap dan disimpan di salah satu sudut meja, saya berkata bahwa saya akan mengucapkan instruksi dua kali setelah itu, tanpa harus berkomentar harus melakukan apa yang saya perintahkan. Saya satupahamkan dulu bahwa kiri dan kanan diambil dari arah saya, bukan dari kiri-kanan siswa.

Secara berurutan saya memberikan perintah. Listen carefully, put one bottle on the left side and the other one on the right side. Para siswa saling menatap, dan tangan mereka dengan ragu memindahkan botoh ke sisi kiri dan kanan meja. Mereka menengok kiri-kanan, saling memastikan bahwa kelompok lain melakukan hal yang sama.

Saya lanjutkan dengan kalimat lainnya yang mengadung kata depan yang berbeda: Between the bottles is a pencil case. Para siswa memindahkan tempat pensil ke tengah-tengah diantara botol. Terlihat beberapa siswa yang bingung. Kemudian saya berkata lagi, There is a book under the pencil case. At the top of the pencil case is another book. And above the book there is a mobile phone. Para siswa mulai berebut benda mana harus berada di mana.

Setelah para siswa terlihat mulai merasa telah menempatkan benda sesuai dengan pendapatnya. Saya memberikan perintah lagi. Two pencils are before the right's bottle. Another two pencils you put inside the pencil case. Now, one book is under the left's side bottle. And the last one, there is a pencil case next to the book.

Saya persilakan setiap kelompok melihat posisi akhir setiap benda yang tadi diinstruksikan. Mereka tertawa gembira karena semuanya benar. Yang membingungkan mereka hanyalah kata 'before' yang setara dengan 'in front of'.

Saya memberikan sedikit penjelasan tentang preposisi yang terkait dengan waktu dan tempat. Terdapat 25 preposisi yang harus dikuasai oleh siswa. Saya meminta para siswa menulis nomor satu sampai 25 dan membuat kalimat (apapun) dengan menggunakan preposisi yang diberikan. Untuk mengerjakan ini, saya meminta agar siswa berkelompok menjadi tiga kelompok besar (satu kelompok besar berasal dari 3 kelompok kecil @ 4 orang). Saya sarankan agar masing-masing siswa membuat dua kalimat, misalnya 1 dengan 2, 3 dengan 4, kecuali nomor 25 dikerjakan bersama.  Pertama-tama, setiap siswa menuliskan 2 kalimat pada bukunya masing-masing. Setelah selesai menulis 2 kalimat, buku catatan digilir sehingga setiap siswa menuliskan 2 kalimat tadi pada buku temannya, buku berhenti bergilir pada saat seluruh nomor terisi kalimat yang mengandung preposisi.

Pada saat siswa menulis kalimat, saya membuat kolom BINGO, ke sisi kiri 5, ke bawah 5, sehingga seluruh kotak ada 25. Saya menuliskan nomor 1 sampai 25 dengan acak pada kolom yang telah dibuat tadi. Saya tanyakan apakah para siswa telah selesai menulis kalimat.

Setelah semuanya selesai membuat kalimat, saya jelaskan bahwa saya akan menyebutkan nomor secara acak dan jika kelompok dapat membuat garis lurus secara vertikal, horizontal atau diagonal berdasarkan kalimat yang dibacakan maka mereka menang, BINGO. Saya tunjuk mana kelompok satu, dua dan tiga. Saya amanatkan untuk ingat nomor kalimat yang dibuat masing-masing, agar ketika nomor saya sebut, segera mengangkat tangan dan saya tunjuk untuk menyebutkan kalimat.

Saya mulai dengan menyebut angka 12, para siswa terlihat bingung. Kemudian tak lama ada dua siswa yang mengangkat tangan. Saya tunjuk kelompok 3 dan salah satu siswa membacakan kalimat nomor 12. Demikian seperti itu saya lakukan berulang, menyebut nomor dan mempersilakan siswa membacakan kalimat, jika kalimat yang dibuat salah, saya alihkan kesempatan pada kelompok lain. Para siswa mulai berebut angkat tangan. Mereka ingin segera membuat garis lurus agar bisa memenangkan game dan berteriak BINGO.  Para siswa yang semula duduk, kini ada yang berdiri, dan berteriak ingin ditunjuk membacakan kalimat sesuai nomor.

Sekitar 30 menit BINGO selesai, kelompok 3 menjadi pemenang dan mereka bersorak gembira. Saya ikut senang karena tidak ada satu siswa pun yang ngantuk-ngantuk. Permainan BINGO ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk berpartisipasi. Mereka memiliki kesempatan yang sama karena semua nomor akan disebutkan oleh guru. Yang membuat mereka tidak sempat menyebutkan kalimat adalah karena mereka lupa nomor yang menjadi tanggung jawabnya karena terlalu asik memastikan angkat tangan duluan.


Sunday, July 22, 2018

Sabtu , 21 Juli 2018

Perubahan dari guru Bahasa Inggris untuk Jawa Barat

Perubahan pada struktur pengelolaan SMA di Kantor Cabang Dinas tiada lain adalah  untuk mempermudah para guru mendapatkan layanan dari pihak pemerintah. Keberadaan Cabang Dinas memfasilitasi kebutuhan guru, salah satunya adalah ketika ada kegiatan lintas cabang dinas. Sebagai contoh, Forum MGMP Bahasa Inggris Provinsi Jawa Barar yang melibatkan 155 guru bahasa Inggris SMA seJabar. Cabang dinas berperan penting memediasikan kegiatan yang dilaksanakan pada tingkat Provinsi kepada  sekolah yang secara bergantian gurunya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan pada Sabtu, 21 Juli 2018 kemarin. Surat perintah mengikuti kegiatan yang dikeluarkan cabang dinas menjadi tiket bagi para guru untuk berkegiatan.

Perubahan terjadi pula pada bagian lain. Ketika guru mengikuti suatu kegiatan, mereka mengeluarkan dana sendiri. Dana ini bukan hanya untuk berkontribusi pada kegiatan tetapi termasuk transportasi.

Paradigma "dari guru oleh guru" menjadi ciri keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan oleh Forum MGMP Bahasa Inggris SMA Jabar. Para guru merasakan  kebutuhan adanya peningkatan keterampilan menyusun Silabus yang kelak dijadikan acuan membuat RPP dan menyusun bahan ajar. Berdasarkan kebutuhan yang dirasakan "oleh guru" tersebut maka kegiatan dilaksanakan dipandu oleh panitia yang tiada lain ada anggota forum itu sendiri. Penyaji sekaligus pendamping para guru, dipilih dari guru,  yakni Badriah, guru SMAN 2 Cianjur. Dengan cara ini,  para peserta yang nota bene guru dapat melihat bagaimana guru model menunjukkan cara dan teknik penulisan silabus dan RPP.

Kegiatan yang dimotori ketua Forum MGMP Bahasa Inggris Provinsi Jawa Barat, Toteng Suhara, guru bahasa Inggris SMAN 8 Bandung berhasil mendorong para guru sejabar untuk menghasilkan produk branded Forum MGMP Bahasa Inggris yakni Silabus dan RPP yang dibuat oleh guru tanpa menggunakan cara sali rekat.
Produk ini menjadi inspirasi bagi para guru seJabar untuk memberikan pengalaman belajar berbahasa Inggris yang sesuai dengan konteks sekaligus  kondisi sekolah.

Pertemuan para guru ini dibuka Kepala Bidang PSMA Bapak Yesa  Sarwedi Hamiseno. Pada kesempatan pembukaan beliau memberikan pesan kepada para guru Bahasa Inggris untuk terus konsisten menjalani perubahan. Secara rinci beliau menegaskan bahwa membiayai kegiatan secara mandiri, memberikan kontribusi dalam bentuk produk bagi rekan guru sejabar, dan memanfaatkan hari libur untuk meningkatkan profesionalisme adalah sebuah perubahan besar yang akan pula memberikan perubahan besar pula pada layanan kepada peserta  didik.

Langkah kecil dari para guru bahasa Inggris SMA Jabar merupakan wujud tannggung jawab untuk meningkatkan layanan. Rencanaya Forum MGMP Bahasa Inggris SMA Provinsi Jawa Barat secara teratur akan melaksanakan kegiatan bagi guru oleh guru satu kali dalam satu semester. Semoga hal ini menjadi penanda keseriusan menyikapi perubahan yang sangat cepat terjadi di luar kelas.

Saturday, July 21, 2018

Hoaks

Dalam beberapa hari ini pengguna media sosial seperti Whatsapp, Telegram, Line, juga platform lainnya seolah sepakat saling meneruskan pesan yang berisi informasi pemberian kuota gratis senilai 250k. 
Membaca kata gratis, jempol dengan otaknya sendiri, langsung menyalin pesan dan tanpa dicek terlebih dahulu langsung disebarkan dengan tujuan ingin berbagi kebahagiaan. Usai meneruskan pesan, jempol mengklik link yang diberikan dan berselancar mencari kuota yang dikabarkan gratis tadi.  Ujung-ujungnya sudah dapat diduga, tidak ada kuota gratis. Sama halnya dengan tawaran sebelum-sebelumnya, semuanya palsu. Yang terbukti benar adalah jempol bekerja keras mencari kebenaran isi pesan sehingga menghabiskan waktu (dan kuota) tanpa guna.
Pepatah berbahasa Inggris mengatakan "curiosity kills the cat" yang arti bebasnya kurang lebih "jika anda tidak menahan diri, maka anda akan celaka". Itulah yang dialami jempol baik yang ikhlas meneruskan pesan tanpa diminta si penerima dan tanpa menanyakan apakah si penerima memerlukan pesan tersebut.
Kembali pada isu kuota gratis;  berita adanya sesuatu yang gratis sudah pasti menggoda dan terlihat seksi.  Muncullah rasa penasaran yang dibarengi barangkali. Sambil jempol menjelajah, pikiran logis diabaikan karena telah dikalahkan keseksian kata gratis.  Secara alami manusia menyukai sesuatu yang gratisan atau diperoleh dengan tanpa ada usaha. Ketika ada kabar kuota gratis,  secara naluriah langsung memasang harap "barangkali kali ini tidak hoax, atau barangkali kali ini benar".
Rasa penasaran (curiosity) bisa berdampak baik jika diikuti dengan pikiran logis. Dengan kata lain, rasa penasaran berakibat fatal jika mengikuti kata barangkali. Seperti pepatah berbahasa Inggris yang bermakna harfiah "kepenasaran bakal membunuh kucing".  Penasaran membuktikan pesan kuota gratis, akan mengantarkan pelaku pada banyak kerugian diantaranya waktu, kuota, dan bisa saja  berupa peretasan informasi personal.
Tuhan menciptakan dunia dan seisinya dengan aturannya sehingga semuanya telah ada kepastiannya. Sebagai contoh, semua yang hidup bakal mati.  Contoh lain,  jika anda berusaha maka anda akan mendapatkan hasil. Sekarang bagaimana jika tanpa usaha anda langsung mendapatkan kuota? Hal ini berlawanan  dengan hukum sebab akibat yang telah diketshui bersama. 
Barangkali bisa saja menjadi kata yang digunakan untuk menggantungkan harapan. Namun mengandalkan kata barangkali pada sesuatu yang jelas tidak benar, itu suatu kesia-siaan yang nyata. 

Mungkin tidak pernah sama

Bagi sebagian orang, sehari 24 jam mungkin terasa sangat kurang. Ini belum selesai, itu belum tuntas, belum lagi terasa mulai, tiba-tiba hari telah gelap dan merayap berganti nama tanpa mau menunggu. Bagi sebagian lainnya, sehari 24 jam mungkin terasa sangat terlalu lama. Dari detik ke detik, dari detik ke menit, dari menit ke menit, dari menit ke jam, dari jam ke jam, waktu seolah berjalan lebih lambat, lebih berat, setiap detiknya menyayat, setiap menitnya melukai, setiap jamnya menyakiti, dan hari nan panjang itu seolah tiada akhir memunculkan tanya, kapan ini berakhir.

Waktu, bagiku ibarat pedang. setiap detiknya melukai, berdarah, dan sakit. Seharusnya sebagai orang normal aku bisa lari dari sakit yang sudah tahu sumbernya, dan luka yang tahu penyebabnya. Kenormalanku telah aku hapus, aku enggan berbaik hati pada diriku sendiri. Aku terlalu tidak mau memberikan kasihan pada jiwaku yang sobek. Aku mengijinkan dadaku kosong, aku hantarkan pikirku mati. Aku telah mati dalam hidup.

Zombie

Bagiku aku adalah tubuh tanpa jiwa.
Bagi orang lain, aku adalah tubuh dan jiwa yang penuh semangat dan rasa percaya diri. Bahkan mungkin dipandang berani menempuhi hidup yang sesungguhnya memang berat.
Aku terlalu frustasi untuk mendefinisikan seperti apa hidup dan harus bagaimana hidup. Sejak awal aku tidak pernah menyukai hidup. Ketika hidup ditambah dengan beban yang seharusnya bukan tanggunganku, aku merasa dituntun untuk tidak meramahi hidup.
Aku hanya menanti kapan hidup itu selesai karena aku tidak diberi hak untuk menghentikan hidup oleh tanganku sendiri.

Kesunyian yang menjadi sahabat hidupku telah terlalu lama bosan bersama dan bersanding dengan jasmani rapuhku. Aku telah menua, dan sebentar lagi tubuhku dengan hukum alamnya akan kehilangan kekuatannya. Aku berdoa agar aku segera mendapatkan pembebasan dari ikatan nafas yang menandai aku hidup.
Tentu aku tidak akan mempertanyakan apakah aku sempat bahagia. Tugasku adalah menjalani hidup sampai selesai, bukan bahagia seperti iklan-iklan di tivi. Aku ada di dunia nyata, bukan di tivi.

Thursday, July 19, 2018

Kamis, 19 Juli 2018

6.15
Berangkat tidak makan, bukan karena tidak ada makanan, tapi enggan makan hanya dengan goreng telur (Itu alasan Excel).

6.45
Tiba di sekolah dan finger print.  Terlihat beberapa siswa berjejer di depan ruang piket, mungkin kesiangan atau ada urusan dengan kesiswaan.

7.00
Memulai literasi. Buku cerita pendek, tidak terbawa. Jadi membaca Flipboard yang diterjemahkan: What teachers believe about their student matters.
Penulis menjelaskan bahwa siswa migran cenderung memerlukan more efforts untuk menangani mereka, alasannya karena the harships they face in their lives.

7.15
Mengajar kelas 12 IPS 1 untuk kedua kalinya.  Materi "Hubungan sebab akibat" dengan menggunakan pola Such...that dan so ...that.
Untuk membuat siswa kenal pola maka disajikan teks lisan yang mengandung pola so/such that. Para siswa terlihat bersungguh-sungguh belajar.  Sikap ini memberikan kekuatan bagi guru.

8.35
Memeriksa hasil pekerjaan siswa kelas 12 IPS 1. Alma, Ayyas, menunjukkan hasil sempurna.

Menyimak bahasan kejanggalan siswa kelas 12 IPS 1 dari sudut pandang Bu Nuraeni. Penjelasannya tentu mengagetkan. Saya bertemu dua kali dengan kelas tersebut dan baik-baik saja. Setelah ditanyakan pada siswanya, katanya para siswa menduga jika gurunya Pa S, maka mereka semuanya di kantin karena Pa S biasanya tidak mengajar.

Mengisi buku literasi saya sendiri dan melanjutkan membaca What teacher believes about student matters.

12.45
Mengajar kelas 11 IPS 2. Siswanya terlihat lebih banyak kelompok tengah. Anak-anak perempuannya cenderung lebih aktif.
MoU dilanjutkan dengan time for giving me question.

14.15
Mengajar kelas 12 MIPA 5. Kaki dan suara sudah berada pada sisa terakhir dari kemampuannya untuk bekerja.
Memberikan MoU dan langsung mengajat karena tidak ada siswa yang memberikan pertanyaan.
Materi yang tersampaikan listening dan pertanyaan.

16.00
Menjelaskan rangkaian kegiatan sekolah rujukan pada staf kurikulum. Padatnya kegiatan membuat para staf sedikit terperangah.

17.00
Finger print, go home.

Monday, July 16, 2018

Senin 16 Juli 2018

7.00
Upacara hari pertama sekolah yang diikuti pula oleh kelas X sebagai siswa baru. Beberapa guru dan siswa terlihat kesiangan. Mungkin karena hari pertama. Macet di mana-mana.

8.00
Perkenalan guru, TU, dan warga sekolah kepada siswa baru. Seperti biasa Bu Meli mendapat tempuk sorak gempita.

8.30
Mengkonfirmasi jadwal mengajar yamg katanya hanya berlaku untuk satu minggu saja. Tercatat mengajar kelas 11 MIPA 1 - 6 , 11 IPS 1& 2, Lintas Minat 12 MiPA 1 & 5.
Jadwal 12 MIPA 1 ditukar dengan 12 IPS1.
Rasanya sudah cukup mengajar 12 MIPA 1 yang akan masuk ke jumlah 3 tahun jika tahun ini mengajar mereka lagi. Maka minta 12 IPS 1 yang belum kenal. 

9.00
-  Mengecek buku sumber ke perpustakaan dan mengambil satu buku kelas 11.

- Membahas pemindahan tanggung jawab mengajar Pak Suherlan yang dilimpahkan kepada Pak Mursyid. Saya menganjurkan agar didiskusikan kepada siapa tugas itu bisa dilimpahkan, jangan pada Mursyid semuanya. Pihak sekolah memberikan surat tugas yang jelas, jamnya disebar kepada guru Bahasa Inggris yang ada di sekolah ini.

- Pak Mursyid mengabarkan bahwa dimintai merangkum Disertasi dan membuat Jurnal. Mursyid merasa tugas itu amat berat despite some small money he received.

- Menerima laporan dari Bu Nining terkaot GLS. Mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan terkait GLS pada lingkup sekolah rujukan.

- Mendapat kabar dari Bu Nuraeni bahwa kelas-kelas sedang dibersihkan.  Guru belum bisa masuk mengajar. 

11.00
Memenuhi undangan walimatussafar Ibu Neneng Winarni, Pak Suherlan, Pak Wawan, Pak Alimudin yang berangkat beriringan 24 Juli, 29 Juli, dan pulangnya 11 September 2018. Undangan dilaksanakan di Mesjid sekolah. Acaranya: Pembukaan oleh lbu Rina, Siraman Rohani oleh Pa Nunuh.
Isi siraman rohani:
- Niat berhaji harus baik.
- Dalam thawaf jangan sampai melorot.
- Minum yang banyak agar tidak dehidrasi.

12.00
Makan siang nasi kotak, mungkin dibuat oleh para walimatusafarer.