Monday, August 31, 2020

Uji Keterbacaan Best Practice

The Mirah Bogor


Pembukaan
Pesan untuk jaga kesehatan. 
Jujur pada diri sendiri sehingga dapat menyelematkan diri sendiri juga orang lain.
Jam malam berlaku di Bogor 
Guru tetap ngajar, silakan. 
Guru dan siswa mendapatkan bantuan pulsa.



Caption

 I believe the very word caption is not a new word to your vocabulary. You created a caption in your Instagram and also in your Facebook. It consists of picture with a text underneath. 

Well, so what is caption by definition? According to a Merriam Webster dictionary, caption is defined as

1. (noun).  a title or explanation for a picture or illustration, especially in a magazine.
2. a heading or title, as of a chapter, article, or page.
3. Movies, Television. the title of a scene, the text of a speech, etc., superimposed on the film and projected onto the screen.
4. Law. the heading of a legal document stating the time, place, etc., of execution or performance.
5. verb (used with object), to supply a caption or captions for; entitle: to caption a photograph.

From the definitions given above, it is clear that caption can be used in various context. Caption can be used in the newspaper, television, movies, and even law.   In English lesson you are going to deal with caption as mentioned in definition number 1, 2, 3, and 5. 

Now, draw a your own definition of caption. Write your definition in comment column down below.

I will give you some example of caption. Those were taken from The Jakarta Post online newspaper. 

Example 1. 

Covered in haze: A boat travels on the waters of the Barito River while haze in the sky is seen from the North Barito area, Central Kalimantan, on Sunday. The haze was caused from burning off forests to clear the land.(Antara/Kasriadi)


You see, there are two main parts of caption: 1) picture (photograph) and 2) text 

Observe the example 2

Nothing to crow about: Chicken traders at the Kosambi traditional market in Bandung, West Java, go on strike on Thursday. They demanded that the government help lower prices of day-old chickens, which have recently doubled and propelled the price of chicken meat so high that most customers can no longer afford to buy it. (Antara/Agus Bebeng)

Penjelasan mengenai caption dapat disimak disini. 

From those two example, you can conclude that the structure of a caption is as follows.


Look at this caption

Stranded -- In this photo provided by the Philippine Bureau of Immigration, Indonesians carrying Philippine haj passports wait after being intercepted by authorities on Aug. 19 at Manila's airport before they boarded their flight for Saudi Arabia to participate in a haj. Officials said the 177 passengers' identities were revealed as Indonesians because they could not speak any Philippine language or dialect and could only converse in English. (Bureau of Immigration via AP/-)


Secara struktur Caption di atas sebagai berikut: 
1. Title: Stranded (Terlantar)


2. Identification: Menjelaskan apa yang terlihat jelas pada foto. 
In this photo provided by the Philippine Bureau of Immigration, Indonesians carrying Philippine haj passports wait after being intercepted by authorities on Aug. 19 at Manila's airport before they boarded their flight for Saudi Arabia to participate in a haj (pada foto ini terlihat para calon haji yang memegang paspor Filipina menunggu setelah ditahan oleh pihak berwenang pada tanggal 19 Agustus di bandara Manila sebelum mereka berangkat ke Saudi Arabia utnuk berhaji)


3. Secondary info
: penjelasan yang tidak terlihat pada foto.

Officials said the 177 passengers' identities were revealed as Indonesians because they could not speak any Philippine language or dialect and could only converse in English (Pihak berwenang mengatakan bahwa ke-177 penumpang tersebut adalah warga negara Indonesia karena mereka tidak dapat berbicara bahasa Filipina dan hanya bisa berbahasa Inggris) 

Dari foto tidak terlihat bahwa orang-orang pada foto itu berkebangsaan Indonesia, juga tidak terlihat mereka bisa berbicara bahasa Indonesia.


4. Photo Credits: pembuat foto 


Well, by reading this blog, I hope you know exactly what caption is and see how to create a caption. To explore more about caption, you can surf The Jakarta Post online Newspaper in  https://www.thejakartapost.com/ 

In the next session of English you will be asked to analyse a caption by its structure.

That's all for the first session. Don't forget to post your own caption definition in the comment column.

Do take care 




Thursday, August 27, 2020

Jangan berpikir sekadar uang

Yang terlintas dalam pikiran ketika mengikuti lomba adalah ingin dapat uang, héhéhé.
Dalam pikiran saya terbersit kalau bisa dapat uang sebagai upah menulis 8 halaman, beruntung. Maka saya pun menulis,  kirim tulisannya, dan tidak diingat-ingat lagi. Mau menang, syukur, artinya rencana saya untuk dapat uang akan terwujud,  kalau tidak menang, ya ga apa-apa.  Kewajiban saya adalah menulis sesuai pesan Imam Ghozali "Kalau kamu bukan anak raja, maka menulislah!"

Saya pun menulis karena saya sadar betul bahwa saya bukan anak raja. Kesadaran itu membawa tulisan saya ke Astra. Adapun Astra melihatnya sebagai inovasi karya guru atau bukan, itu bukan urusan saya. Sikap saya membuat saya tidak terlalu berharap bisa menang. Saya meyakini yang saya lakukan adalah hal biasa yang dilakukan rakyat biasa (saya kan bukan anak raja) dan kegiatannya biasa. Semuanya biasa. Saya tidak memandangnya sebagai hal luar biasa.  

Bulan ke bulan berlalu.  Saya sudah lupa dengan tulisan yang saya kirim. Terima seorang teman mengucapkan selamat karwn tulisan saya masuk finalis, dari 5.967 tulisan,  menjadi 94 tulisan yang masuk finalis. Respon saya adalah heran. Heran, tulisan mana yang lolos,  apa judul tulisannya, kapan tulisan itu dikirim. Saya tidak buru-buru merasa senang. Saya harus mencari dimana, kapan, kepada siapa saya mengirimkan tulisan. 

Selamat anda juara

 Selamat untuk Bapak Ibu Guru Hebat PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, dan Rumah Pintar dari 94 Satuan Pendidikan yang sudah meraih posisi FINALIS NASIONAL dari 685 Semifinalis dan 5.855 peserta guru se Indonesia


Bapak Ibu sudah mencapai level ini merupakan sesuatu yang beyond compliance dan outstanding, tentunya hal ini berkat kemauan dan langkah inovatif Bapak Ibu Guru Hebat


Atas nama Management Astra, kami ucapkan terima kasih atas Atensi Bapak Ibu Guru Hebat yg ada di grup ini, Bapak Ibu adalah Juaranya


Badriah Juara 3 Lomba Karya Inovasi Guru 2020 


Bagi 36 Juara yg diumumkan tadi merupakan bonus sekaligus buah inovasi, semoga Para Pemenang dari kategori PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, SLB dan Rumah Pintar bisa menjadi inspirasi bagi guru-guru sekolah lain dalam menerapkan inovasi pembelajaran.

Seluruh Finalis yang telah Presentasi namun belum beruntung, akan mendapatkan hadiah hiburan dari Astra.

Dan seluruh Pemenang akan kami kontak lebih lanjut.

Tetap keep in touch dengan Astra, seperti yg kami sampaikan saat workshop minggu lalu, bahwa Bapak Ibu sudah menjadi Keluarga Besar Astra dan tentunya bisa ikuit di kegiatan2 Astra selanjutnya 🙏🏻😊 

Selamat dan Salam Astra untuk Indonesia Cerdas 🙏🏻😊



Sungguh mengejutkan ketika Badriah disebut sebagai pemenang juara 3 Lomba Astra. Secara pribadi saya merasa bahwa inovasi yang dilakukan para peserta lain sangat luar biasa bagusnya.
Alhamdulillah, ini adalah kasih sayang Tuhan untuk saya.




najeela sihab 2

Teknologi jadi solusi 
Bukan hanya soal belajar tatap muka atau belajar online kita perlu mendesain proses pembelajaran yang betul-betul pada akhirnya bisa menumbuhkan kemandirian pada murid-murid dan tidak harus selalu dalam bentuk gurunya hadir lewat layar banyak sekali amplifikasi
Proses yang satu arah proses yang tidak aktif pemberian tugas mata dan sebagainya itu dilakukan oleh guru-guru walaupun situasinya sudah punya teknologi yang memadai banyak waktu di layar yang kemudian jadi tidak optimal atau berlebihan banyak konten yang Hanya dianggap sebagai konten yang baik semata-mata karena menghibur dan bagus padahal yang dibutuhkan oleh murid-murid kita ada konten-konten yang bisa Menjelaskan konsep yang terstruktur dan mampu dievaluasi

Masa pandemi ini sebetulnya adalah umpan balik kita lupa bahwa asesmen itu kunci dari proses mengajar Kalau tidak ada assessment tidak ada umpan balik yang berkelanjutan yang terjadi hanya pemberian proses pengajaran semata yang tidak bisa dimonitor dan dievaluasi prosesnya baik oleh guru ataupun muridnya sendiri Kita juga seringkali lupa bahwa proses mendesain pembelajaran selama pandemi itu sangat butuh kolaborasi dan kontekstualisasi seringkali yang kita lakukan hanya sekedar memindahkan sekolah dari setting yang ada di gedung sekolah kedalam rumah padahal kesempatan belajar di rumah ada kesempatan yang luar biasa untuk kemudian mengimplementasikan melakukan aplikasi antara materi materi yang dipelajari dengan apa yang terjadi di rumah atau di kehidupan sosial sehari-hari
Inovasi bukan hanya di era pandemi tetapi sesungguhnya untuk tahapan tahapan pembelajaran dan transformasi pendidikan di tahun-tahun ke depan ada beberapa alat yang mudah-mudahan bisa membantu ada Bang konten belajar di rumah yang diinisiasi oleh semua murid semua guru dan bisa digunakan oleh Bapak dan Ibu Guru semua di sini banyak kali inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh komunitas dan organisasi pendidikan yang juga dilihat di website ini di halaman ini ada lebih dari


Adopsi teknologi yang jauh lebih daripada apa yang kita lakukan selama ini Terima kasih sudah di dengarkan saya ingin dengar pertanyaan-pertanyaan lanjutan dari semua peserta disini Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

najla sihab 1

Kita hidup di ekosistem pendidikan yang masih sangat mengandalkan hafalan tetapi sedikit sekali memberi kesempatan pada murid-murid kita untuk menalar padahal yang dibutuhkan saat ini dan apa lagi di masa depan nanti bukan hanya akuisisi informasi atau hafalan materi Bagaimana kita bisa membayangkan murid-murid yang tidak terlatih selama belasan tahun di sekolah untuk kemudian bisa menghadapi era informasi noleh ekonomi dan sebagainya kita hidup di ekosistem yang sangat mengandalkan kepatuhan melakukan disiplin dengan hukuman atau sogokan tetapi lupa menumbuhkan kesadaran lupa bahwa tujuan awalnya tujuan akhirnya adalah kemandirian saat bicara tentang teknologi kita masih hidup dengan miskonsepsi soal penggunaan teknologi yang begitu besar sebagian besar dari kita gagal melakukan integrasi digital yang sesungguhnya Jadi kalau ditanya kita butuh apa sebetulnya kita paling butuhkan adalah destruksi dan inovasi 
Indonesia yang membandingkan keinginan berubah keinginan melakukan inovasi antar berbagai profesi di situ ditemukan bahwa guru itu adalah orang yang punya imaginary beler paling tinggi jadi di saat profesi profesi lain itu penuh imajinasi tentang apa yang bisa dilakukan tentang perubahan Kebiasaan apa yang harus diimplementasikan tentang menggerakkan perubahan di dalam profesinya mencoba cara-cara baru guru-guru di seluruh dunia adalah orang yang pertanyaan pertamanya adalah ini kaya kalau melakukan ini melanggar aturan ya ya kalau saya melakukan ini apakah ada aturan yang membolehkan saya untuk mencoba cara yang berbeda Jadi kalau ada teman-teman guru di sini ribuan guru yang selama ini dibina oleh Astra dan kemudian mencoba jadi inovator di lingkungannya masing-masing anda itu langkah You are the expression of the system dan ini harus kita jaga sama-sama inovator itu musuh utamanya adalah the legal orang-orang yang tidak menginginkan perubahan dan biasanya mencoba mempertahankan status quo dengan segala cara sudah di ekosistem pendidikan jumlah inovator nya itu hanya 2 sampai 20% Jadi kalau misalnya teman-teman ada di sekolah ada di Madrasah ada di SMK yang kebetulan jumlah inovator nya itu banyak Anda beruntung sekali dalam banyak situasi yang saya temukan di komunitas Guru belajar di kampus guru Cikal itu biasanya guru-guru yang resah yang rasanya ingin bergerak dan Berubah itu jumlahnya sangat sedikit sebagian besar guru kita sedihnya ada guru-guru yang apatis guru-guru yang kalau saya bilangnya karena saya yakin semua orang sebetulnya masuk ke provinsi itu dengan keinginan melakukan perubahan guru-guru yang mungkin selama ini sudah tumbuh dalam ekosistem yang penuh Mitra pada saat berhadapan dengan sesuatu yang baru reaksi pertamanya adalah Aduh apa lagi nih bukan melihat itu dengan penuh kegembiraan ini kemudian menjadi masalah pada saat kita ingin menumbuhkan anak-anak yang punya kompetensi masa depan murid-murid kita sekarang pun sudah hidup dalam realitas yang sangat berbeda dengan bagaimana kita dulu melalui proses pendidikan dan kehidupan kita percaya sekali bahwa untuk bisa menumbuhkan kompetensi masa depan itu paling tidak ada tiga hal yang harus dimiliki kemerdekaan belajar kemerdekaan berkolaborasi dan kemerdekaan berkarya ada dimensi-dimensi Dari masing-masing kompetensi ini komitmen Mandiri dan reflektif anak-anak yang tumbuh cerdas komunikatif dan Dita bekerjasama inovatif berprinsip dan berorientasi tindakan Tetapi semua ini hanya bisa kita tumbuhkan pada anak-anak kita pendidikan hanya bisa jadi jembatan untuk masa depan mereka kalau kompetensi-kompetensi ini sudah dimiliki terlebih dahulu oleh guru-guru Nya Sudah dimiliki terlebih dahulu oleh sekolah sekolahnya dalam ekosistem pendidikan kita yang terjadi adalah kondisi awal sekolah rata-rata adalah sekolah abad ke-19 murid-muridnya menderita dalam proses pembelajarannya hanya ada satu resep untuk semua anak orientasi pada hasil dan kepatuhan murid tapi kita punya banyak sekali contoh nyata praktek baik di mana ada komunitas guru ada komunitas orang tua yang kemudian bisa jadi penderas dan melakukan perubahan menyebarkan praktek bayi Jadi kalau ditanya Siapa yang bisa menggerakkan perubahan pendidikan yang bisa menggerakkan perubahan pendidikan ada guru dan orang tua yang betul-betul ada di lapangan perubahan pendidikan itu tidak pernah muncul hanya sekedar karena ada perubahan kebijakan itu saya percaya dengan sepenuh hati pendidikan itu muncul pada saat ada inspirasi lokal yang dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari pendidikan itu hanya bisa berubah kalau guru-guru yang jumlahnya jutaan ini mau berubah bukan hanya karena ada pimpinan yang mau berubah contohnya banyak ada ribuan ribuan sekolah termasuk

Kebijakan sekolahnya itu kebijakan sekolah yang bermakna ada gunanya ada paradigma yang utuh bukan hanya sekedar aturan yang diterapkan satu arah murid-muridnya pada akhirnya akan tumbuh jadi murid murid yang berdaya memegang kendali terhadap proses belajarnya sendiri nah sekolah-sekolah Merdeka belajar ini dalam pengalaman bertahun-tahun itu sebetulnya dan sekolah-sekolah yang kemudian bisa siap jadi sekolah yang mereka berkolaborasi dan Merdeka berkarya Merdeka berkolaborasi sudah ditunjukkan oleh teman-teman hari ini hadir dalam kolaborasi dengan dunia usaha dan industri berbagai profesi ini kesempatan yang sangat langka dan sudah jadi tanggung jawab kita sama-sama untuk membuat ini jadi bagian sehari-hari di ekosistem pendidikan kita semua sekolah atau Madrasah membuka pintu untuk kolaborasi kolaborasi seperti ini contoh praktek baik ini yang saya harapkan kan kemudian bisa disebarkan jadilah sekolah yang bukan hanya Merdeka belajar untuk murid-murid kita tetapi menjadi sekolah yang pada akhirnya bisa Merdeka berkarya menghasilkan contoh praktek-praktek baik menghasilkan program-program belajar yang dapat digunakan oleh murid dan guru dari sekolah lain bukan hanya untuk murid-murid atau guru-guru yang ada di sekolah kita sebetulnya kita punya kewajiban pada ekosistem pendidikan yang jauh lebih besar pada saat kita bicara guru banyak sekali guru yang kalau saya ketemu itu saya tanya cita-citanya tuh mau jadi apa ke banyak

 ini ada di buku halaman segini karena itu akan ditanyakan pada saat ujian hanya berhenti sampai di situ kita lupa bahwa kita harus selalu mempertanyakan apa relevansi yang kita ajarkan dengan kehidupan murid tadi Saya dengar tanya jawabnya pertanyaan tentang pendidikan
Nggak bisa cuma berhenti karena disuruh guru tetapi murid tidak akan bisa punya komitmen terhadap proses belajarnya kalau gurunya pun nggak tahu sebetulnya tujuan dia mengajar itu apa guru-guru yang merdeka
 
Strategi apa yang harus saya coba lagi ini kebiasaan yang butuh sekali kita tumbuhkan hanya guru-guru yang merdeka belajar lah yang pada akhirnya bisa menumbuhkan Kompetensi ini pada murid-muridnya
 ini sebetulnya sudah dipraktekkan di lingkar ketiga tadi kita balik Sebentar ke sini juga ada beberapa hal yang esensial untuk kemudian menumbuhkan semua kunci kemerdekaan kompetensi kolaborasi dan hari ini yaitu praktek belajar mengajar yang mengimplementasikan 5 m kita bilangnya memanusiakan hubungan memahami konsep pembangunan keberlanjutan memilih tantangan dan memberdayakan konteks sehingga akan

Wednesday, August 26, 2020

Daftar Jurnal

Hal : *Permohonan mengirimkan tulisan untuk Jurnal @rtikulasi versi Daring*

Yth.
Pengajar/Peneliti Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 

Dengan hormat,

@rtikulasi (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia sejak tahun 2007 dengan nomor ISSN (print) 1412-4548.  @rtikulasi akan menerbitkan jurnal versi daring untuk Volume Oktober 2020 dan Volume April 2021.

Fokus dan cakupan tulisan jurnal :
a. Riset  pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
b. Riset pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)
c. Kajian bahasa Indonesia, bahasa asing,  dan bahasa daerah
d. Kajian sastra Indonesia, sastra terjemahan, dan sastra klasik nusantara
Untuk itu, kami memohon kesediaan Bapak/Ibu dosen/peneliti untuk mengirimkan tulisan melalui laman resmi kami
 http://ejournal.upi.edu/index.php/JPBSI/login

Dengan mengikuti format template dan ketentuan yang tertera pada laman tersebut.

Demikian surat ini kami sampaikan, atas kerja sama Bapak/Ibu kami menyampaikan terima kasih.

Hormat kami,
Chief Editor Jurnal @rtikulasi Daring,
Prof. Dr. Dadang S. Anshori, M.Si.

Monday, August 24, 2020

Zoom bertiga

Zoominar merupakan pengganti pertemuan tatap muka dipandang efektif untuk menyampaikan informasi. Tak heran, guru dan dosen menggunakan zoom meeting untuk dapat bertemu siswanya. Saya pun melakukan hal yang sama. Menggunakan zoom meeting untuk bertemu para guru. 
Tentu saja sebelum meminta bertemu di zoom ditanya terlebih dahulu, pertemuan mau menggunakan google meet atau zoom meeting. Mereka menjawab zoom meeting.  Be it. Saya membuat undangan pertemuan dengan zoom meeting.

Bagaimana kemudian kisah Zoom meeting ini berjalan? Kisahnya, kisah pilu titik dari 100 sekian orang yang hadir hanya 3 orang saja. Salah satu anggota mengatakan di WhatsApp bahwa dia tidak paham dengan zoom.

Ini mengindikasikan bahwa tidak semua guru dapat menggunakan zoom sekalipun hanya tinggal klik. 

Pilu.

Berkutat dengan kesalahan yang sama

Sebagai lanjutan dari kegiatan Webinar menulis kisah inspiratif guru pada masa pandemi, saya menyediakan kesabaran dan waktu untuk membaca karya-karya para guru.  Patut saya jelaskan, setelah dibaca nama penulisnya,  ternyata ada pula tulisan yang dibuat oleh Kepala sekolah,  pengawas,  mahasiswa, juga masyarakat umum. 

Satu-satunya tulisan dari masyarakat umum adalah tulisan seorang ayah muda yang membahas bagaimana dirinya menjadi ayah rumah tangga selama masa pandemi. Inspiratif.  Tidak mudah untuk menjadi ayah pebisnis menjadi ayah rumah tangga. Housefather belum sepopuler housewife. Menjadi housefather dipandang kurang sedap di negeri ini. Ada anggapan bahwa ayah berperan sebagai satu-satunya individu yang paling tepat menjadi pencari nafkah, bukan pengurus rumah tangga.

Beberapa tulisan kepala sekolah menyoal belajar dari rumah. Saya menemukan tulisan yang membuat saya sedikit tercengang.
  
Tajuk yang ditawarkan diawali dengan kata "kisah", dengan kata lain para kontributor diharapkan berbagi kisah. Artinya dibaca dengan ringan,  tak perlu kerut alis, dan tak harus memastikan apakah tulisannya bermuatan hipotesis atau tidak.
 
Tulisan yang diberikan bernuansa ketat ilmiah. Tulisan diawali dengan latar belakang,  diikuti masalah, disusul dengan penyelesaian masalah dan kesimpulan.  Tentu saja inspiratif, namun cara penyajiannya yang kaku membuat pembaca akan megap-megap dengan kutipan peraturan menteri serta perundang-undangaan yang mengambil paling tidak sepertiga halaman dari tiga halaman paparan  bergaya ilmiah yang digunakannya. 

Tulisan para mahasiswa lebih mengetengahkan pemikiran kritisnya terhadap kondisi pandemi yang sedang dihadapi dan penggunaan pembelajaran jarak jauh dipertanyakan efektifitas dan kualitas hasil pembelajarannya. Saya merasa senang ketika bersua dengan tulisan yang mengajak pembacanya turut memikirkan huhungan sebab dan akibat.

Selain dari ketiga jenis penulis yang disebutkan di atas, gurulah yang menjadi penghuninya.  Ratusan tulisan kisah inspiratif yang dibagikan untuk menyemarakkan khazanah tulisan karya guru. Jika melihat jumlah, saya merasa tenang. Tenang karena para guru dapat menyampaikan pengalaman work from home secara tertulis. Satu per satu saya baca tulisan inspiratif yang dikirimkannya. Setiap guru memiliki pengalaman berbeda yang menarik untuk dibaca. Namun kemenarikannya menjadi pupus ketika tulisannya secara kualitas sangat memprihatinkan. Secara kosa kata masih belum taat penggunaan kamus bahasa Indonesia. Saya tuliskan beberapa kata yang saya ingat yang ditulis  tidak sesuai: tengtang, meriung, ....

Yang paling membuat pegal adalah tidak dikuasainya penggunaan awalan di, ke, ku. Kata depan yang seharusnya dipisah ditulis dipisah, ditulis serangkai, sebaliknya awalan yang seharusnya ditulis serangkai malah ditulis dipisah.  Contoh: selamam pandemi saya terus dirumah. Anak-anak tidak pernah di tinggal  apalagi di minta untuk bermain ditetangga.
Kesalahan lain yang dominan mengurangi kenyamanan membaca adalah penggunaan tanda petik untuk menunjukkan kalimat langsung. 

Semoga  sajah dengan seringnya  berpraktik menulis, para pendidik tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Sehingga kelak dapat berbagi inspirasi dengan tanpa mengurangi kenyamanan pembaca pada saat menikmati inspirasi yang sedang dibagikannya.

Saturday, August 22, 2020

Tak menyentuh gelas


"Silakan berdiri di sini, Bu," kata gadis berbaju hitam pada inarti yang hendak makan siang di hotel. 
"Dari kamar nomor  berapa, Bu?" Gadis itu bertanya lagi. 

Wednesday, August 19, 2020

IDEAS

Inner power, keluatan dalam diri yang bersumber dari keinginan dari dalam diri sendiri. 
Delivery,  be the most engaging virtual communicator in the new normal situation 

Arih Budi Utoma

Use your vocal power
Water (smiling face), fire, wizard (mendayu-dayu day seperti mau mendongeng), earth (heavy,  charismatic)
Use your hand movement 

Berbagi satu sekolah agar kemampuan gurunya sama artinya sekolah harus menyediakan waktu, KS harus menjadwalkan guru berbagi. 

Ngajar beda: time shorter,  the simpler the better,  connect with the  audience,  

Tuesday, August 18, 2020

Arah dan Kebijakan

By Kemendikbud 
19.45. Bigland Hotel &

Pak Juanda

Berubahnya nama Direktorat PSMA mengubah kegiatan, termasuk program yang dikelolanya. 
Tahun 2020 menjadi momentum untuk kegiatan dengan tujuan student achievement secara akademik dan non akademik.  Hal ini didasari pada fakta dari ikhtisar eksekutif strategi nasional penghapusan kekerasan terhadap anak 2016-2020 oleh Kemen-PPA: 84% siswa pernah mengalami kekerasan di sekolah,  45% siswa lelaki menerima kekerasan dari guru dan petugas, dst.
Selain itu ada potensi dan tantangan radikalisme berdasarkan riset survey wahid foundation 2016 75% menolak radikalisme, setara institut 35,7% siswa intoleran pasif,  Fisik uin jkt 26,7% detuju jihad dengan kekerasan. 
Kebijakan penguatan pendidikan karakter bertujuan untuk memberikan penguatan pada pendidikan agama dan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.  Melalui intra kurikuler atau di kelas sesuai 8 komponen SNP dan kurikulum,  ekstra kurikuler atau program dan kegiatan ekstra kurikuler dab pembinaan kesiswaan,  non kurikuler atau pertumbuhan budi pekerti dengan internalisasi nilai religius, nasionalis, integritas, mandiri, gotong royong.

Program yang digunakan  sosialisasi dan dialog pencegahan dini radikalisme/terorisme di lingkungan pendidikan,  Kawah Kepemimpinan Pelajar,  belajar bersama menjadi guru damai, pelatihan jurnalisme kebhinnekaan melalui penggunaan media sosial,  program pertukaran pelajar internasional,  program penumbuhan budi pekerti,  program pengenalan lingkungan sekolah, pendidikan cinta tanah air dan kader bela negara, 

Safir 2

Tugas direktorat SMA Bidang pesdik
1. Perumusan kebijakan di bidang pesdik
2. Perumusan standar di bidang pesdik
3. Pelaksanaan penjaminan mutu 
4. Penyusunan norma, standar,  prosedur  dan kriteria 
5. Fasilitasi penyelenggaraan 
6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi 
7. Pemantauan,  evaluasi,  dan pelaporan 

Kesiapan belajar sekolah 
1. Ketersediaan saeana sanitasi dan kebersihan 
2. Ketersediaan fasilitas kesehatan 
3. Pemetaan warga satuan pendidikan yang tidak boleh melakukan kegiatan di satuan pendidikan 
4. Membuat 

Keseimbangan baru
Kesehatan dan keselamatan peserta didik,  pendidik,  tendik, keluarga, dst

Strategi pelaksanaan 
1. Menyusun panduan pelaksanaan dan bahan materi workshop 
2. Melakukan kegiatan workshop yang melibatkan dinas prov, KCD, MKkKs, waka kesiswaan,  pembina eskul
3. Pelaksanaan RTL oleh peserta workshop di daerah masing-masing 

Action plan: Didanai,  imbas minimal 4 sekolah 


Penyusunan Bahan Materi Kegiatan

Workshop: Penguatan Bela negara
Workshop Pembinaan Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Workshop Pembinaan Olah Raga
Workshop Kolektivitas Budaya Lokal/Nasional 

Sambutan Direktur Pembinaan SMA Bapak Purwadi Sutanto.
1. Proses pembelajaran tetap berlangsung dengan mematuhi aturan SKB 
2. Jawa dan Bali berada di zona merah pleh karenanya harus dapat memberikan layanan terbaik walaupun  belum bisa tatap muka
3. Keluhan pembelajaran jarak jauh seperti: tidak ada alat, jenuh,  akses terbatas,  
4. Karakter harus dikuatkan; religius, integritas,  nasionalisme, kemandirian ( dalam belajar) dan gotong royong. 
4. Pencerahan dari praktisi dibutuhkan. 
5. Aktivitas tatap muka dan olahraga tidak dapat dilakukan maka perlu diberikan penguatan.
6. Materi kekinian walaupun belajar dari rumah 
7. Efektivitas masih menjadi pertanyaan yang membayangi kegiatan yang mulia ini


Tempat Bigland Hotel dan Convention Bogor

Badriah,  Susri, Nur Badriah,  lsoh

Sunday, August 16, 2020

Selamat menikah ponakan

 satu persatu ponakan menikah.
Septiawan menikah dengan Icha.

Kenapa harus berisik


Pada sebuah acara pernikahan, suara musik begitu menggila. Dan teman gendangnya seperti hendak merontokkan jantung. Para tamu dan undangan tidak dapat berbicara kecuali berteriak-teriak, itu pun masih tidak terdengar karena suara musik begitu keras. Pertanyaannya Mengapa harus begitu keras?


Saturday, August 15, 2020

17 Agustus Wajib Absen Masuk Kerja

Pada hari libur ketika membuka HP, muncul notifikasi dari aplikasi K-Mob. Aplikasi ini merupakan aplikasi pengabsenan Virtual yang berlaku untuk guru SMA SMK yang dikelola oleh dinas provinsi Jawa Barat.

Notifikasi itu meminta agar pada tanggal 17 Agustus para guru tetap melakukan absen kehadiran seperti bekerja pada hari biasa, namun syaratnya harus memakai baju Korpri.

Permintaannya sedikit namun terasa menarik untuk dibahas. Mengapa harus memakai baju Korpri. Apakah baju itu untuk dipakai ketika mengikuti upacara? Atau hanya dipakai begitu saja untuk sekadar memenuhi absen.



Daring tidak cocok untuk anak Indonesia

Pembelajaran daring terpaksa dilaksanakan di seluruh sekolah yang dapat mengakses internet. Kebijakan ini diambil sebagai alternatif untuk memberikan layanan pembelajaran kepada siswa. Tidak sedikit para siswa juga guru mengeluhkan mengenai pembelajaran daring. Selain dari kemampuan untuk mengakses internet yang kadang-kadang terkendala, masalah kemampuan finansial untuk menyokong keberlanjutan pembelajaran yang melalui internet juga terbatas.

Hal lain yang patut mendapat  perhatian yang terkait dengan daring adalah daring tidak cocok untuk orang Indonesia. Mari kita bedah mengapa tidak cocok untuk anak-anak Indonesia.

Di dalam keluarga di Indonesia, anak-anak itu selalu bersosialisasi dengan ibu bapak dan anggota keluarga lainnya. Anak-anak Indonesia sudah sangat terbiasa dengan kondisi sosial yang begitu cair dan menjadi keseharian. Anak-anak terbiasa pergi kemanapun dengan tujuan untuk bersosial. Mereka keluar rumah untuk mengobrol dengan temannya, mereka meninggalkan rumah juga untuk sekadar berbasa-basi. Intinya kehidupan sosial di Indonesia amat sangat kental.

Kita tengok Bagaimana kehidupan anak-anak di negeri tirai bambu, Cina. Mereka adalah keluarga kecil. Dengan hanya satu anak saja di dalam satu keluarga. Ibu dan ayah mereka bekerja, anak biasa mengurusi segala sesuatunya sendri. dengan sendirinya anak tersebut sudah terbiasa individual dan dan tidak bersosialisasi seperti di Indonesia
 ketika ada pembelajaran daring, anak-anak Cina ini tentu saja amat sangat senang
 mereka yang biasa sendirian tiba-tiba ada yang menyapa menemani mereka walaupun secara daring. Kondisi ini disambut baik oleh anak-anak Cina yang memang biasa di rumah sendirian.

Berlawanan dengan kondisi anak-anak Cina yang biasa sendirian, anak-anak Indonesia amat sangat terbiasa dengan kehidupan sosial. Ketika mereka belajar dengan secara daring, menjadi kendala besar karena kehidupan sosial yang nyata tidak dapat diperoleh. yang ditemukan hanyalah tatap muka dengan layar kaca. tentu saja tatap muka di layar kaca tidak seperti tatap muka seperti biasa yang sebelumnya dapat dengan mudah diperoleh. 

Perbedaan kehidupan sosial Indonesia dengan negara-negara lain mengakibatkan pembelajaran secara daring di Indonesia lebih banyak tidak masuk ke dalam hati para orang tua juga para siswa, termasuk para guru. Bagi orang Indonesia yang sangat terbiasa dengan kehidupan kehidupan sosial, dan hampir tidak pernah mengedepankan kehidupan individualis, belajar secara daring merampas kehidupan sosial yang selama ini menjadi milik dan sumber kegembiraannya. 

Saat siswa harus belajar mandiri, menentukan jadwal sendiri, dan hanya mendapatkan tatap muka virtual dalam waktu hitungan menit, ini menjadi berat. Anak-anak Indonesia sangat terbiasa didampingi, ditemani, dan diawasi secara langsung baik oleh orang tua ataupun guru. Pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan virtual tentu belum bisa berterima.

Daring yang garing

Agustus minggu kedua mengantarkan pembelajaran daring selama empat minggu.  Satu bulan yang dilalui dengan penuh perjuangan. Guru dan siswa sama-sama menemukan pelajaran dari daring.

Melalui kuesioner diketahui bahwa para Siswa lebih banyak berada pada posisi yang kurang diuntungkan dalam pembelajaran daring.

Siswa yang hanya dibekali kuota pas-pasan sering mengalami tidak terkoneksi dengan guru yang mengajar dengan menggunakan pertemuan secara virtual.

Untuk memenuhinya para siswa meminta kepada orang tua untuk di tambah kuota, namun ini bukan solusi. Pembelajaran tetap tidak mudah untuk diikuti karena sinyal tidak stabil.

Sebagian besar siswa mengaku berat dengan pembelajaran daring. Pembelajaran yaitu sendiri tidak menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah tugas. para guru memberikan tugas sebagai bukti bahwa telah ada pembelajaran. seorang siswa mengeluhkan bahwa dalam satu minggu mereka mendapatkan 15 tugas dari 15 mata pelajaran yang mereka ikuti dalam satu minggu. Jika tugas minggu ini tidak selesai, maka berikutnya mereka akan mendapatkan 15 tugas yang baru. berarti kalau mereka belajar selama 4 Minggu artinya Akan terdapat 60 tugas yang harus diselesaikan. Tidak kaget jika siswa menganggap bahwa pembelajaran daring itu adalah bukan belajar tetapi mendapatkan tugas.

Jika melihat keaktifan, pembelajaran daring dan tatap muka biasa tidak ada pengaruhnya bagi siswa yang aktif. Mereka yang biasa aktif di pembelajaran tatap muka, tetap aktif Muladi kegiatan dari titik sedangkan siswa yang tidak aktif di pelajaran tatap muka, sama, tetap tidak aktif. Kesimpulan yang yang tidak dapat diandalkan validitasnya bisa mengatakan bahwa pembelajaran daring ataupun tatap muka tidak ada pengaruhnya. yang biasa aktif tetap aktif. Yang biasa tidak aktif tetap tidak aktif. Bagi para Guru Pembelajaran daring menjadi pelajaran Baru. Ternyata mengajar dengan dari lebih berat ketimbang tatap muka. ketika pelajaran tatap muka bisa hanya menenteng buku ke kelas, kemudian menyuruh ini itu, kemudian meninggalkan kelas dan para siswa akan sibuk dengan tugas yang diberikan di dalam kelas. Namun dengan daring tidak bisa seperti itu. guru tidak bisa menenteng buku ke depan Google classroom. 
Daring bagi beberapa guru yang memang mengajar, terasa dalam persiapan dan pembelajaran juga penilaian lebih berat. Pembelajaran yang biasanya hanya dibatasi dalam waktu Sesuai dengan jadwal, tetapi dengan pelajaran yang disajikan sejarah secara daring, guru mengajar selama 24 jam. Ada siswa yang mengaku baru bisa membeli kuota 2 hari kemudian setelah pembelajaran itu berlalu tetapi dengan kelapangan dada guru harus siap menerima keadaan tersebut.

Cianjuran Kontémporér


Wina, pemain kecapi, baca puisi di Berlin.
Menari 

Friday, August 14, 2020

Masih Sakit Hati

Terngiang jelas di telinganya semua perkataan yang memualkan sanubarinya.
Sedikit 

Thursday, August 13, 2020

Manajemen Emosi

Apa yang membedakan kualitas seseorang adalah dari bagaimana dia mengelola emosinya. Pada saat tertentu emosi dipaksa tidak berfungsi untuk mendapatkan sebuah kondisi yang kondusif dalam tatanan bersosial. 

Perjalanan

Awal perjalanan

Ini awal perjalanan.
Perjalanan menuju sebuah perubahan. Perubahan yang mengubah kehidupan banyak orang. Yang tidak disangka-sangka.

Semula hanya ingin menyimpan Apa yang dilakukan dalam bentuk tulisan. kemudian tulisan tersebut dikirimkan ke ke sebuah lomba. Tidak disangka mendapatkan kesempatan menjadi finalis.

Selesai mengikuti lomba presentasi dan segala hal yang harus dipenuhi, Kini Ada kabar gembira bahwa akan diberi pulsa. Berapa pulsa yang diterima tidak jadi masalah titik yang penting gembiranya saja.

Cara Menunjukkan Kecerdikan

 Dalam sebuah pelatihan, seminar, musyawarah, atau pertemuan yang melibatkan banyak orang yang, kadang diri kita ingin diketahui keberadaannya. Banyak cara untuk dapat memudahkan orang lain menemukan keberadaan kita. Salah satunya adalah melalui aktif dalam kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Pada sebuah pelatihan kepala sekolah misalnya sebagai contoh, dimana para sekolah berkumpul, maka bisa dibayangkan di sana berkumpul orang-orang yang berperan sebagai manajer yang mengelola sekolah menjadi mampu mencapai visi dan misinya. Dalam pertemuan tersebut tentu setiap individu dari kepala sekolah tersebut ingin diketahui kepiawaiannya, kelebihannya, atau hal-hal lain yang menunjukkan bahwa secara personal dia lebih baik dari yang lainnya.

Bagaimana dia menyampaikan gagasan, bagaimana dia berbagi ide dan bagaimana dia memilih kosakata untuk sebuah kasus yang diajukan, menentukan dia berada di sisi mana dari segi kualitas personal.
Pada saat ingin menyampaikan bahwa dia sebagai individu atau personal yang memiliki sisi lain yang dapat menjadi inspirasi malah sebaliknya menjadi hal yang menunjukkan kualitas diri.

Cara untuk menyembunyikan hal-hal yang sebetulnya harusnya  tidak diekspose karena memang kualitas diri yang rendah  adalah 
1. Jangan memotong pembicaraan orang lain.
2. Izinkan gagasan baru didengar lengkap terlebih dahulu.
3. Dengarkan secara seksama informasi dan cerna sebelum mengomentari 
4. Hindari penggunaan kalimat yang menunjukkan bahwa anda sebetulnya bodoh misalnya "saya, sebagai KS tidak tahu apa itu aplikasi-aplikasi untuk daring, wakil kurikulum mengadakan pelatihan 2 hari dan para guru jalan, saya tidak perlu mengawasi"
5. Kenali kemampuan diri sendiri sebelum menghakimi orang lain.


Wednesday, August 12, 2020

Home Visit 1

 

Guru Home Visit Siswa

Atas nama LINKAR

 

Competition Background

Menjadi peserta finalis lomba LINKAR 2020 merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Dari sekitar lima ribu lebih peserta, terpilih 94 orang untuk mewakili kategori PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, dan Pendidikan Khusus.

Berikut pengumuman yang diterima dari WhatsApp mengenai menjadi finalasi:
Setelah melalui proses penjurian, Dari 5.855 partisipan, telah terpilih 94 orang Finalis Tahap I LOMBA INOVASI KARYA (LINKAR) Guru & Rumah Pintar Ke-7 2020 yang merupakan kolaborasi antara Astra dan Direktorat Jenderal Guru & Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Daftar dapat dilihat di link beriku

Secara resmi pengumuam berisi nama membuat saya terkejut. Saya sendiri sudah lupa kapan mengirimkan naskahnya. Tapi inilah pengumumannya.





Tanggal 12 Agustus 2020 pukul 10.45 menjadi waktu untuk melakukan presentasi secara online.
Saya merasa tidak siap. Apa yang harus disiapkan? Prototip? Tak ada. Video? Tak ada. Akhirnya hanya mengandalkan PPT saja. 

Tapi, pada saat presentasi diminta video. Wah timbul kekacauan, saya mencari video, ada banyak video yang dibuat orang lain termasuk ini 

Pertanyaan juri 1, Prof A
1. Apakah Inovasi menulis 100 buku dalam 40 hari terinspirasi dari SaguSabu? 
2. Bagaimana dengan kualitas buku?
3. Inovasi apa yang ditawarkan?
4. Bagaimana self editing selain dari mengandalkan grammarly?

Pertanyaan Juri 2, Thozirie
1. Fokus literasi tetapi seperti tidak siap
2. Target apa yang dikejar jumlah buku 100?
3. Sasaran yang disasar, guru atu siswa?
4. Latar belakang tidak ada data, apakah itu hanya persepsi?

Pertanyaan juri 3, Abdullah Kholifah
1. Bagaimana keberlanjutan program?
2. Kenapa 40 hari? Kenapa 100 buku
3. Apa rencana ke depan? 

Koordinasi guru mata pelajaran pada tingkat sekolah

Badriah memberikan materi koordinasi MGMP Sekolah 



 Diedarkannya Kurikulum darurat dalam kondisi khusus (penyederhanaan kompetensi dasar)  menuntut para guru untuk melakukan tindakan terhadap keputusan penggunaan relaksasi kurikulum tersebut.

Badriah selaku ketua MGMP Bahasa Inggris SMAN 2 Cianjur melakukan koordinasi dan integrasi kompetensi dasar untuk  meringankan beban tugas siswa.

Penjelasan koordinasi dan integrasi dapat diunduh di sini


https://sg1-broadcast.officeapps.live.com/m/Broadcast.aspx?Fi=d1a15ece7f350a0c%5F494fa4db%2D94a7%2D4bf4%2D827f%2Dc85af508d9ca%2Epptx

How to be a critical and creative millennial

 

Creative and critical millennial

(1. Greeting)
Greetings,

(2. Address the speech)
Dear judges to whom I respect.

(3. Introduce yourself)
Let me introduce myself, my name is Badriah. I am a student of Senior High School Two of Cianjur, West Java.

(4. Inform the title)
I would like to share my best of knowledge related to  How to be  a critical and creative millennial.

(5. Filler to break between points)
Dear Judges

(6. Introduction to issue/topic)
In 2020 the world enters a new era called the Industrial 4.0 era. In this era, industry uses technology such as robots, artificial intelligence, super-sophisticated computers, autonomous vehicles, 3D printing, and other technology including the optimization of the functioning of the human brain with genetic editing and neurotechnology development. At first glance it might look fun and amaze, but there will be losses caused by the industrial revolution.

This Industrial Revolution 4.0 must have caused disruption. The disruption not only in the business sector, but also in the labor market. There will be many types of work lost and replaced by robot or artificial intelligence functions, so that inevitably, like it or not, it requires us to continue to develop skills so that we are not eroded by the technology in the future.

(7. Arguments)
Millennials can not escape the changes brought on by the 4.0 industrial revolution. The generation who are in productive age must be prepared because the future of the industrial world is in their hands. Not enough to be smart and master the theory, they must have high learning abilities and skills to be able to keep up with rapid technological changes.

Because of the situation above, millennials should have at least ten basic skills to be ready, be  creative, and be critical in the face of the Industrial era 4.0 quoted from Future of Jobs Reports, the World Economic Forum.


The first is Complex problem solving

Complex problem solving here is the ability to solve complex problems in various ways. Starting from identifying, determining the main elements of the problem, seeing various possibilities as a solution, taking action / actions to solve problems, to find lessons to be learned in order to solve problems in the future. 


The second skill is People management

People management is the ability to organize, lead and utilize human resources in a targeted and effective manner.


 The third is  Creativity

Creativity or creativity is the ability to continue to innovate and improvise in developing good ideas, old ideas or new ideas and creating something unique and interesting.


 The fourth is Critical thinking

Critical thinking is a way of thinking sensibly, has a clear basis and goals, so that planned thoughts and ideas can be implemented properly and have goals that are oriented towards maximum results.

 

The fifth is  Coordinating with other

A business will become big if it has a strong structure and compactness.

Therefore, teamwork is needed, either by internal teams, as well as with other people who come from outside the team.

 

The sixth is Cognitive flexibility

Cognitive flexibility is the ability to spontaneously compile knowledge, in many ways, in giving a self-adjusting response to radically change situational demands.

 

The seventh is  Emotion intelligence

Emotion intelligence or emotional intelligence is the ability of a person to regulate, assess, accept, and control the emotions of himself and others around him.

 

The ninth is Service orientation and  Judgment and decision making

Service orientation is the desire to help and serve others as best as possible to meet their needs. By having a service orientation, customers or consumers will certainly give a positive assessment of us and the trust of consumers is what makes a business or business strong.

Judgment and decision making is the ability to make decisions quickly and precisely on the situation at hand. Especially when under pressure.

 

The tenth is Negotiation

Not everyone has the ability to talk and negotiate, let alone to convince others in terms of work. For that, we need to practice a lot with this negotiating ability.

(Filler to break between points)

Dear judges,

Those basic skills allow millennials to survive. Using those basic skills millennials will be successful because it is nature critical and creative millennials to be pragmatic.

It is a fact that the financial explosion of the last 10 years reinforced the difference between needs and wants, making you hypersensitive to resource and asset management. This pragmatic outlook enables to millennials create realistic goals using the resources they have. If given the time and opportunity, pragmatic, goal-oriented thinking makes businesses more innovative and productive cause millennials to be a success person.

 Further, using the basic skills, millennials can adapt to change. As a result of navigating the start of your career through a sluggish economy, you had to learn to retool millennials skillset to fit the job opportunities available. Because of this experience, learning a new tool or skillset on the job doesn’t faze millennials at all.

 I as one of the millennials, I have come to expect and anticipate change. This makes me ready and willing to learn what is needed to get the job done right.

Then, critical and creative millennials is noticed by their scrappy and frugal

 Resilience in the face of adversity is millennials jam. Millennials know that nothing good comes easy and they are willing to put in the time and effort to see their  dream (a realistic one, of course) come to life. In the workplace they fight to make your work more value to their clients and their company while being cost-efficient.

 As the Brookings paper notes, "A report by UBS Wealth Management in the Americas described Millennials as 'the most conservative generation since the Great Depression' with regard to its saving habits."

(Filler to break between points)

Dear judges,

Millennials solve systemic problems with innovative solutions

 As a Millennial in an office job after the Great Recession, we are aware of the negative impacts of working in a broken system. We seek ways to rethink company processes and policies that may be causing more harm than good—but haven’t been changed because 'that’s the way they have always been done.'

 Being willing to question the status quo of any company we work for enables us to see easy opportunities for growth that others overlook.

 As reported in a study from Bentley University, 95% of Millennials say a company's ethics are important to them—with 22% specifically concerned about a company's environmental policies. “This focus on the environment has caused many companies to change their existing programs in favour of stronger sustainability policies and practices,” concluded Gloria Cordes Larson, President of Bentley University.

 Dear Judges,

Millennials value relationships over a paycheck

 Because millennials have likely worked many different jobs before hitting 30 and worked with many different types of people, millennials have learned what you do from nine to five doesn’t define you. What’s more, millennials have found that any true meaning millennials find in your work is based on the relationships you create—with millennials coworkers and millennials clients.

 Because millennials value the quality of relationships millennials create at work, you are able to bridge gaps in company culture through, if not friendship, at least camaraderie.

 Millennials take care of themselves

 Not only is self-care the best care, but it is essential for preventing burnouts. Millennials know this because millennials did burn out once—or several times.  As a result, millennials know how important it is for their mental and emotional well-being to have a well-rounded diet, to leave work at work, and to get a good night’s sleep.

 “Some research suggests that as we dream, we process through negative emotions (such as stress, anger, or anxiety) experienced during the day. As our sleeping brains digest these emotions, we are able to move past them, setting the stage for a more positive outlook in the morning,” responded Sarah Brown, a sleep expert.

 By prioritising health, and setting and enforcing boundaries, millennials are able to consistently give your best to their job and your relationships.

 (7. Conclusion)

For all the flak that my generation gets for being lazy or narcissistic, me and my peers have characteristics that are sorely needed in any company that wants to be competitive in the future. Because of what Millennials bring to the table, they are changing how we all do business. 


Being creative and being critical for millennials are a must.
I hope this speech explain why.

(8. Closing)
That's all 
Thank you 

 

 

Teukteuk We!

Teuk teuk we!

Karak gé gék diuk, si Enci langsung  masang anduk ngabeulit kana beuheung, terus masang kaén keur nutup awak ngarah buuk nu diteuk teuk teu murag kana baju. 

Keur anteng bébérés rék siap-siap motong rambut jol aya dua ibu-ibu nungtun budak TK sigana.
Budak awéwé, lucu, rambutna panjang. Si budak katingali kucem, teu arenak sigana, meureun keur saré dihudangkeun. Panonna katingali beureum, buukna awut-awutan. Baruten. Ngaranna gé budak leutik, ih da buuk paburisat, panon beureum hudang saré,  biwir rada merenyéng nahan piceurikeun, ih anger wé lucu. Maksudna lain ngabandingkeun ka diri sorangan anu geus bébéakan mérésan buuk, beungeut dipulas, baju dipapantantes, léngkah rada dilégégkeun, anger wé matak teu hayang nempo dua kali. 

Si Enci melong ka kuring bari ménta idin, "Ci, boleh ga potongnya anak kecil dulu."
Kuring ukur unggeuk. Unggeuk sotéh ngarah teu papanjangan. Si Enci nyebut Cici ka kuring. Anu Enci mah pan manéhna, naha kuring katépaan disebut Cici ogé. Kuring melong kana kaca nu ngajeblag hareupeun. Rét kana buuk, kejur, lempeng, teu aya rungkal réngkolna, komo ka galing mah, jauh pisan. Rét kana panon, asana mah biasa baé. Rét kana kulit, asa teu bodas-bodas teuing. Tapi naha bet sok aya nu kasasar nyebut Enci ka kuring bari nyebut Encina téh medok pisan. 

"Ci, pindah dulu duduknya," Ci Élen ngodeuan ku panonna nitah pindah kana korsi paranti nunggu. Kuring ngolésèd. Ari ditukeuran jeung budak leutik anu rek sagaur-gaureun rek ceurik mah, kuring bakak dianggap teu lucu lamun ngeukeuh. 

Srog budak téh dideukeutkeun kana korsi anu tadi didiukan ku kuring.  Budak téh mugen, teu maju. Leungeunna nyekel baju awéwé nu tadi ngadorong sangkan deukeut kana korsi.

"Gak mau, rambutnya mau panjang," manéhna ngabéla buukna. 

"Ntar juga numbuh lagi," ceuk si lbu anu ti tatadi ngajengjen. Manéhna neruskeun omonganna bari neuteup ka awéwé nu bajuna masih kénéh dicecekel, "Bongan loba kutu, potong Ci, sing pondok, saceuli!"  

Kuring ngahuleng. Asa anéh, naha sirah budak nu kutuan,  buuk nu kudu jadi korban. Berarti budak leutik téh bener. Buukna boga hak dibéla, disalametkeun. Buuk anu sakitu alusna teu tuah teu dosa. Anu kudu diurus jeung dibéréskeun mah kutuna, lain buukna. 

"A..." kuring nu rék mélaan budak rék nyebut atuh, jadi teu jadi nyaritana, kaburu kapegat ku hingna budak ceurik. Siga nu kanyenyerian pédah buukna anu ngagebay kana tonggong rék dipotong saceuli.

Ceurik budak teu ngurangan haokna awéwé nu ngajengjen. Manéhna kalah leuwih nyeuneu,  "Mun buukna pendék mah, kutu moal betaheun! Buru Ci, tong éléh ku budak léwèh."

Si Enci anu ti tatadi nongton drama 'dua ibu satu anak, episodeu membasmi kutu' bangun karék datang pangacianna. Leungeunna nu katuhu nu ti tadi geus nyekel gunting,  atuh leungeun kéncana nyekel sisir jeung jepitan, gancang nyokot anduk jeung panutup beureum ngarah buuk teu mururagan kana awak.

"Sini Dè, duduknya di sini." 
Awéwé nu bajuna dicecekel budak, langsung mangku budak,  terus didiukeun dina korsi. Manéhna nagog. Panonna mencrong ka budak. Beungeutna kabéh nyanghareup ka budak. Pok ngomong ditamplokeun, "Ngérakeun, piraku geus téka enol besar, sakeudeung deui ésdé, masih kénéh kutuan."

Budak leutik rut rét. Sigana keur mikiran naon bédana téka enol besar jeung ésdé. Tangtuna gé moal kapanggih naon bédana ku budak leutik mah. Halisna kerung, meureun mikir nu leuwih jero. Naon hubunganna ésdé jeung kutu.

Saturday, August 8, 2020

Menikah di masa pandemi

Dari kiri ke kanan: Alpiyah,  Jajun, Selvi, Haruman

Menikah di masa pandemi terikat aturan dilarang mengumpulkan orang dan dilarang berkumpul. Akibat dari aturan tersebut pengantin tidak dapat mengundang sebanyak yang mereka inginkan. Pada masa pandemi kemungkinan para tamu terbatas sekitar keluarga dekat saja. ataupun kalau mau ada kunjungan harus bergantian dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerumunan.

Pada bulan-bulan sebelumnya memang pernikahan tidak dapat dihadiri bahkan lebih ekstrem lagi tidak dapat dilaksanakan dengan anggapan bahwa para naik tidak boleh menikahkan karena artinya mendatangkan orang ke tempat kerjanya. atau sebaliknya dia mengunjungi orang-orang di tempat pernikahan itu terjadi.
Beberapa pernikahan yang sudah dirancang untuk terjadi di sekitar bulan Maret 2000 20 sampai dengan sekitar Juni 2020 hampir tidak dilaksanakan.Tapi kini setelah ada kelonggaran dari pemerintah, pernikahan kembali dilaksanakan tetapi tanpa mengundang keramaian.

Hal menarik yang dapat saya lihat dari pergeserannya pernikahan antara untuk memberitahukan kepada umum tentang adanya ikatan sakral dengan pengumuman status sosial. Sebelum masa pandemi pernikahan dipandang sebagai alat untuk menunjukkan kemampuan sosial. Selain kemampuan ekonomi. kemampuan sosial ditandai dengan banyaknya tamu yang datang. kemampuan ekonomi ditandai dengan meriahnya pernikahan. untuk memenuhi keduanya sehingga terjadi hal-hal yang yang terasa dipaksakan. Tidak sedikit orang-orang yang memaksa meminjam uang hanya untuk mengadakan acara pernikahan yang meriah. Sehingga sangat menjadi prihatin ketika 3 bulan Kemudian pengantinnya sudah bercerai, hutang bekas pernikahannya masih menggantung selama 2 tahun.

Adanya pernikahan yang dilakukan di kalangan terbatas dan hanya dilaksanakan dengan cara yang tidak berlebihan membantu mengembalikan kesakralan pernikahan itu sendiri. pernikahan dihadiri oleh orang-orang dekat, dilaksanakan dengan secara hikmat dan tidak diimbangi dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat yang tujuannya hanya untuk menunjukkan status sosial dan status ekonomi.

Pada zaman sebelum pandemi ketika pernikahan terjadi orang-orang akan membicarakan berapa hantaran yang dibawa titik berapa mas kawin yang diberikan titik kemudian diikuti dengan pujian atau sebaliknya dengan cibiran. Apapun yang dilakukan menjadi serba salah kalau dilihat dari para komentator.

Semoga mereka yang menikah di masa pandemi dengan kondisi yang kembali hanya berpusat pada pelaksanaan pernikahan menjadikan pernikahan mereka pernikahan yang tidak melakukan hal-hal yang tidak berguna ke depan.