Sunday, March 31, 2019

Menulis Jurnal untuk Kesehatan Mental

Kesehatan memegang peranan penting bagi kebahagiaan dan keseimbangan hidup. Oleh karenanya, setiap orang harus menjaga kesehatan dirinya. Mengkonsumsi makanan sehat dan melakukan olah raga secara teratur, termasuk upaya yang dilakukan setiap orang untuk mendapatkan kesehatan secara fisik. Bagaimana dengan kesehatan non fisik yaitu mental?
Seperti halnya kesehatan tubuh, kesehatan mental sangat penting untuk dijaga. Tidak dipungkiri, bagi sebagian orang, kesehatan mental dipandang sebagai penyakit yang tidak nyata. Di Indonesia, secara umum, pembahasan mengenai penyakit mental belum mendapat perhatian. Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa di Indonesia bunuh diri akibat kesehatan mentalnya terganggu merupakan silent killer terbesar (The Jakarta Post, 2017).
WHO juga mencatat bahwa pada umumnya orang Indonesia memberikan respon kurang positif terhadap orang yang menyampaikan masalah pribadinya yang dirasa mengganggu kesehatan dan ketenangan jiwa serta mentalnya. Mereka bersikap tidak peduli, melecehkan, melakukan perundungan, dan hal-hal kurang simpati lainnya. Alih-alih dibantu, misalnya dengan cara mendengarkan masalahnya, malah dianggap lebay, tidak tahan banting, lemah, tidak semangat, kurang daya juang. Sikap ini mengisyaratkan bahwa masalah mental diperlakukan sebagai masalah kecil, bahkan dipandang tidak nyata.
Kesadaran pentingnya menjaga kesehatan mental dan membantu agar mental orang lain menjadi sehat merupakan upaya yang harus kita lakukan bersama. Masih banyak diantara kita yang belum menyadari bahwa depresi dan stress dapat mengakibatkan gangguan perilaku dan gangguan mental seperti paranoid, ketakutan yang tidak beralasan dan tidak berkesudahan. Gangguan pikiran yang tidak ditangani mengakibatkan tidak bisa tidur, berkurangnya nafsu makan, menurunkan semangat hidup. Kondisi mental mempengaruhi kinerja seluruh tubuh.
Depresi dan stress merupakan penyakit mental yang tanpa pandang bulu dapat menyerang siapa saja. Banyak laporan terkait depresi dan stress yang berakhir dengan menghentikan komunikasi dengan siapapun, mengurung diri, dan akhirnya bunuh diri. Di Jepang, sekitar setengah juta orang terkena depresi dan memilih Hikimori atau mengucilkan diri sebagai solusi.
Menjaga kondisi mental agar tetap waras memerlukan cara. Salah satu cara yang dapat dipilih oleh individu tanpa memerlukan bantuan orang lain adalah menulis jurnal pribadi.
Jurnal pribadi adalah tulisan yang memuat pengalaman, perasaan, emosi, masalah, refleksi, dan evaluasi. Bagi kebanyakan orang Indonesia, diari lebih populer. Berbeda dengan diari yang hanya berisi catatan apa yang dirasakan, dipikirkan setiap hari, dan tidak untuk dibaca oleh orang lain. Jurnal tidak saja menuliskan perasaan, tetapi menuliskan pula solusi terhadap perasaan yang sedang dihadapi. Jurnal memuat refleksi, analisis, tawaran jalan keluar terhadap masalah hidup yang sedang dirasakan. Sesuai dengan isinya, maka jurnal bisa dibaca orang lain, bisa berguna bagi orang lain, selain tentu saja sangat beguna bagi si penulisnya sendiri.
Menulis pada jurnal membantu menyehatkan mental dengan alasan seperti diuraikan secara simultan di bawah ini.
Pertama, jurnal adalah alat terapi sekaligus teman setia. Selama 24 jam jurnal selalu terbuka. Pada saat kita memerlukan teman yang bersedia menerima curahan isi hati, mendengarkan kegalauan, menyimak kesedihan, mengevaluasi kekonyolan, jurnal bisa ditemui. Ia bisa ditulisi apapun, ia menerima gerutuan, pun solusi apapun tanpa menghakimi, tanpa menolak.
Menuliskan kemarahan, kesedihan atau emosi lainnya kemudian merefleksikannya sendiri menjadi jalan untuk mengenali emosi diri sendiri. Jurnal sebagai alat untuk menampung semua emosi yang mungkin tidak berani dibicarakan kepada orang lain membantu penulisnya melepaskan emosi secara sehat. Pada saat ia menganalisis kenapa emosi itu muncul, bagaimana ia harus bersikap dan bertindak terhadap emosi tersebut agar tidak muncul masalah besar lainnya, maka jurnal memfasilitasi terjadinya dialog antara emosi dengan logika melalui dialog ego yang tertuang dalam bentuk tulisan. Emosi, misalnya kecewa yang sangat dalam, yang hanya digenggam, ditahan, disembunyikan, ditelan sendiri dan dibiarkan tanpa ada penanganan akan memicu hadirnya depresi. Seseorang yang depresi, jelas kesehatan mentalnya terusik.
Mengenali emosi sendiri, memahami kenapa itu terjadi, bagaimana mengatasinya membuat seseorang menjadi lebih hati-hati kelak. Menuliskan permasalahan yang dialami dan menganalisisnya membuat pikiran berkerja menyelesaikan masalah, bukan bergumul dengan masalah tanpa ada penyelesaian.
Menggunakan jurnal sebagai teman 24 jam sekaligus sebagai alat terapi penyalur emosi, bisa dilakukan dengan mudah dan murah. Sekarang ini tersedia berbagai alat tulis yang bisa dibawa kemana-mana. Bagi yang suka dengan pulpen-kertas, dapat menggunakan buku jurnal. Namun bagi yang memilih menulis tanpa pulpen-kertas, dapat memilih buku jurnal virtual misalnya blog. Jika menganggap menulis pada blog minim privasi, dapat menggunakan fasilitas note yang umumnya tersedia pada gawai.
Kedua, jurnal adalah alat pengurang stress. Mood manusia berubah dari waktu ke waktu. Menjaga agar mood tetap baik agar seluruh aktivitas yang dilakukan dengan senang hati, tidak semudah mengatakannya. Ada yang menyarankan bahwa jika kita stress, marah, sedih, kecewa, coba tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan. Cara ini tentu sedikit meredakan karena ada jeda bagi tubuh untuk menjauh sejenak dari masalah kemudian mengambil tindakan. 
Menulis pada jurnal lebih dari sekadar memberikan jeda kepada tubuh, namun memberikan jeda pula pada pikiran. Pikiran dilibatkan untuk mengkaji hal yang sedang dihadapi dan dirasakan dengan cara diuraikan dalam bentuk tulisan. Mengubah hal yang dirasa menjadi kalimat bukanlah hal yang mudah. Mengalihkan emosi dan tekanan kedalam bentuk tulisan memerlukan ketenangan. Menenangkan diri dan menulis artinya melakukan tindak preventif agar tidak terjadi tekanan atau stress yang terlalu berat.
Menulis pada jurnal pribadi membantu menguraikan masalah secara logis. Sambil menulis, berjalan pula proses analisis. Proses inilah yang membatu penyembuhan dari dalam atau penyembuhan yang dilakukan oleh diri sendiri. Diri sendiri biasanya merupakan persona yang paling kenal dengan dirinya. Ketika stress muncul, dirinya pula yang seharusnya paling tahu apa yang harus dilakukan. Uraian pada jurnal membantu untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Dalam hal ini, analisis dan refleksi yang jujur, seksama sangat diperlukan. Sehingga hasilnya memberdayakan diri sendiri dan mendorong berpikir secara mendalam untuk masalah yang sedang dihadapi.   
Ketiga, jurnal adalah teman bicara. Tidak semua orang memiliki teman setia yang bisa diajak bicara kapan saja. Kadang-kadang orang yang dipandang mengerti perasaan kita, malah memberikan respon yang tidak diduga ketika menerima informasi yang tidak diharapkannya tentang kita.
Jurnal bisa menjadi teman bicara. Berbicara pada diri sendiri sama pentingnya dengan berbicara kepada orang lain. Berbicara kepada orang lain tujuannya untuk mendapatkan respon. Berbicara pada jurnal memberikan peluang untuk mendapatkan respon yang tidak kita duga. Berbicara dengan diri sendiri yang dituangkan pada jurnal mempertajam pikiran. Secara langsung kita terhubung dengan pikiran dan kita dituntut untuk melakukan komunikasi dengan pikiran sendiri.
Berbicara sendiri yang dituangkan pada jurnal memberikan kesempatan pada pelakunya untuk merasa aman. Jurnal tidak akan berkhianat, ia akan secara jujur menuliskan apa yang diperintahkan, tidak menyembunyikan prasangka, tidak memberikan perlawanan yang melahirkan kekisruhan baru. Jurnal temah bicara yang terbaik yang tidak pernah mengubah isi pembicaraan tanpa izin.
Terakhir, jurnal adalah membantu menguraikan masalah. Masalah yang terurai dan bisa diselesaikan membuat kondisi mental menjadi stabil. Masalah pekerjaan yang menumpuk dan tidak pernah selesai mengantarkan pada kegelisahan dan ketakutan yang tidak jelas. Artinya kesehatan secara mental terganggu.
Seorang guru, misalnya, memiliki setumpuk tugas yang harus dikerjakan. Begitu banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan sekaligus, akibatnya malah tidak dikerjakan sama sekali. Jurnal dapat diandalkan untuk membantu guru dengan masalah seperti ini (bisa juga untuk individu lain yang memiliki tugas yang saling tumpang tindih seolah tidak dapat diselesaikan).
Menuliskan semua tugas yang harus diselesaikan pada jurnal dalam bentuk daftar kemudian dievaluasi mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu, mana yang bisa diselesaikan kemudian, mempermudah mengatur kapan tugas itu harus selesai. Setelah menuliskan daftar urutan tugas yang harus dikerjakan pada jurnal, selanjutnya dapat melakukan analisis. Bisa dikaji skala prioritasnya, pertimbangan baik buruknya, efek langsung tak langsungnya pada pekerjaan, bisa ditentukan sendiri mana yang harus selesai esok, mana yang harus selesai lusa dan selanjutnya.
Dengan jujur melaksanakan apa yang telah dianalisis pada jurnal merupakan cara ampuh menyelesaikan tugas yang bertumpuk. Ketika rancangan yang dibuat tidak terlaksana. Menuliskan kembali apa penyebab tidak terlaksananya rencana tadi dan kemudian dianalisis. Sehingga muncul kajian terhadap kemampuan diri sendiri dalam aspek bersetia pada komitmen yang dibuat diri sendiri.
Keadaan mental mempengaruhi seluruh kerja manusia. Menjaganya untuk selalu sehat dan waras menjadi tanggung jawab personal yang sangat penting. Melihat banyaknya manfaat bagi kesehatan mental dari aktivitas menulis jurnal pribadi, sangat dianjurkan agar setiap orang mulai menulis jurnal pribadi. Menulislah dan lihat apa yang terjadi.

Friday, March 29, 2019

Rencana Program Literasi Kabupaten Cianjur

WStruktur
Penasihat: Bunda Literasi
Pembina: Kepala Dinas Pendidikan
Penanggung Jawab;
1. Kabid bina SMP
2 Kabid bina SD
3. Kabid bina Paudni.

Ketua: Nuraeni, M.Pd, Pengawas SMP
Wakil Ketua: Tuti Susilawati, M.Pd, Kepala SMPN 3 Cilaku
Sekretaris: Nurhayati, M.Pd, Kepala SDN Binakerta
Wakil Sekretaris: Ade Supartini, S.Pd, M.Pd, guru SMPN 2 Cianjur
Bendahara: Hj Teti Gusharyati, Kepala SDN Sayang Semper
Wakil Bendahara: Sri Rini Wardini, M.Pd, guru SMPN 2 Cianjur

Bidang-bidang:
Bidang Soskor dan Promosi:
1. Libriyanti Yuli, S

Bidang Kegiatan GLS:
1. PAUD
2. SD: Ihat Solihat, M.Pd, Kepala SDN Cikaret 1
3. SMP: Nita Helida, S.Pd, M.Pd, Kepala SMPN 2 Mande
4. SMA: Badriah, M.Pd, Guru SMAN 2 Cianjur
5. SMK: Erni Wardhani, M.Pd, SMKN 1 Cianjur

Bidang SDM:
1.

Program
Ala WJLRC, reading challenge,
Permintaan Bantuan Buku
Penerbit: kelompok agro, gabungan dari beberpa penerbit.
Gerakan Minat Baca Masyarakat, mendanai Bapenas, bergerak Diknas, penyedia bahan Pusnas.
GPMD

Literasi

UU no 43 2007 tentang perpustakaan
PP no 24 2014 tentang pelaksanaan uu no 43 2007
Fungsi bunda literasi Kepgub no 041/krp.1214.dispuspida/2018
Unsur: organisasi profesi, non profesi,  masyarakat
Sept 2019 peer learning meeting, cerita sukses
Mei Okt 2019 rajor di prov
April 2019 talkshow, pameran, workshop penulisan  dan membaca, berbagai lomba
Nov 2019 lomba cerita untuk bunda literasi
Agt 2019: GL Keluarga   GL Satdik, GL Masy

Tujuan
Media elektronik laman medsos
bundaliterasi.jabarprov.go.id

Wednesday, March 27, 2019

Teu Level

Manusa mah kabéh gé sarua, nu ngabédakeun ukur  kulit. Nongtoréng jeung asa kadéngé kénéh kalayan jelas omongan guru pendidikan moral Pancasila waktu keur SMA.

"Lamun teu percaya,  sok, pesék jero-jerona manusa. Eusina sarua, tulang bodas. Teu aya nu geulis, teu aya nu kasép, rorongkong manusa kabéh kitu. Warnana sarua, bentukna sarua," ceuk guru kuring harita ngayakinkeun lamun manusa mah sarua bahanna,  jadi darajatna ogé  sarua.

"Bédana manusa pédah ku bungkus.  Geura,  nu rorongkongna dibungkus daging ditutup  ku kulit hideung, disebut Afrika. Padahal éta téh jerona mah sarua. Anu rorongkongna dibeulit daging dibungkus ku kulit bodas, dilandi urang Eropah. Padahal sarua jerona mah tulang dibungkus ku daging. Anu kulitna sawo buruk, nyaéta urang, der disebut  urang Indonésia. Padahal kabéh sarua."

"Ulah gimir, ulah galideur," guru PMP, PPKn meureun jaman ayeuna mah disebutna, neruskeun bari nandeskeun deui, "manusa mah sarua, sadarajat.  Teu hadé  ngabéda-béda jelema diukur ku rupa kulitna,  diagung-agung ku warna bajuna. Manusa diukur ku kalakuanna, ku moralna." Abong guru PMP, sagala dikait-kaitkeun kana moral. Sesuéy misi ceuk babaturan sabangku mah.

Papatah guru dicekel dijadikeun tetekon hirup. Rumasa kuring asal muasal ti lembur, anu lemburna téh deuih rada nyingkur, jauh kana buku, anggang kana maca. Teu acan kawénéhan tepung jeung jelema hideung.  Teu pernah pataréma jeung jalma bodas. Nyaho téh batur salembur wé,  sugan téh dunya ngan salega kacamatan Kadupandak.

Sajaba ti dijadikeun tetekon hirup, omongan guru PMP, eh PPKn diteureuy buleud, teu dibeuweung, dileg-leg kabéh ku kuring, teu aya nu diutahkeun. Omongan guru pasti bener. Peun.

Najan ayeuna kuring geus jadi pagawé negri, handap golonganna mah. Sakitu gé ari keur urang Kadupandak mah, geus kaasup hadé. Anak tukang nyawah jadi PNS, matak reueus. Ceuk tatangga téa mah, anu gawéna di kebon, pajar téh genah jadi PNS mah, gajihna ngalir. Padahal lamun ngabandingkeun jeung panghasilan Mang Rowi, anu boga sawah jeung kebon, jauh mela melu. Meureun pédah kuring mah bajuna beresih, tara manggul pacul, tapi ngagotong pulpen ku lima ramo. Kuring ukur pagawé désa.

Sakali-kali kuring sok kaajakan milu diklat boh ti Kemendagri boh ti Kemendés. Rupa-rupa diklatna kumaha nu ngondang.  Désa mah dununganna dua. Urusan administrasi éta  laporanna ka Kemendagri, ari urusan program laporanna ka Kemendés. Ti saprak aya aturan transparansi keuangan désa,  urusan bantuan, jadi matak jangar.

Kuring narima ondangan bimtek perubahan sistim pengelolaan keuangan désa anu waktu pembukaanna pas haolan mitoha. Krang kring ménta idin sangkan bisa datang jam 10an sanggeus haolan réngsé.  Untung disatujuan.

Bérés haol, langsung muru hotél tempat bimtek, rék langsung ka kamar da pembukaan geus pasti kaliwat.

Leungeun otomatis mencét bél. Rada lila saeutik,  kakarak panto dibuka. Lol, sirah buukna bodas, awakna satengah katutupan panto, katingali ukur di kolor.

"Punten, abdi diperenahkeun di kamar 224," pok téh.

"Gimana yah, ga énak,  kasurnya tidak twin bed."
Tembalna.

Beuheung kuring euleugeug nempo ka jero. Enya baé  kasurna single bed. Tapi kumaha atuh da ceuk panitia kuring kudu sakamar jeung manéhna.

"Saya dari BPMD, anda dari mana?" Manéhna nalungtik calon batur sakamarna.

"Saya, pagawé désa," kuring ngajawab bari rada dareuda. Kuring nyaho ari BPMD hartina lembaga anu sok méré latihan ka pagawé désa. 

"Aduh, ini gimana yah, masa saya sekasur sama pagawé désa," manéhna rada murukusunu. Panto nu tadi anger méléngé dibukakeun. Kuring nu tadi anger ngajengjen luareun panto, bisa asup.

Kuring bébéja rék mandi terus saré, bisi manéhna rék saré ti heula, sok baé.

Bari rada ngahodhod bérés mandi kuring muru kasur nu katingalina najan hiji gé mahi keur opataneun. Awak nu ukur make kaos ipis, nyulusup ka handapeun sepré nu bodas nyacas. Manéhna nonggongan bari ngomong, "situ jangan bilang-bilang sekamar sama saya yah."

Kuring teu nempas. Naha naon héséna ngaku saré sakasur jeung pagawé désa.  Panan ayeuna mah manéhna statusna sarua 'peserta diklat'. Na haté galécok. Ari jalma anu gawé di BPMD baheulana sakola SMA teu? Diajar PMP teu? Nyahoeun teu lamun manusa mah sadarajat, jerona sarua tina rorongkong.

Teu Niat

Katingali Bu Dédé kutak ketik dina hapéna.  Panonna mencrong lempeng kana layar.  Sakapeung halisna kerung, sakapeung pasemonna bangun kesel. Ku kituna mah kaharti. Naon anu kaalaman ku manéhna,  nya osok kaalaman ogé ku kuring, nyaéta urusan balik ti pelatihan. 

Sok teu paruguh ari balik pelatihan téh.  Ari ménta dijemput ka salaki. Karunya. Sakitu riweuhna. Ari teu dijemput,  teu wani balik sorangan. Eh, lain teu wani-wani teuing kétang.  Horéam turun unggah naék angkutan umum. Sanggeus bisa maké mobil sorangan mah, urusan indit jeung balik, teu jadi pipikiran. 

Kacipta ku kuring kumaha matak horéamna keur Bu Dédé.  Ti Bogor ka Cianjur, pan lumayan tah lalampahan téh. Mimiti ti hotél ka Ciawi. Ti Ciawi nunggu sangkan bisa naék beus Marita ka Cianjur, Mun kabeneran aya korsi kosong, bisa diuk, éta untung. Mun teu kabeneran, naék beus Marita, wayahna kudu bari nangtung.  Mun keur sué pisan mah, kudu daék  diuk diparêkoskeun dina mobil elp. Elp nu bau, panas, heurin, jeung matak ripuh kana suku. Penumpang didedet. Kuduna jok keur opatan, dipaksa kudu asup genep. Engké lamun geus nepi ka Pasir Hayam, naék deui angkot ka imahna. Leuheung mun teu hujan. Mun hujan? 

Kuduna Bu Dédé naék grab ngarah genah. Kana grab mah, kari clék, diuk bari mobilna maké asé. Dijajap nepi ka buruan imah. Ngan,  harga keur meunang tempat diuk alus bari tumaninah, ti hotél tempat pelatihan nepi ka imahna, mas kawinna meureun kudu kana 300 rebu mah. Mahal teuing atuh. Tina pelatihan waé ngan dibayar 600 rebu!

Karunya na mah karunya ka Bu Dédé téh,  ngan kumaha da kuring balikna ka Tangerang. Teu sajalur. Mun sajalur mah, diajak kana mobil kuring. Da indit sorangan, béngsinna sakitu, indit duaan, anger wé, béngsinna mah, sakitu.

"Pesen grab wé atuh Bu Dé, keun sakali-kali meuli kenyamanan," ceuk kuring ngolo Bu Dédé sangkan balikna kana grab ngarah teu katalangsara di jalan. Karunya atuda. Nya balik sorangan, nya geus liwat lohor. Kumaha mun jalan ka Cianjurna kaburu di tutup, deudeuh teuing bakal kapeutingan di jalan. Diwawaas deuih, kumaha mun turun rék ganti kendaraan, breg hujan gedé. Mangkaning mawa léptop, kumaha mun léptopna kahujanan.

"Muhun atuh badé nyobian kana grab, keun wé perkawis ongkos mah, tiasa diskon tina OVO," walon Bu Dédé bari ramona pakupis néangan lokasi berangkat jeung lokasi anu di tuju. Panonna mah anger kana hapé.  Kuring imut, enya kudu kitu atuh, piraku kaluar ti hotél naék angkot.

"Nin, ikut ga cari PSK di Cipanas?"  Aya sora nomplok kana ceuli kuring anu keur anteng ngabayangkeun nasib Bu Dédé. Bu Sélfi. 

"PSK?" kuring ngagerentes dina jero haté. Anéh naha maké néangan PSK, keur naon? Kuring ngahuleng bari asa reuwas, saeutik. Sakanyaho kuring Bu Sélfi kaasup senior di jajaran peserta pelatihan mah. Malah kaasup anu salah sahiji peserta anu dipikasérab. 

Tacan gé kuring nanya, kaburu pok Bu Selfi nyarita, "Éh, jangan mikir macam-macam yah, PSK itu mah singkatan dari Pusat Saté Kiloan. Kebetulan bawa mobil sendiri nih, supirnya mah Pa Chandra, anak buah lbu dulu waktu sama-sama di Kurikulum. Kita mau léwat Cianjur, biar bisa menikmati PSK dulu." 

Omongan Bu Selfi anu nyabit-nyabit PSK di Cianjur ngakibatkeun peserta pelatihan lain milu nanya. Aya nu nanya dagingna daging dikilo atawa daging sakeureut. Dijualna di warung atawa di hotél. Dibeuleumna ku areng atawa ku guguling. Dikipasanna ku hihid atawa ku haréwos. Rupa-rupa. Tungtungna jadi ramé ngabahas PSK Cipanas-Cianjur. 

Bu Selfi ngaladénan nu nanya, ampir teu kaladangan bakat ku loba nu panasaran. Atuh rohangan lobi hotél ampir bahé beurateun teuing ku nu ngagimbung Bu Sélfi anu mawa téma PSK. 

Kuring ngoléséd  ka sisi kénca nu teu pati jauh ti Bu Sélfi,  nyampeurkeun Bu Dédé. Panon Bu Sélfi nuturkeun kuring ku rérétna.

Bu Dédé peserta nu anyar di rékrut. Manéhna tacan loba wawuh ka peserta lain anu geus biasa diondang pelatihan. Tina keureutna mah, bangunna cerdas, sagala bisa, matak resep nu nitah gawé. Ngan kulantaran tacan loba nu wanoh, manéhna teu populér saperti Bu Sélfi. Jeungna deui,  teu sacara peserta nu lian, anu rata-rata baroga mobil sorangan. Bu Dédé éstuning basajan pisan, nyebutkeun dijajap atawa dijemput téh ukur ku motor Vario 2007. 

"Kumaha tos aya mobilna Bu Dé?" kuring miheulaan nanya. Sora rada ditarikkeun, rada diatur sangkan nepi kana ceuli anu rék liwat ka Cianjur anu rék néangan PSK. 

"Numawi, teu acan. Némbé téh kenging, ari saur supirna alim pangaos sakitu mah, rugel bengsin, margi uihna ngosong saurna. Ku abdi dipiwarang cancel baé. Anjeunna nyungkeun ongkosna ditambihan." Témbalna ampir teu kadéngé. 

"Terus?" Kuring jadi panasaran. 

"Abdi nuju pesen deui, mudah-mudahan nu ieu mah teu nyungkeun ongkos tambihan." Bu Dédé nerangkeun bari panonna rut rét ka lebah gerbang tempat asupna mobil. "Tuh itu ning mobilna, nomer 1422. Mangga Bu Nina, abdi permios." Manéhna ngajak sasalaman, ka kuring, terus ka Bu Sélfi, ogé ka nu lainna nu aya di lobi hotél, taya nu kaliwat, kabéh dipapay, kaasup Bu Sélfi. 

Tacan gé mobil anu ditumpakkan ku Bu Dédé maju, Bu Sélfi kadéngé amitan. "Hayu ah semuanya. Aku mau ke Cianjur, nemuin PSK." 

Katingali tukangeun mobil grab anu ditumpakan Bu Dédé aya mobil Veloz anu eureun. Sirah Pa Chandra kaluar, "Hayu Bu urang angkat."

"Dadah ya, sampéy ketemu lagi ya." Sora Bu Sélfi ngaliwat ceuli kuring. Tonggongna ngungkug asup kana mobilna.

Dua mobil pauntuy-untuy. Nu hiji eusina Bu Dédé, sorangan; nu hiji deui, eusina duaan, Pa Chandra jeung Bu Sélfi. Kuring gogodeg. Haté muji ka Bu Dédé. Aya ku alus, teu nanyakeun naha bisa milu numpang atawa henteu ka jalma anu teu riuk-riuk aya hawa hayang ngajak. Harga diri jeung mandirina hiji jalma bisa ditaker, bisa diukur, ku kumaha carana nyokot putusan pikeun méréskeun hiji masalah hirup anu keur disanghareupanna dina waktu anu samporét. 













Tikusruk ku Fésbuk

Bagian 1

Kakeuheul téh asa taya béakna, kitu ceuk pangrasana. Can gé anggeus narima Fajar anak Kang Asép nu boga warung nagih urut hutang bulan kamari nyokot endog. Geus jol deui Mang Ujang. Majar téh rék ménta pamayar buruh ngaberesihan buruan tukang. Beuki ambek lantaran manéhna karak nyaho salakina muruhkeun nitah meresihan jukut, padahal manéhna gé taya gadag, teu loba gawé.  Pira gé ngorédan taneuh saésé kalahka muruhkeun. Mumul, kedul téh kabina-bina, taya kaéra ku pamajikan nu cuh cih sagala diurus.

Geus rada leler, gék manéhna diuk.  Gap kana hapé. Diulak-diilik.

Klik muka pésbuk.
Burudul rupa-rupa béja. Euleuh ieu babaturan  keur ulin ka Lampung . Ngajeblag dipoto hareupeun parahu sisi basisir. Hayang teuing bisa ulin ka Lampungterus dipoto deukeut parahu, maké baju pantéy, manéhna ngagerentes. Tapi, pamohalan bisa ulin ka pantéy,  mayar hutang endog waé disusul. Hirup téh ngan susah jeung susah. Salah salaki, naha maké kedul gawé

Manéhna ngahuleng dituturkeun ku  ngajentul. Gegetun, keuheul ku hirup. Salaki robah adat ti saprak kios pasarna kahuruan. Pindah ka pasar anyar, batan menyat, modal ogé karurud milu béak.

"Ah rék ngaplod status," manéhna ngomong sorangan.

Monday, March 25, 2019

Jurnal Senin, 25 Maret 2019

Materi workshop bisa diunduh di:
bit.ly/naskah2019tahap1

Workshop pembahasan dan penyempurnaan naskah pembelaan dan penilaian tahap 1
Tanggal 24-27 Maret 2019
Hotel Salak Padjadjaran Bogor

Tujuan:
1.  Menelaah naskah berdasarkan kesesuaian isi dengan kebijakan, landasan teori, kebutuhan sekolah,  bahasa dan pengetikan.
2. Melengkapi dan memlerbIki naskah sesuai dengan hasil telaah.

Materi 1
Pembukaan oleh Direktur Dit PSMA, Purwadi Susanto, M.Si

Pengaturan waktu selalu menjadi masalah. Kegiatan kali ini dimulai hari Minggu, menganggu waktu pribadi. Kedua, pelaksanaan UN tanggalnya tidak berurutan karena menghindari Jumat yang tidak memungkinkan untuk pelaksanaan UN 3 batch.

Dalam sebuah survey Semeru kepada anak usia 18-24 tahun diperoleh angka 20,..% untuk jawaban benar menghitung 1/3 -1/6
Seorang siswa ditanya apa saja rukun iman dia tidak bisa menjawab katanya lupa. Tambah stu video yang menayangkan bahwa angka2 nilai itu tidak menjadi penentu keberhasilan di luar kelas, di kehidupan nyata.
ada apa dengan pendidikan kita?

Yang sudah seragam baru baju.
Proses pembelajaran baru hafalan. Tidak bernalar. Hafal rumus, bisa jalan. Lupa rumus,  hancur.

Saturday, March 23, 2019

Inspirasi menulis (tawaran solutif untuk Kang Asep)

Harus nulis apa?
Ya ... Sudahlah
Itu unggahan yang ditulis Kang Asep  (nama facebook,  entah siapa nama aslinya) pada wall facebook milik saya.

Bagi saya, pertanyaan yang ditulis  Kang Asep merupakan pertanyaan saya juga. Atau bahkan, bisa saja pertanyaan banyak orang.
Nulis apa? Rasanya tidak ada yang  bisa ditulis (dan yang lebih tidak mengenakkan adalah perasaan tidak berbakat menulis).

Baru-baru ini, pada sebuah lokakarya literasi yang digagas Balai Bahasa Jawa Barat, saya bertemu seorang penulis yang sangat murah hati. Namanya Wahyu Kris A W. Dalam rangkaian sajiannya yang berfokus pada menulis cerpen, dia memberikan jalan juga cara mengenai apa  saja yang bisa ditulis.

Wahyu Kris menegaskan bahwa inspirasi menulis tidak bisa ditunggu. Mirip menemukan belahan jiwa, inspirasi harus dicari. Kemana? Kata Wahyu Kris, carilah di tiga tempat yang akan saya uraikan di bawah ini. (Uraian lebaynya saya yang nambah-nambah sendiri, Wahyu Kris sendiri, menjelaskanya dengan sangat serius, tentu saja).

Tempat pertama, kunjungi medsos. Jika lihat (eh baca) medsos, upayakan tidak berhenti jadi konsumen atau sekadar penikmat sajian tulisan yang dibuat orang lain. Jempol yang biasanya digunakan untuk salin-rekat, beri tugas dengan prosedur baru. Usai mencerna bacaan, tulislah semacam review, bisa juga menulis konten yang sama namun dengan kualitas yang lebih baik, kalau memungkinan,  tulis konten yang isinya melawan hoaks.

Membaca dengan sumber medsos memberikan asupan pada pikiran kita untuk mendapatkan ide baru. Pada dasarnya, ketika kita kontak dengan sebuah tulisan, pikiran kita mencernanya. Ibarat mencerna makanan, tulisan memiliki efek berbeda-beda pada pembacanya.

Ada tulisan yang membuat dahi berkernyit karena tidak setuju. Ada penggalan kalimat yang membuat kesal karena terlalu men-generalisir. Dan banyak efek lainnya yang hadir. Jika selama ini efek yang dirasakan dari bacaan berhenti di pikiran,  sekarang, tulislah.

Tempat kedua, lihatlah gambar dua dimensi. Selama ini, gambar dalam bentuk foto (yang jumlahnya ribuan) disimpan di gawai dan hanya menjadi koleksi pribadi yang keindahannya berhenti di folder. Foto-foto itu sesungguhnya bisa menjadi inspirasi untuk menulis.

Bagaimana menulisnya? Jelaskan saja foto itu dengan kata-kata. Contoh: sebuah foto memuat gambar seorang perempuan sedang menuntun sepeda dengan karung membumbung di sadelnya. Foto itu diambil siang hari, dengan latar pinggir jalan raya.

Mengacu pada foto tersebut, kita bisa menuliskan banyak hal. Kita bisa menuliskan aktivitas yang terlihat pada foto.  Kita juga bisa menuliskan perasaan kita ketika melihat foto tersebut.  Bisa pula menuliskan hal yang tidak terlihat pada gambar tetapi terkait dengan tema gambar, seperti  perempuan yang menjadi ayah, kebahagiaan pengangkut karung, menyongsong impian. Jika enggan mendeskripsikan, bisa juga membuat puisi berdasarkan foto tersebut.

Tempat ketiga, kunjungi sebuah tempat. Ini serius. Ada yang mengatakan untuk dapat ide menulis, pergilah ke cafe. Saran pergi ke cafe tentu tidak berlaku untuk semua orang. Yang benar, saat berkunjung ke sebuah tempat, di manapun, tempat itu bisa menjadi sumber inspirasi menulis.

Apa masuk kamar tidur sendiri bisa jadi inspirasi menulis? Bisa.
Coba perhatikan kamar yang biasa kita kunjungi tiap malam dengan cermat. Perhatikan warna dindingnya, warna sepreinya, bentuk tempat  tidurnya, kolong tempat tidurnya. Kamar itu menjadi tidak biasa,  menjadi tempat yang berbeda jika dicermati setiap incinya. Dan tulislah hasil cermatannya.

Bagaimana kalau tidak bisa kemana-mana? Menulis masih bisa. Idenya bisa dari buku yang kita baca, bisa dari film yang kita tonton, bisa dari lagu yang kita dengar, bisa dari rengek tangis seorang ibu muda.

Masih banyak sumber ide yang lain yang dapat dijadikan inspirasi menulis. Ide-ide tadi menjadi bahan yang dapat diramu menjadi tulisan. Inspirasi akan hilang dan terlupakan jika tidak (segera) diabadikan ke dalam tulisan.   Masalahnya, nulisnya bagaimana? Ya tulis saja. Tidak ada teorinya. Satu-satunya teori: mulailah menulis.

Friday, March 22, 2019

Pencari Matahari

Pencari Matahari
Oleh: Badriah

Taman menjadi satu-satunya tujuan untuk menurunkan temperatur akhir Juni yang berpadu dengan selembar kertas penentu akhir masa kerja akibat kebijakan perampingan dikantorku. Dunia mendadak sempit,  semua tempat telah penuh oleh orang lain. Aku harus mencari tempat baru, dunia baru, dan yang paling mengerikan harus berakhir dengan mencari pekerjaan baru. Tengah hari ditemani secarik kertas pemutusan hubungan kerja, hanya mampu mengantarkan kakiku ke taman kota. Kulihat hanya ada seorang anak kecil menjajakan kopi. Rambut hitamnya berkilau memantulkan sinar terik mentari.

Meminum kopi mungkin kafeinnya meluruhkan kegelisahanku yang kini bergelar penganggur. Kuminta ia membuatkanku segelas plastik kopi Luwak.  Ia mengiyakan tanpa menengadah apalagi menunjukkan wajahnya yang tirus berbayang urat-urat halus berwarna hijau. Tangannya dengan cekatan menuangkan air panas dari termos. Satu jari tangannya diletakannya di mulut termos seakan memastikan air panas melewati jemarinya sebelum segelas kopi terhidang untukku. Halus suaranya menghantar kopi, "Sila diminun, ini kopi terbaik saya."

Menikmati kopi di tengah taman terasa menggenapkan keindahan taman itu sendiri. Mataku mencari matanya, hendak kukatakan pada matanya bahwa aku akan membayar lunas kesempurnaan kopi dan taman yang telah disajikannya. Kurogoh satu-satunya uang duapuluh ribuan dan berkata, "Duapuluh ribu ini tak cukup membayar kesempurnaan kopi dan taman." Ia menjawab, " Matahari terik yang menerpa ubun-ubun kepalaku itulah bayaran yang kucari. Kabarnya matahari bersinar terang, aku mencari terangnya untuk kukabarkan pada buta mataku."

Manfaat Menulis

Manfaat membaca telah banyak ditulis para ahli. Salah satu manfaat yang sangat akrab adalah "Membaca membuka pintu dunia." Makna implisit yang diajukan dari kalimat tersebut bahwa dengan membaca banyak hal baru yang dapat diperoleh.  Sebagai contoh, membaca tentang Amerika, maka terbukalah pintu informasi semua hal tentang Amerika tanpa harus datang sendiri ke Amerika. Membaca kengerian pengalaman seseorang yang diserang buaya, terbukalah pintu pemahaman mengenai arti menghargai  hidup, menghormati kekuatan alam, dan mengukur rasa nyeri.

Manfaat membaca begitu luas seolah tak terbatas. Melihat manfaatnya yang banyak, setiap orang dihimbau,  dilatih, diajak,  dibiasakan untuk membaca. Tujuannya tiada lain adalah untuk memperoleh manfaatnya.

Bagaimana dengan menulis? Menulis biasanya dikaitkan dengan membaca. Walaupun menulis tidak setenar membaca,  tidak seseksi membaca dalam pemaparan keindahan manfaatnya. Sesungguhnya menulis sama besar manfaarnya dengan membaca. Seorang penulis, Wahyu Kris A W, pemenang Adi Acarya, yaitu penghargaan untuk kepiawaian menulis menyebutkan paling tidak empat manfaat besar menulis.

Pertama, menulis menebarkan kebaikan. Saat ini informasi ragam tulis seliweran dengan bebas di media sosial. Kebebasan mengunggah informasi mengakibatkan hadirnya informasi yang tidak memiliki nilai kebenaran. Sebaliknya, informasi yang mengarahkan kepada kemudaratan.

Membuat tulisan yang memuat hal-hal baik yang membukakan mata yang haus tauladan berkarakter positif adalah menulis untuk menebar kebaikan.  Seorang guru yang menulis tentang sikap baik yang ditunjukkan siswanya, kemudian disebar, diviralkan, dibaca semua orang. Penulis dan penyebar tulisan menjadi penebar kebaikan.

Menulis hal baik dan inspiratif, kelak memotivasi pembaca untuk berbuat baik. Maka disarankan agar setiap orang menulis hal-hal baik untuk membuat kebaikan bagi dirinya sekaligus menebar kebaikan itu sendiri.

Kedua, menulis mengantarkan melihat berbagai  belahan dunia. Produk karya kreatif dalam bentuk tulisan fiksi atau non fiksi memungkinkan pemilik tulisannya diundang pembacanya.

Seorang guru dari sebuah desa menulis tentang bagaimana dia membimbing siswanya sehingga menguasai hitung menghitung dengan cara menyenangkan. Tulisan tersebut dibaca seorang guru dari Jerman dan dipandang menjawab permasalahan hitung menghitung yang sedang dihadapinya. Maka diundangnyalah si pemilik tulisan untuk menginspirasi guru-guru lain.  Tulisan itu menuntun penulisnya untuk menginjakkan kaki di Jerman.

Satu lagi, seorang siswa SMP menuliskan keindahan kampung halamannya yang asri. Dia juga menuliskan upayanya untuk melestarikan keindahan kampungnya sesuai kemampuannya sebagai anak-anak. Tanpa sepengetahuannya tulisannya dibaca anggota  The Nature Conservancy, organisasi yang berfokus pada kampanye lingkungan dengan memanfaatkan media online, seperti melalui media sosial, blog, dan aplikasi digital yang bermarkas di Virginia, Amerika. Tulisan siswa ini dipandang sebagai upaya nyata dan orisinal, maka anak ini diundang ke Virginia.

Tulisan membawa penulisnya ke tempat-tempat yang mungkin tidak pernah dibayangkannya.

Ketiga, menulis membuka persahabatan dengan banyak orang. Tulisan tiada lain adalah tuturan yang disajikan dalam ragam tulis.  Ibarat tuturan, tulisan merupakan pertukaran informasi. Tulisan yang dibaca orang, menjadi pintu pembuka silaturahmi.

Tulisan tentang pendidikan membuka teman-teman pendidik lain untuk bersua dalam bentuk komunikasi penulis-pembaca. Tulisan pendidikan,  pun, membukan pintu untuk siapapun untuk berkomunikasi dalam komunikasi penulis-pembaca. Tidak sedikit pertalian seide muncul karena membaca tulisannya.

Keempat, menulis mengubah status. Semua orang adalah orang. Artinya statusnya sama. Namun dengan menulis,  statusnya berubah. Seseorang yang menulis disebut penulis,  bukan lagi orang biasa.

Seorang anak setiap hari bekerja sebagai loper koran. Tak seorangpun dari langganannya yang tertarik pada dirinya. Dia dipandang sebagai orang biasa. Setelah dia menjadi mahasiswa dia menulis, dan tulisannya dimuat pada koran yang dulu dikirimnya kepada langganannya. Setelah itu, statusnya berubah, namanya dicatat: penulis.

Seorang guru mengajar, biasa. Guru yang menuliskan bagaimana dia mengajar menjadi luar biasa.  Statusnya guru penulis.

Masih banyak manfaat lain dari menulis yang bisa saja berbeda. Setiap orang mendapatkan manfaat personal, sosial, dan finansial yang berbeda darin menulis. Untuk itu, menulislah.

Lokakarya Literasi

Inti:
literasi= melek

Wahyu Kris AW, pemenang Adi Acarya 2001

Manfaat menulis
1. Menebarkan kebaikan
2. Melihat belahan dunia lain
3. Bersahabat dengan banyak orang
4. Mengubah status dari penjaja koran dan penulis koran

Inspirasi untuk menulis jangan dinanti tapi dicari
1. Ambil dari medsos
2. Lihat / buat foto deskripsikan dalam puisi,  lihat contoh IG wahjoekris
3. Dari nonton film, tulis dalam bentuk deskripsi. Contoh film Coach Carter: sudah nonton fil Coach Carter? Kalau belum anda mesti nonton. Film inspiratif ini mengisahkan perjuangan coach carter ... (1. ilustrasi)
Anak2 kita memiliki banyak keistimewaan, tapi yang jago OR jelek matematika ... (2. analisa)
Apapun bakat yang ada dalam diri anak ... dengan latihan dan disiplin  ... (3.Refleksi)

Tips menulis cerpen
Menulis, tulis dulu baru nanti belajar dari yang kamu tulis

Tips  menulis cerpen yang baik
Membaca dan menulis  (cerpen yang baik)

Setiap buku yang dibaca tulis reviewnya tidak lebih dari satu halaman, gabungkan dengan refleksi, contoh: Veronica memutuskan untuk mati karena dipaksa orang tuanya jadi ahli hukum. X dipaksa jadi diplomat. V dan X bertemu (pelukis dan pemusik)
Pesan: orang tua harus menangkap talenta anak, jangan paksa jadi apa yang mereka inginkan.

Tipsenembis koran nasional
Kirimkan cerpen ke koran nasional

Bagaimana mendapatkan mood menulis
Menulislah di cafe, jangan percaya

Bagaiamana menghadapi kebuntuan ide
Jangan dihadapi, tapi membaca

Meneroka dapur Pentigraf (cerpen tiga paragraf)

Fb: kampung pentigraf indonesia
Penggagas: Prof Tengsie Tjahyono
Cerpen: karya fiksi bukan sekadar hayalan melainkan cara berpikir, mencipta dunia baru.
Tiga paragraf: ruang sempit, minim dialog.

Cerpen: tambahkan konflik (dengan diri sendiri /orang lain,  dengan budaya, dengan Tuhan), ending mengejutkan

Tema pentigraf
1. Tokoh sebagai sumber konflik
2. Latar (desa atau waktu,  kala atau tempat, patra atau suasana)
3. Judul
Mengguncang pikiran pembaca
Mengundang tanya
Tidak selalu menggambarkan tema

Latihan
1. Beri 2 paragraf pentigraf,  selesaikan
2. Beri 1 paragraf pembuka pentigraf, selesaikan
3. Beri 0 paragraf,  sila nulis.

Bagaiamana mengubah pentigraf menjadi cerpen
1. Awali dengan leading paragraf (menarik, lihat Faizal Odang fokus budaya, belajar kepada para orangtua karena ingin mengenalkan budaya Bugis,  Agus Nur penulis naskah Sentilan Sentilun, pemain drama), esais Aes Laksana, bahasa sederhana, sehari-hari, Agus Nadir penulis Saring sebelum sharing, Gus M Dafir?  penulis filsafat.

2. Membuat jalur berliku.
3. Membuka rahasia/kejutan pelan-pelan.
3. Kembali ke akhir yang memilki kejutan.

Monday, March 18, 2019

Ichon - Gelombang

Tokoh yang melekat dalam benakku, Ichon, anak remaja umur belasan bersuku Batak yang berani menggantikan kakaknya untuk memperbaiki kehidupan keluarga dengan bersedia menjadi imigran gelap yang tinggal di apartemen kumuh berbaur dengan geng2 dari beragam bangsa.

Dee Lestari pada buku Gelombang mengenalkan mimpi sebagai worm hole untuk masuk ke dimensi lain yang sejajar dengan kini namun telah dibangun dalam kurun waktu yang tak terukur. Ichon sebagai peretas mimpi menjadi bagian dari segita peretas mimpi yang bertugas menyeimbangkan dunia Askos, berhadapan dengan tokoh antagonis -Sarvara, dan tokoh pendukung - Dr Kal..Infil  (saya lupa istilahnya :-) )

Perjalanan Ichon sendiri belum usai, kelanjutannya dituangkan pada buku selanjutnya.
Damn!!!

Friday, March 15, 2019

Sman 1 kota depok

Menginjak kota Depok untuk pertama kalinya disambut guyur hujan dan gelegar petir yang menurut penduduk setempat itu hal biasa. Memilih langsung istirahat di Fave Hotel menjadi pilihan paling masuk akal. Perjalanan menembus hujan yang dilakukan sehabis mengajar, dan tiba di kota hampir dua jam menuju tengah malam, tak ada lagi ide ya tersisa kecuali bayangan lembutnya bantal.
Malam pertama berakhir tanpa mimpi dan pukul empat pagi dibangunkan alarm yang berteriak it is four o five. Menambah lima menit saja, bagi artificial intelligence yang ditanam pada aplikasi hape sudah jadi masalah.  Baiklah, time to start my another busy day.

Tertulis pukul 7.05 pada sms WA yang kuterima, isinya mengatakan bahwa lbu Hesti dari Dit PSMA telah berada di resto.

Tuesday, March 12, 2019

Teu euleum-euleum

Gusti ari ras kumaha manéhna ngahina, nyacampah, jeung nyeungseurikeun kuring, bulu-bulu dina sakujur awak, kabéh asa narangtung, siga tina saban pori-porina hayang ngabijilkeun bulu nu heuras nu bisa nojos kasadaran manéhna, nu bisa muka panon manéhna lamun awakna sarua baé jeung manusa lianna, ukur tulang dibungkus ku daging ditutup ku kulit,  bédana pédah kulit manéhna mah dibungkus baju anu aya mérk,  lain baju anu hargana 100 rebu meunang tilu,  ditambahan bonus hiji anu saban poe dipaké ku kuring.

Kacipta kénéh basa manéhna ngajak diuk sabangku dina beus. Pokna, urang bareng wé,  pan urang mah salian ti sakelas téh, salembur deuih, tong misah, ngarah sayah engké aya batur pakumaha di tempat wisata, atawa lamun manéh aya pangabutuh,  ku sayah bisa dipangmayarkeun,  pan biasana gé kitu lin? Bapa manéh pagawé papih, manéh tangtu apal kumaha kuduna lamun bareng jeung anak dunungan. Di sakola hungkul urang bisa sakelas, di lembur mah, anger, manéh teu bisa ngaku satata jeung sayah.  Manéhna nyorocos bari am ngadahar Taro anu dikeduk, dirawu, trrus dijejelkeun kana bahamna bangun taya kaseubeuh. Teu nawaran ieuh bangun teu meunang kuring barang dahar tina kantong nu sarua.

Monday, March 11, 2019

Speech Enigma VI

Bismilah
Good morning
The honorable Enigma VI commitee,
The honorable teachers and studenrs,
And all audience

It is my great pleasure as  the chief of English teacher association to say thank you to English Department of Suryakencana University that allow students to
convey and communicate in English through various competitions, they are debate, speech and story telling.

Through debate the students learn and practice to express their opinions in a coherent, considered and structured way, whilst also affording their fellow peers the time and respect that they deserve in voicing their opinions also. For senior high school students, welcome to English debate competition. This debate is realized as there is an MoU between English Department of Suryakancana University with English teacher Association of Cianjur Regency. The best speakers from all teams who join today's debate will be selected to represent Cianjur regency to join the provincial school debate championship in June 2019.

I am very pleased to congratulate the senior high students who join speech contest. Speech in general, allow you to  develop your skills  in research to understand the issue you are going to present, critical thinking, organization of the text, persuasion and communication.

The last but not least, l welcome junior high students and elementary students who involve in story telling competition. Story telling will help you to aware of your own culture and roots, it also enhaces your verbal proficiency. Storytelling encourages your creativity and imagination power.

It is not going to be easy to be winner of any competition, but it is always easy to be different  individual by keep learning and improving your English so that you win and conquer your own laziness in learning foreign language.

Thank you.

Sunday, March 10, 2019

Dicari: Perpustakaan yang Mengacu Kurikulum

Literasi sebagai sebuah program sedang gencar dilaksanakan.  Hampir semua sekolah ambil bagian dan ikut terlibat langsung dalam gerakan literasi sekolah. Kondisi ini tentu menggembirakan. Bagaimana sekolah-sekolah menggerakkan warganya untuk kembali menekuni aktivitas membaca yang dilanjutkan dengan berbagi hasil bacaan dan, kelak menghasilkan produk tulisan sebagai buah dari penguasaan literasi dasar.

Setiap sekolah melaksanakan literasi dan menyediakan bahan bacaan pendukung sebagai sebuah gerakan dengan cara yang berbeda-beda. Ada sekolah yang melaksanakan literasi dalam bentuk membaca buku pada jam ke-0 atau sebelum pelajaran dimulai. Ada pula yang melaksanakannya pada awal jam pertama, dengan waktu yang sama, yakni 15 menit. Pun, terdapat sekolah yang melaksanakan literasi pada akhir jam pelajaran dengan durasi 15 menit.

Sedangkan untuk penyediaan bahan bacaan, ada sekolah yang menghimpun buku non pelajaran dengan cara setiap warga sekolah menyumbangkan antara satu sampai lima buku. Infak dan sodakoh buku dilakukan di sekolah lain demi tersedianya bahan bacaan. Beberapa sekolah menerima dana hibah penyediaan buku bacaan untuk melengkapi dan suksesnya gerakan literasi.

Penjelasan di atas tidak menyinggung keberadaan perpustakaan sebagai bagian dari sarana sekolah yang secara langsung dapat menjadi penyokong suksesnya gerakan literasi sekolah. Perpustakaan sejatinya menjadi pendukung utama keberhasilan literasi dari aspek penyediaan bahan bacaan.

Menengok perpustakaan yang dipandang sebagai sebuah bangunanl

Monday, March 4, 2019

Guru dimata siswa

#1 
Guru adalah model yang hidup

Seorang guru, dalam upaya optimalnya  untuk menjadi pendidik sejati, dipandang lebih dari sekadar pendidik oleh sebagian siswa. Sebagai contoh, seorang siswa kelas 12 SMA yang sebentar lagi meninggalkan bangku SMA, menyebut guru sebagai "big example for students" atau dalam terjemah bebas kurang lebih mengisyaratkan bahwa guru adalah tauladan bagi siswanya.

Siswa tersebut memaparkan bahwa guru, apapun yang dilakukannya dianggap sebagai model untuk ditiru dan dicontoh. Ia dengan tegas mengatakan bahwa segala tata, titi, tingkah,  polah, ulah, ujar, bahkan kebiasaan guru diamati secara seksama.