Wednesday, October 2, 2019

2 Oktober 2019

Kita ga nerima cash
We do not accept cash

Sedikit terhuyung tubuh homo sapienku meninggalkan ruang bandara nan sejuk.
Pintu tak berbingkai membaca tubuhku dan membuka sendiri. Kulewati hari ini dengan perjalanan ribuan kilometer. Tengah malam gelap sudah kumulai hari dengan membiarkan darah dan daging tak bertenaga di atas kursi travel dengan supir yang sepanjang jalan melantunkan lagu-lagu Minang nan lara.

Subuh hari sudah kuawali dengan beradu posisi dengan supir taksi.

Theran awewe make baju sereg, diasupkeun kana twmpat leutik
Pernikahan 3.
Anak2, kakek2, aktivitas, hewan, penabuh bedug

Minta tanda tangan bu Citra. Instrumen tidak dapat diunggah.

Untuk Bang Thamrin Sonata
Terimakasih telah mengenalkanku titik dan koma yang dapat mengabadikan sebuah perjalanan

Pertemuan saya dengan Bang Thamrin Sonata dapat dihitung jari. Pertemuan pertama pada Desember 2017 di Universitas Negeri Jakarta. Bang Tahmrin mengajak untuk menjelajahi dunia jurnalis. Jadilah penulis, pesannya, bagikan apa yang kamu lihat kepada orang lain.
Saya cengar cengir saat itu mengingat saya tidak memiliki keterampilan mengubah yang tertangkap mata menjadi kata.

Pertemuan kedua, di sekolah tempat saya mengajar.  Dengan berbinar Abang menawarkan barangkali saya mau jadi penulis. Saat itu saya jawab dengan cengir karena merasa tak ada yang dapat saya jadikan bahan tulisan.

Pertemuan ketiga, Hotel Santika Depok. Abang sengaja datang untuk sekadar menemani makan  ikan bakar. Bang Thamrin menanyakan pengobatan tradisional ... darahnya dibuang...sebuah pengobatan yang tidak pernah saya ketahui. Abang menderita penyempitan pembuluh darah katanya. Dengan suara meyakinkan Bang Thamrin meminta untuk menuliskan setiap trip yang saya lakukan. Saya diam saja, tidak paham apa yang harus ditulis.

Empat puluh hari setelah pertemuan ketiga, saya mendengar kabar Bang Thamrin telah tiada. Berita yang menyadarkan saya berhutang tulisan kepadanya.

[7/19, 16:21] Thamrin Sonata: Wanita pembelajar dan pejalan.
[7/30, 14:16] Thamrin Sonata: Wah, Dosen terbang✈

Seribu hari saya sempat mengenal Bang Thamrin Sonata.  Seratus hari kini dia telah meninggalkan saya.
Selamat jalan Bang, engkau telah berada di tempat terbaik dimana sakit tidak lagi jadi urusan.

Indonesia tanah air beta menyambut kedatangan saya di Padang.
Atap-atap rumah dengan bentuk lengkungan tanduk kerbau terlihat megah menghiasi atap bandara internasional Minangkabau.
Banyak hal yang ingin diketahui mengenai tanah ini.
Sehari setelah mengetahui saya mendapatkan tugas pendampingan ke SMAN 1 Koto Salak, Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat, pikiran saya dipenuhi banyak pertanyaan.  Apakah Koto Salak, banyak salaknya, atau daerah yang memproduksi salak. Koto Salak dekat dengan Solok?
Rumah Makan Lamun Ombak

Dipantai menung2

Ikan karang. Rasanya asam, segar

Salalawua, nasi digulung, bumbu, daun cabe, kunyit.

Air hangat, Gunung Merapi, kanan
Gurung Singgalang.
Nagari Panyalayan
Kab Tanah Baru.
Rumah Puisi,  Taufik Ismail
Bika Mariana, special food Padang Panjang.
Tepung beras ketan,  kelapa muda,  panas ahas bawah. Panggang. Bara api.

Bika Talago
Cek video
Cara membuat
Memakannya di pinggir danau, talago.
Songket Pandai Siket

Gawi, Neli.

Bukit tinggi
1 bendi sewa 10 ribu dalam kota.
Lubang Jepang sembunyi

Berkelok2

Balai Mupakaik

Ig : @adelfina lubis
Wa: 082174302942
Ig: @delvadwi6
Wa: 082283377545

No comments:

Post a Comment