Apakah hal yang sama muncul pada pikiran perempuan lain yang usianya 57 tahun? Sepertinya pertanyaan itu tidak akan terjawab karena saya tidak ingin mengganggu para 57an dengan pertanyaan konyol saya.
Baru-baru ini muncul dalam pikiran agar tidak selalu lapor untuk setiap kejadian yang menimpa diri saya. Misalnya, mobil saya rusak, ancur, lapor ke saudara, so what next? Perlu dukungan rasa kasihan? Update status bahwa saya sedang menderita. Apakah saya memerlukan orang lain untuk mengkonfirmasi kondisi emosi saya? Saya berpikiran bahwa semua orang sedang bergelimang dan berlumuran kesedihan, kesusahannya masing-masing. Kalau sedang bahagia, tidak perlu dibahas. Orang biasanya tidak perlu pengakuan kalau dirinya sedang bahagia.
Kembali pada kematian, apakah terpikirkan kematian pertanda saya takut padanya? Jawabannya bukan takut kematian, tapi takut hidup itu masanya habis sedangkan kondisi anak, suami belum siap ditinggalkan. Ada rasa berdosa dalam hati saya ketika menyadari anak belum mandiri dan suami belum bisa nyari duit sendiri.
Serahkan pada Tuhan, itu penghiburan saya.